Berkaca dari Kasus Santri Kediri, Apakah Usia SMP Terlalu Muda untuk Masuk Pesantren?
Korban bullying di pesantren Kediri wafat dalam usia 14 tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kasus penganiayaan yang merenggut nyawa santri Kediri, Jawa Timur mencuat, sebagian warganet menyoroti usia pantas untuk masuk pesantren. Korban diketahui berusia 14 tahun.
Warganet pun berpendapat, anak usia sekolah menengah pertama (SMP) sebaiknya tidak disekolahkan di boarding school. Benarkah usia SMP bukan saat yang tepat untuk anak masuk pesantren?
"Tergantung anaknya, berapa usia yang cocok untuk masuk asrama," ungkap Guru Besar Fakultas Psikologi UI, Prof Dr Rose Mini Agoes Salim MPsi Psikolog, kepada Republika.co.id pada Selasa (28/2/2024).
Alih-alih berpatokan pada usia, Prof Rose Mini mengatakan orang tua sebaiknya melihat kesiapan anak sebelum memasukkan mereka ke boarding school. Menurut Prof Rose Mini, anak yang akan masuk ke boarding school seharusnya sudah betul-betul mandiri.
"Anak harus betul-betul cakap mengurus dirinya sendiri," ujar psikolog yang akrab disapa dengan Bunda Romi tersebut.
Selain itu, anak juga sepatutnya sudah memiliki kemampuan atau keterampilan hidup. Dengan begitu, ketika anak dihadapkan pada masalah saat berada di boarding school, mereka memiliki kecakapan untuk mengatasi atau memecahkannya.
Agar anak bisa memiliki kemandirian seperti ini, Prof Rose Mini menganjurkan orang tua untuk tidak terlalu mengarahkan anak. Bila orang tua terlalu ikut campur dalam mengarahkan anak, akan sulit bagi mereka untuk mandiri dan siap menjalani pendidikan jauh dari orang tua mereka.
"Kalau (orang tua) terlalu mengarahkan anak, anak itu tidak siap untuk sekolah atau masuk ke boarding school atau ke pesantren," jelas Prof Rose Mini.
Selain memperhatikan kesiapan anak, hal lain yang perlu dilakukan orang tua adalah selektif dalam memilih boarding school. Orang tua sebaiknya tak hanya berpaku pada fasilitas yang disediakan oleh sekolah.
Ada beberapa hal lain yang juga perlu dipertimbangkan dan tak boleh luput dari perhatian orang tua. Sebagai contoh, sistem penjagaan dan keamanan yang diterapkan, cara murid diperlakukan, hingga cara pembimbing berinteraksi dengan murid.
"Itu harus diperhatikan dulu oleh orang tua sebelum memasukkan anaknya ke boarding school atau ke pesantren," ujar Prof Rose Mini.
Setelah anak tampak memiliki kesiapan dan orang tua telah memilih sekolah asrama yang sesuai, hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah membangun hubungan yang baik dengan anak. Dengan begitu, anak bisa bercerita secara terbuka mengenai semua hal yang mereka alami selama di asrama atau boarding school nantinya.
Setelah anak menempuh pendidikan di boarding school, orang tua juga perlu tetap melakukan pemantauan. Di sisi lain, pihak sekolah idealnya melakukan evaluasi secara berkala berdasarkan observasi terhadap anak.
"Kalau anak ini belum siap untuk masuk ke boarding school atau misalnya anak ini mengalami sesuatu masalah pada waktu dia di boarding school atau pesantren, maka sebaiknya orang tua memikirkan ulang apakah dia tetap memasukkan anaknya (ke boarding school) atau tidak," kata Prof Rose Mini.