Billboard 'OTW Jakarta' Ternyata Bukan Iklan Ridwan Kamil Mau Nyagub di Jakarta
"Saya belum mau ikutan (Pilgub DKI Jakarta)," kata Ridwan Kamil.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri, Dessy Suciati Saputri, Nawir Arsyad Akbar
Belakangan, politisi Golkar Ridwan Kamil (RK) menjadi perbincangan publik menyusul kemunculan billboard yang menampilkan foto dirinya dan kalimat 'OTW Jakarta'. RK kemudian dispekulasikan akan berkontestasi di Pilgub DKI Jakarta pada 2024 ini.
Namun, lewat akun Instagram-nya pada Kamis (29/2/2024), RK membantah billboard yang bergambar dirinya dengan tulisan 'OTW Jakarta' itu sebagai iklan politik. Menurutnya, billboard tersebut adalah upaya pemasaran sebuah inovasi produk perawatan kulit. Di mana dirinya adalah salah satu duta merek dari produk tersebut.
"Tentang billboard yang ramai itu bukanlah billboard komunikasi politik. Tapi billboard marketing iklan," kata RK.
RK menjelaskan mengapa tulisan billboard tersebut dibuat 'OTW Jakarta, karena peluncurannya kebetulan di Jakarta. Menurut RK, tulisannya akan berbeda bila produk diluncurkan di kota lain.
"Jika launching-nya di Surabaya tentu ada billboard 'OTW Surabaya' nih," tulis RK.
Mantan gubernur Jawa Barat itu juga menyinggung akun Instagram politisi Nasdem, Ahmad Sahroni yang beberapa hari lalu bereaksi terhadap billboard RK, 'OTW Jakarta' tersebut. Di mana, Sahroni menganggap RK salah satu penantang untuk maju di Pilgub DKI Jakarta 2024 ini.
"Jadi bang @ahmadsahroni88, itu bukan billboard mau nyagub di Jakarta ya. Silakan abang saja yang ramai-meramaikan urusan ini. Saya belum mau ikutan," kata Emil kepada Sahroni.
RK merasa hiruk pikuk Pilpres 2024 masih belum usai sehingga dirinya belum dapat memikirkan rencana keikutsertaan di Pilkada Serentak 2024. Ia pun mengaku belum memutuskan rencana politiknya ke depan. Apakah kembali mencalonkan diri jadi Gubernur Jawa Barat atau tidak. Seandainya pun ingin maju Pilgub lagi, perioritas RK masih di Jawa Barat.
"Sementara hati masih tentang lanjut di Jabar. Atau mungkin tempat lain/Jakarta jika ada pertimbangan lain. Juga sedang mempertimbangkan opsi lain yaitu istirahat mengurus keluarga dan usaha dan tidak melanjutkan karier politik, juga sedang jadi pertimbangan," kata RK menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengaku memberikan surat rekomendasi kepada Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih Partai Golkar, Ridwan Kamil dan Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Ahmed Zaki untuk maju ke Pilkada DKI Jakarta.
"(Ridwan Kamil) Namanya on the way, dalam perjalanan. Dua-duanya diberi surat oleh Golkar sebelum pemilu untuk ikut pilkada," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/2/2024).
Meski demikian, ia menyerahkan keputusan akhir pencalonan Ridwan Kamil dan Ahmed Zaki tersebut pada hasil survei terakhir. "Tentu keputusan tergantung survei terakhir," ujarnya.
Selain mempertimbangkan hasil survei, penunjukan Ridwan Kamil dan Ahmed Zaki akan dilakukan dalam forum khusus Partai Golkar yang akan diselenggarakan sesuai jadwal Pilkada mendatang.
"Akan dipilih dalam forum khusus sesuai jadwal pilkada nanti, kan kita belum dapet," kata Airlangga.
Airlangga mengaku, dua nama tersebut ditunjuk agar bisa meningkatkan suara Partai Golkar. "Tentu untuk dalam rangka pemilu dua-duanya menggarap dapil supaya angka Partai Golkar bisa melonjak," kata Airlangga.
Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Barat, Ace Hasan Syadzily juga mengatakan bahwa partainya mengajukan Ridwan Kamil dan Ahmed Zaki Iskandar untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta. Namun, ia mengaku sudah berbicara panjang dengan RK untuk mengusulkannya maju di Pilkada Jawa Barat.
"Pak RK terkait dengan pilkada terutama Pilkada Jabar, saya tentu menginginkan beliau maju kembali di pilkada Jabar," ujar Ace di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi momentum Partai Golkar untuk meningkatkan suaranya di Jawa Barat untuk pemilihan umum (Pemilu) berikutnya. Apalagi RK merupakan mantan wali kota Bandung dan gubernur Jawa Barat.
"Alhamdulilah Partai Golkar di Jabar menjadi partai papan teratas sekarang dan harus disempurnakan kemenangan Partai Golkar ini dengan pemilihan kepala daerah di Jabar. Di mana Kang Emil kita harapkan bersedia kembali untuk menjadi calon kepala daerah di Provinsi Jawa Barat," ujar Ace.
Untuk sekarang, Partai Golkar menugaskan RK dan Ahmed Zaki untuk meningkatkan elektabilitasnya. Nantinya, angka tersebut akan menjadi pertimbangan pihaknya menunjuk satu nama.
"Golkar memberikan keleluasaan kepada keduanya untuk terus menaikkan elektabilitas masing-masing di antara mereka dan setelah itu Golkar akan melakukan survei terhadap dua nama tersebut," ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, memprediksi akan terjadi perang bintang di Pilgub DKI Jakarta pada 2024. Selain dua nama yang dijagokan Golkar, di Partai Nasdem ada Ahmad Sahroni yang juga cukup menarik karena miliki elektabilitas menonjol di DKI Jakarta.
Dedi melanjutkan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) punya Mardani Ali Sera yang juga menonjol, bahkan dari sisi partai PKS justru lebih berpeluang usung gubernur dibanding parpol lain. Kemudian lanjut Dedi, PDIP bisa saja usung tokoh lama seperti Basuki Tjahaja Purnama, atau Rismaharini. PPP juga bisa saja usung Sandiaga Uno. Di mana Sandi merupakan mantan Wagub DKI selama kurang lebih 2 tahun pada 2017-2019 lalu.
"Di luar parpol, masih ada Anies Baswedan, bagaimanapun Anies tetap miliki momentum," ujar Dedi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, mengatakan mulai banyak tokoh yang ancang-ancang maju di Pilkada DKI 2024 ini bukanlah sesuatu yang mengherankan. Menurut Ujang, menjadi Gubernur DKI akan menjadikan nilai tawar seorang pemimpin jadi lebih tinggi ketimbang kepala daerah lainnya. Di mana dalam tiga Pilpres terakhir yakni 2014, 2019, 2024 selalu ada yang memiliki rekam jejak sebagai mantan gubernur dan mantan wakil gubernur DKI Jakarta.
"DKI kan bergengsi, DKI punya magnet tersendiri, oleh karena itu menjadi gubernur DKI itu diperebutkan oleh banyak figur, banyak tokoh. Karena gubernur DKI itu jadi batu loncatan untuk menjadi capres," kata Ujang, Jumat (23/2/2024).
Menjadikan posisi Gubernur DKI sebagai batu loncatan untuk menjadi capres dilakukan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia maju di Pilkada DKI 2012 lalu. Baru dua tahun menjabat Jokowi maju di Pilpres 2014 karena menjadi Gubernur DKI membuat elektabilitas Jokowi tinggi. Pada akhirnya Jokowi terpilih menjadi presiden dua periode.
Berikutnya pada 2019, giliran Sandiaga Uno yang saat itu menjabat wakil gubernur DKI maju di Pilpres. Sandiaga maju menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Namun kala itu Prabowo-Sandi kalah. Teranyar adalah Anies Baswedan yang memiliki elektabilitas tinggi karena menjabat Gubernur DKI selama lima tahun.
"Siapapun yang punya kapasitas silakan bersaing untuk Pilkada DKI. Soal nanti kalah menang, warga Jakarta memilih atau tidak, itu urusan lain," ucap Ujang.