BRIN: Perubahan Iklim Bisa Memicu Krisis Lahan dan Air di Indonesia

Perubahan iklim ditandai dengan adanya peningkatan suhu 0,3 derajat celcius.

Republika/Wihdan Hidayat
Perubahan iklim berdampak pada berbagai hal termasuk sumber daya air di Indonesia.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim berdampak pada berbagai hal termasuk sumber daya air di Indonesia. Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, mengatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan tekanan pada sumber daya air meningkat, sehingga bisa memicu krisis lahan dan air.

Baca Juga


"Perubahan iklim berdampak pada proses hidrologi dan sumber daya air di antaranya terhadap perubahan siklus air, kenaikan suhu bumi, kenaikan muka air dan terjadinya iklim ekstrim," kata Mego dalam keterangan tertulis seperti dikutip Jumat (15/3/2024).

Ia menjelaskan bahwa perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan adanya peningkatan suhu 0,3 derajat celcius dan menurunnya curah hujan tahunan sebesar 2-3 persen. Dalam menghadapi tantangan ini, adaptasi dan mitigasi iklim sangatlah mendesak agar krisis lahan dan air tidak semakin parah.

Mego pun mendorong semua lembaga terkait untuk melakukan pendekatan bersinergi dan berkolaborasi. Di antaranya guna meningkatkan manajemen prasarana sumber daya air, mengembangkan disaster risk management banjir, tanah longsor dan kekeringan, meningkatkan manajemen dan mengembangkan prasarana sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air.

"Termasuk bagaimana meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat tentang penyelamatan air dan meningkatkan penyediaan dan akses terhadap data dan informasi terkait dampak perubahan iklim,” kata Mego.

Mego menyampaikan bahwa peran BRIN dalam konteks riset dan inovasi telah dilakukan dalam beragam bentuk mulai dari hulu sampai hilir dengan berbagai pengembangan teknologi. Peran riset dan inovasi untuk ketahanan air nasional dapat dilihat dari sumber air, kemudian apa yang harus dilakukan (misal untuk air hujan), dan bagaimana mengelola hasil tampungan air tersebut dalam skala kecil maupun besar. 

Dalam hal ini, BRIN juga telah melakukan kolaborasi dalam pemanenan air hujan (PAH) di Tarakan bersama kementerian/lembaga terkait. Kemudian periset BRIN juga telah menghasilkan inovasi Arsinum Mobile, yakni teknologi 3 penyaringan + UV berkapasitas 5.000 liter air siap minum dari bahan baku air sumur/banjir/sungai, menjadi air bersih yang digunakan untuk melayani daerah bencana.  

BRIN juga mendorong upaya pengembangan inovasi penangkap embun kabut, proyek pemompaan air bawah tanah di Gunung Kidul, dan teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang merupakan intervensi proses pertumbuhan awan untuk menambah atau mempercepat curah hujan dengan penyemaian garam di udara. 

“Kami juga sudah menyiapkan berbagai skema kerja sama dan skema untuk mengundang mitra-mitra.  Bahkan sampai menyiapkan program degree master maupun doktoral yang nantinya akan menjadi bagian penting dalam science diplomacy Indonesia,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler