Puasa Ramadhan di Masjid Emas Manila Artinya Beri Makan Ratusan Orang

Pemandangan yang sama terjadi setiap hari di Masjid Emas Manila.

Putra M Akbar/Republika
Jamaah melintasi Masjid Emas Manila
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,MANILA -- Satu demi satu, orang berdatangan sesaat sebelum matahari terbenam. Mereka duduk, saling berhadapan, di depan wadah makanan dan botol air yang melapisi kedua sisi tikar panjang warna-warni. Pemimpin mereka, sambil memegang megafon, mengingatkan mereka untuk tenang dan menjaga ketertiban.

Baca Juga


Kemudian, jam menunjukkan pukul 18:07. Perlahan-lahan, mereka membuka wadah untuk menikmati makanan pertama mereka dan untuk menenangkan perut mereka yang keroncongan setelah tidak makan dan minum selama satu hari penuh, dari matahari terbit hingga terbenam.

Banyak orang lainnya termasuk seorang anak, yang memegang dua wadah makanan, membawa makanan mereka pulang ke rumah.

Sesaat setelah makan, azan pun dilantunkan. Umat Islam memasuki masjidnya, menghadap ke arah Makkah, Arab Saudi, dan melaksanakan sholat maghrib.

Campuran rasa lega setelah seharian berpuasa, dan rasa hormat di momen sholat lainnya, memenuhi suasana di Masjid Emas Manila di Quiapo, Manila, Filipina ketika Rappler mengunjungi tempat ibadah ikonik ini pada Rabu (20/3/2024). 

Pemandangan yang sama terjadi setiap hari di Masjid Emas Manila selama 29 atau 30 hari mulai tanggal 12 Maret 2024, saat umat Islam menjalankan bulan puasa Ramadhan. Selama bulan puasa, umat Islam wajib berpuasa dari makanan dan air minum, mulai dari matahari terbit hingga terbenam untuk mendisiplinkan indera mereka dan menyatukan diri dengan orang miskin dalam penderitaan mereka.

Apa yang terjadi setelah matahari terbenam di bulan Ramadhan disebut berbuka puasa.

Bulan Berbagi dan Memberi

Di Masjid Emas Manila, buka puasa menjadi istimewa karena lebih dari sekadar mengenyangkan perut setelah seharian berpuasa. Dengan bantuan para donatur, buka puasa di Masjid Emas Manila juga memberi makan setidaknya 300 umat Islam yang kurang mampu selama 29 atau 30 hari Ramadhan.

Ini merupakan sumber pemenuhan kebutuhan masjid yang konon merupakan masjid terbesar di Luzon yang ditugaskan oleh ibu negara saat itu, Imelda Marcos, pada tahun 1976 untuk perjalanan mendiang pemimpin Libya Muammar Gaddafi ke Manila, namun akhirnya dibatalkan.

Administrator Masjid Emas Manila, Sultan Abdusalam “Gerry” Magarang, dan imam besarnya, Jalal Jamil, mempelopori program Buka Puasa Ramadhan Gratis ini untuk mendorong umat Islam yang mampu untuk mensponsori buka puasa bagi mereka yang membutuhkan.

Jamil mengatakan anggaran mereka adalah P65 (atau 1,15 Dolar) per makanan untuk masing-masing 300 penerima buka puasa gratis. Ini berarti menghabiskan sekitar P19.500 (atau sekitar 346 dolar) per malam selama sebulan penuh Ramadhan.

“Hal ini untuk membuat saudara dan saudari kita merasa bahwa mereka memiliki sesama Muslim yang membantu memberi makan orang miskin dari lubuk hati mereka,” kata Jamil kepada Rappler dalam bahasa Filipina.

Ini juga merupakan cara untuk membuat umat Islam memahami nilai memberi. “Berbagi buka puasa itu sangat penting karena selain bisa membantu orang lain juga mendapat pahala, seperti pahala orang yang berpuasa,” kata Jamil, dilansir dari laman Rappler, Senin (25/3/2024)

Menurut ajaran Nabi Muhammad SAW, seorang Muslim akan mendapatkan pahala puasa dua kali lipat jika ia memberi makan kepada sesama Muslim yang berpuasa juga. “Sekarang, jika kamu memberi makan 100 orang, itu berarti pahala puasa kamu berlipat ganda 100 kali lipat,” kata Imam Besar Masjid Emas Manila.

Jamil menjelaskan mengapa Ramadhan lebih dari sekadar menghindari makanan dan minuman.

“Banyak orang mengira puasa Ramadhan hanya sekedar larangan makan atau minum. Itu bukan tema utama Ramadhan,” ujarnya.

“Sebaliknya, Ramadhan ibarat kedatangan dokter yang menyembuhkan sesuatu yang salah atau perbuatan kita yang bertentangan dengan ajaran Islam. Atau Ramadhan ibarat datangnya seorang guru yang mengajarkan kita untuk beramal sehingga kita bisa merasakan apa yang dirasakan saudara-saudara kita yang sedang berjuang dalam hidup,” jelas Jamil.

Magarang mengatakan kepada Rappler bahwa Ramadhan adalah bulan kedamaian, bulan ketenangan, bulan perayaan menjadi seorang Muslim.

Seperti Jamil, Magarang berkata dalam bahasa Filipina, “Ini adalah bulan memberi karena puasa adalah mengajari diri sendiri, misalnya jika seseorang kaya, agar merasakan apa yang dirasakan orang miskin.” 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler