Risiko Kelaparan Meningkat, Warga Gaza Terpaksa Makan Tanaman
Warga terpaksa makan tanaman Khobiza karena tidak ada lagi yang bisa dimakan.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dewan Keamanan PBB sudah mengadopsi resolusi yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza. Tapi Gaza semakin dekat menuju jurang kelaparan. Warga kantong pemukiman itu terpaksa memakan tanaman hijau yang dikenal Khobiza karena tidak ada lagi yang dapat dimakan.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan Gaza serangan Israel yang menghancurkan Gaza dan membawa kantong pemukiman itu ke jurang kelaparan sudah menewaskan 32 ribu orang lebih. Kementerian tidak membedakan korban jiwa dari sipil dan kombatan tapi mereka mengatakan sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.
"Kehidupan kami semua, bahkan setelah melalui perang (sebelumnya), kami belum pernah memakan Khobiza," kata seorang perempuan Palestina, Maryam Al-Attar, Selasa (26/3/2024).
"Putri saya memberitahu saya 'Kami ingin makan roti, ibu,' hati saya hancur untuk mereka."
"Saya tidak menemukan sepotong roti pun untuk mereka. Sya pergi dan mengumpulkan sedikit Khobiza. Sekarang kami menemukan Khobiza, tapi di masa mendatang, di mana kami akan mendapatkannya? Khobiza akan habis, kemana kami harus berpaling?" tambahnya.
Rakyat Palestina menderita saat satu miliar lebih muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Berbuka dengan keluarga atau teman-teman dengan makanan berlimpah.
"Kami sudah tertelan kelaparan. Kelaparan kami tidak memiliki apa-apa untuk di makan. Kami mendambakan sayuran, ikan dan daging. Kami berpuasa dengan perut yang kosong. Kami tidak bisa lagi berpuasa. Kami pusing karena kelaparan. Tidak ada yang bisa membantu tubuh yang melawan," kata Umm Mohamed.
Pada 18 Maret lalu lembaga pemantau bencana kelaparan dunia, Integrated Food-Security Phase Classification (IPC), mengatakan kelaparan di Gaza utara akan terjadi pada bulan Mei dan bulan Juli di seluruh Jalur Gaza.
Khobiza hanya memberikan sedikit keringanan ketika pengiriman bantuan semakin tidak pasti. Sementara mediator berusaha mempersempit kesenjangan antara Israel dan Hamas dalam hal gencatan senjata dan pembebasan para sandera.
Pada Senin (25/3/2024) seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan Israel akan berhenti bekerja sama dengan badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) yang sejauh ini merupakan badan bantuan terbesar di Gaza dan menuduh badan bantuan tersebut mengabadikan konflik.
Pada Januari lalu Israel menuduh 12 dari 13.000 staf UNRWA di Gaza terlibat dalam serangan 7 Oktober. Tuduhan Israel tersebut membuat beberapa negara donor menangguhkan pendanaannya.
UNRWA memecat beberapa anggota staf, dan mengatakan mereka bertindak untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan, dan sebuah penyelidikan internal independen PBB pun diluncurkan.