Perkembangan Lanskap dan Penerapannya dalam Islam
Penerapan ilmu lanskap tidak lagi hanya pada substansi elemen dalam perancangannya.
Oleh : Tika Ainunnisa Fitria, S.T., M.T., PhD (Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Kata landscape atau lanskap berasal dari awal abad ke-13 yang diartikan sebagai wilayah daratan atau lingkungan. Pada kehidupan sehari-hari seringkali dikaitkan dengan seni pertamanan. Ilmu lanskap telah ada dari jaman pra-histori ‘cosmological landscape’ yang berupa bentang alam dengan situs-situs, seperti Stonhenge di Inggris dan Nazca Lines di Peru.
Pada abad ke-6, lanskap telah menjadi kesatuan dengan karya Arsitektural, seperti Hadrian’s Villa di Italia dan Acropolis di Yunani. Perkembangan lanskap pada tiap eranya ditunjukkan dari beberapa peninggalan, seperti: Zen Garden (abad 15), Haddon Hall (abad 16), Taj Mahal (abad 17), Blenheim Palace Garden (abad 18). Perkembangan lanskap pada era modern telah melahirkan karya-karya monumental, seperti Central Park di Amerika yang dibangun pada abad 19, hingga saat ini pada abad 21 dimana banyak kita jumpai disekitar kita, seperti Taman Bungkul, Tebet Ecopark, dan Cipete Urban Forest.
Sesungguhnya, penerapan ilmu lanskap telah ada sejak zaman Nabi Muhammad dan menjadi bukti kejayaan Islam. Bangsa Arab pada saat itu merupakan suku nomaden yang bermata pencaharian sebagai pedagang dengan jalur perdagangan hingga Teluk Persia, atau sepanjang Sungai Nil sampai Laut Merah. Pada perjalanan itu, bangsa Islam memberikan pengaruh besar bagi seni pertamanan di wilayah-wilayah yang dikuasai. Lebih dari itu, Bangsa Islam ikut andil dalam memecahkan bencana kekeringan di wilayah-wilayah tersebut dengan membentuk aliran-aliran air menuju taman-taman. Kejayaan lanskap bangsa Islam ini terdokumentasi pada permadani peninggalan bangsa Persia abad 17 ‘Garden Carpets’.
Melalui perang dan perdagangan, kekuasaan Islam semakin meluas di wilayah Asia khususnya India dan Cina. Ilmu lanskap bangsa Islam mengalami perkembangan dengan mengadopsi ilmu pertamanan Cina, tidak lagi berorientasi pada alam saja, namun lebih menciptakan taman yang harmonis dan organik.
Taman Islam pada era ini mengedepankan kealamian pada eksplorasi desainnya dan melengkapi dengan ragam elemen dan tumbuhan. Pepohonan difungsikan untuk menghalangi sinar matahari dan memberikan estetika bayangan pada musim panas. Namun, peninggalan taman Islam pada masa awal ini tidak lagi bertahan. Sebaliknya, peninggalan taman Islam awal masih dapat dijumpai di Spanyol. Taman Alhambra salah satunya, didirikan pada pertengahan abad 14 disaat bangsa Islam menguasai sekeliling Selatan Mediterania. Hasil karya ini menjadi bukti nyata bangsa Islam memiliki andil dalam peradaban taman dunia. Dilanjutkan masa Ottoman, seni pertamanan Islam telah menjadi kesatuan dengan Arsitektur Masjid yang masih dapat dijumpai pada masjid-masjid di Istanbul.
Perkembangannya saat ini, penerapan ilmu lanskap tidak lagi hanya pada substansi elemen dalam perancangannya. Namun, bagaimana konsep lanskap yang merujuk pada Alquran dan Hadits. Syariat Islam sebagai batasan-batasan dalam perancangannya dimana keindahan dan estetikanya mengedepankan esensi nilai-nilai Islam. Terlepas dari hal-hal yang melanggar syariat Islam, baik terkait konsep rancangan, elemen, maupun aktivitas yang diwadahi. Menghadirkan lanskap yang menjadikan kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta bermanfaat bagi sesama dan alam semesta ‘Rahmatan Lil Alamin’.