6 Soal dan Jawabannya Ini Ungkap Relasi Sapi Merah, Masjid Al-Aqsa, dan Rencana Zionis

Yahudi ekstremis mempercayai mitos sapi merah untuk robohkan Al-Aqsa

AP/Ariel Schalit
Ilustrasi Yahudi ekstremis. Yahudi ekstremis mempercayai mitos sapi merah untuk robohkan Al-Aqsa
Rep: Umar Mukhtar, Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Kabar tentang Konferensi Sapi Merah di Shilo, sebuah daerah pemukiman ilegal Israel di dekat Kota Nablus, Palestina, kembali menggemparkan.  

Baca Juga


Pada Rabu (27/3/2024) pekan ini, puluhan warga dan Rabi Israel berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo, mendiskusikan ritual kurban sapi merah.

Sementara, di sebuah bukit di Tepi Barat, lima ekor sapi merah jenis Angus yang sebelumnya diimpor dari Texas, Amerika Serikat, ditempatkan di sebuah kandang tengah mengunyah jerami. Sapi-sapi itu, jika nantinya sudah cukup umur, akan dijadikan kurban sebagai bagian dari ritual menyongsong datangnya sang Mesiah.

Republika.co.id membeberkan beberapa fakta seputar sapi merah melalui soal dan jawabannya yang dikutip dari berbagai sumber sebagai berikut: 

1. Lima sapi merah untuk apa dan bagaimana ritualnya? 

Merujuk pada tradisi Yahudi, abu hasil dari pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam ritual pemurnian yang akan menjadi jalan dibangunnya Kuil Ketiga di Yerusalem. Kuil itu, menurut keyakinan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di atas dataran tinggi di Kota Tua Yerusalem, di mana lokasi persisnya terletak Bukit Bait Suci, di titik Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock kini berdiri. Mereka percaya, kuil itu menjadi salah satu syarat datangnya Mesiah turun ke bumi.

2. Dari manakah asal tradisi dan kepercayaan sapi merah?  

Temple Institute menjelaskan bahwa sapi dara berwarna merah itu datang ketika persiapan meletakkan dasar bagi pembangunan Kuil Ketiga di Yerusalem. Hal ini dilaporkan The Jerusalem Post pada September 2022.

Sapi merah pertama kali disebutkan dalam Kitab (19:3) yang dipercaya Yahudi Israel. Teks kitab itu berbunyi, "Ketika Tuhan memberi tahu Musa dan Harun, 'Inilah hukum ritual yang diperintahkan Tuhan: Perintahkan orang Israel untuk membawakanmu seekor sapi merah tanpa cacat, yang tidak ada di dalamnya cacat dan tidak ada kuk yang dipasang padanya'.”

Kitab Taurat selanjutnya menjelaskan bagaimana sapi diolah dan dibakar serta abunya dicampur ke dalam air yang disucikan. Mereka yang menjadi najis karena menyentuh mayat manusia akan disucikan dengan cara memercikkan air bercampur abu tersebut dua kali. 

Yakni tiga hari sekali setelah mereka bersentuhan dengan mayat tersebut, dan yang kedua tujuh hari setelah mereka kontak dengan mayat.

Kitab Taurat menceritakan bahwa seekor lembu merah dibawa ke Imam Elazar, putra Harun, dan diolah untuk dijadikan abu untuk ritual tersebut. Menurut Talmud, abu tersebut digunakan sejak saat itu hingga akhir periode Kuil Pertama. Selama periode Kuil Kedua, lima hingga tujuh sapi dara merah lainnya dibakar untuk dijadikan abu. 

Maimonides menulis dalam ringkasan hukum Yahudi, Mishneh Torah (Laws of the Red Heifer, 3:4), bahwa sapi merah berikutnya akan dibawa oleh Mesias.

 

 

3. Mengapa ritual sapi merah dianggap penting oleh Yahudi? 

Di zaman modern, semua orang Yahudi termasuk kohanim (pendeta/ imam Yahudi) dianggap najis karena kotoran yang ditimbulkan oleh mayat. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari di zaman modern status ini tidak mempunyai banyak dampak praktis, mereka yang najis dengan jenis kenajisan ini dilarang memasuki kuil. 

Kohanim (imam Yahudi) yang tidak suci dengan jenis kotoran (najis) ini dilarang melakukan pelayanan yang diperlukan di Kuil. Imam Yahudi itu perlu disucikan dengan abu sapi merah sebelum dapat melayani lagi, sehingga pembuatan abu tersebut merupakan persyaratan yang diperlukan untuk segala upaya, untuk membangun kembali kuil suci Yahudi ketiga di Yerusalem.

(Satu pengecualian adalah pengorbanan Pascal, yang dapat dipersembahkan bahkan oleh mereka yang najis dengan najis dari mayat, selama mayoritas orang Yahudi najis dengan jenis-najis ini.

4. Apa syarat sapi merah yang akan dikurbankan tersebut? 

Di antara syarat sapi merah tersebut ialah sapi berwarna merah alami berusia 2 tahun. Sapi merah ini dianggap sebagai alat penyucian bagi orang yang akan merobohkan Masjid Al Aqsa ketika disembelih di Bukit Zaitun dengan tata cara ritual yang kompleks.

Karena, menurut keyakinan tersebut, mereka saat ini sudah dikotori oleh apa yang mereka sebut dengan "kekotoran jiwa orang mati". Tidak ada solusi untuk mengatasinya kecuali dengan abu sapi merah.

Orang-orang Yahudi selama bertahun-tahun berusaha menanti kelahiran sapi merah tersebut. Hingga akhirnya, mereka menemukan 5 ekor sapi merah di negara bagian Texas, Amerika Serikat. Sapi-sapi ini dikatakan sebagai hasil rekayasa genetika, dan mereka tiba di Israel pada September 2022 lalu dengan dukungan pemerintah Israel. 

 

 

5. Apakah selain Yahudi juga terlibat menyiapkan sapi merah? 

Ini bukan kali pertama orang non-Yahudi membantu memberikan sapi merah kepada orang-orang Yahudi. 

Talmud (Kiddushin 31a) menceritakan bahwa seorang non-Yahudi bernama Dama ben Netina menolak memberikan permata (perhiasan) yang dibutuhkan untuk Kuil, meskipun ada tawaran hadiah yang besar. Karena ayahnya sedang tidur di atas kunci untuk membuka kotak yang berisi permata tersebut, dan dia tidak ingin mengganggu istirahat ayahnya. 

Sebagai imbalan atas rasa hormat yang dia tunjukkan kepada ayahnya, seekor sapi betina merah dilahirkan dalam gembala (kawanan) ben Netina pada tahun berikutnya. Sehingga dia mampu menjual sapi betina tersebut ke Kuil dengan uang yang akan dia peroleh jika dia menjual permata tersebut kepada mereka. 

6. Benarkah serangan Hamas Badai Al-Aqsa 7 Oktober 2023 untuk cegah ritual sapi merah? 

Juru Bicara Brigade Al-Qassam sayap militer Hamas, Abu Ubaidah, sempat menyampaikan pernyataan dalam sebuah tayangan video pada 14 Januari 2023 lalu. Pernyataan pada waktu tersebut merupakan momentum peringatan 100 hari sejak serangan Hamas kepada zionis Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Dalam pernyataan tersebut, Abu Ubaidah menyinggung soal mitos Yahudi tentang sapi merah. Aljazeera dalam laporannya menyebutkan, pemilihan 7 Oktober sebagai tanggal serangan perlawanan yang dilancarkan Hamas di perbatasan Jalur Gaza dan upaya pematahan mitos tersebut bukanlah suatu kebetulan.

Sebab, serangan Hamas dilaporkan menjadi bentuk antisipasi terhadap tanggal penyembelihan sapi merah Yahudi. "Sapi merah membawa penerapan mitos agama yang menjijikkan, yang dirancang untuk menyerang perasaan seluruh umat," kata Abu Ubaida dalam pernyataan dalam tayangan video tersebut.

Laporan Aljazeera menyampaikan, apa yang dinyatakan oleh Abu Ubaidah telah dikatakan sebelumnya oleh Panglima Staf Al-Qassam, Muhammad Al-Deif, saat melancarkan operasi penyerangan Badai Al Aqsa. 

 

 

Rahasia Masjid Al Aqsa - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler