Oposisi Menang di Pemilu Lokal, Erdogan Terancam
Pemilu lokal secara nasional dipandang sebagai ukuran dukungan terhadap Erdogan.
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Partai oposisi utama Turki telah mengeklaim kemenangan di Istanbul dan Ankara dalam pemilu lokal. Kemenangan ini, sekaligus menandai kekalahan terbesar bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) dalam lebih dari dua dekade.
Dengan lebih dari 95 persen kotak suara dibuka di Istanbul pada Ahad, (31/3/2024), Walikota Ekrem Imamoglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) mengatakan dia telah mengalahkan kandidat Partai AK yang berkuasa dengan selisih lebih dari satu juta suara. “Mereka yang tidak memahami pesan negara pada akhirnya akan kalah,” Imamoglu, mantan pengusaha, mengatakan kepada ribuan pendukungnya, dikutip dari Aljazirah.
“Malam ini, 16 juta warga Istanbul mengirimkan pesan kepada saingan kami dan presiden.” Di ibu kota Ankara, Wali Kota CHP Mansur Yavas mengeklaim kemenangan atas saingannya dan memuji hasil tersebut sebagai “pesan yang jelas kepada mereka yang memerintah negara ini”.
CHP juga unggul di Izmir, kota ketiga di Turki. Dalam pemilu lokal sebelumnya pada tahun 2019, Imamoglu memenangkan pemilihan walikota Istanbul, memberikan pukulan elektoral terbesar bagi Erdogan dan Partai AK hingga saat itu.
Kekalahan itu juga menjadi catatan pribadi bagi Erdogan, yang lahir dan besar di kota tersebut dan menjabat sebagai wali kota pada tahun 1990-an. Pemilihan kepala daerah pada Ahad kemarin, merupakan pukulan baru bagi presiden yang telah bertekad untuk merebut kembali kendali atas wilayah perkotaan tersebut.
Secara total, CHP menang di 36 dari 81 provinsi di Turki, menurut laporan Anadolu Agency yang dikelola pemerintah, dan berhasil menembus banyak kubu Partai AK.
Pendukung oposisi berkumpul di Istanbul untuk merayakan hasil pemilu tersebut, dengan puluhan ribu orang menyalakan obor dan mengibarkan bendera Turki. Dalam pidato yang disampaikan dari balkon istana kepresidenan, Erdogan, yang telah memerintah Turki sejak 2002, mengakui partainya telah “kehilangan posisi” di seluruh negeri dan mengatakan ia akan melakukan refleksi diri dan memperbaiki kesalahan apa pun.
“Kami akan memperbaiki kesalahan kami dan memperbaiki kekurangan kami,” katanya. Sekitar 61 juta orang berhak memilih wali kota di 81 provinsi di Turki serta anggota dewan provinsi dan pejabat lokal lainnya pada Ahad,
Pemilu lokal secara nasional dipandang oleh para analis dan warga sipil sebagai ukuran dukungan terhadap Erdogan dan ketahanan oposisi, di tengah meroketnya inflasi dan melemahnya mata uang Turki terhadap dolar.
Sinan Ulgen, direktur lembaga pemikir Edam yang berbasis di Istanbul, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press, hasil yang mengejutkan adalah perwujudan keinginan para pemilih untuk menghukum partai yang berkuasa. Termasuk, atas keadaan perekonomian dan menggambarkan pemilu tersebut sebagai titik balik untuk Imamoglu. “Dia akan muncul sebagai kandidat alami dari oposisi untuk putaran pemilihan presiden berikutnya,” kata Ulgen.