Hizbullah: Aksi Balasan Iran Atas Serangan Israel adalah Keniscayaan
Hizbullah sebut Israel ketakutan dengan balasan Iran
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT— Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat (5/4/2024) menyebut aksi balasan oleh Teheran terhadap serangan Israel ke misi diplomatik Iran di Damaskus sebagai keniscayaan.
“Serangan tersebut merupakan titik balik sejak perang Israel pecah di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023,” kata Nasrallah dalam rekaman pidatonya untuk merayakan Hari Quds Internasional.
“Kita bisa menyimpulkan dari kata-kata Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei bahwa balasan Iran terhadap serangan ini adalah keniscayaan,” kata dia.
"Israel mulai mengambil tindakan pencegahan karena takut akan balasan Iran," kata Nasrallah, seraya menambahkan bahwa "waktu, lokasi, dan besarnya serangan berada di tangan para pemimpin Iran."
Tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal tinggi, tewas dalam serangan di Konsulat Iran di Damaskus pada Senin.
Iran menuduh Israel melakukan serangan itu dan bersumpah untuk membalasnya dengan serangan mematikan. Israel secara resmi belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Menurut media Israel, otoritas di Tel Aviv mempertimbangkan untuk membuka penampungan di tengah ancaman pembalasan Iran.
Pada Rabu, militer Israel memutuskan untuk memanggil tentara cadangan ke Pertahanan Udara Array, yang oleh media lokal disebut sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan balasan dari Iran.
Hizbullah adalah kelompok bersenjata dukungan Iran yang didirikan pada 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Serangan Senin (1/4/2024) menewaskan dua jenderal dan lima penasihat militer Iran yang sedang ditugaskan di Damaskus, Suriah. Serangan itu terjadi saat Israel meningkatkan serangannya ke Iran dan kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Teheran.
Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah membalas serangan tersebut. Teheran memiliki banyak opsi. Menggunankan proksi-proksinya mengincar pasukan Amerika Serikat (AS), menyerang Israel secara langsung atau mempercepat program nuklir yang sudah lama Washington dan sekutu-sekutunya coba tahan.
Pejabat pemerintah Amerika Serikat yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Washington memantau dengan seksama apakah Iran akan mengambil langkah seperti sebelumnya yaitu menggunakan proksinya di Irak dan Suriah untuk mengincar pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah.
Iran menahan serangan-serangan itu pada bulan Februari setelah Amerika Serikat membalas kematian tiga pasukannya di Yordania dengan puluhan serangan udara ke target-target yang memiliki koneksi dengan Garda Revolusi Iran di Suriah dan Irak.
Pejabat Amerika Serikat mengatakan Washington belum menerima intelijen yang mengindikasi kelompok-kelompok yang didukung Iran mengincar pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah usai serangan Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah.
Media Iran melaporkan serangan itu menewaskan anggota Garda Revolusi termasuk Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi.
Amerika Serikat sudah terangan-terangan memperingatkan Iran untuk tidak menyerang pasukannya.
"Kami tidak akan ragu untuk membela personel kami dan mengulang peringatan pada Iran dan proksi-proksinya untuk tidak mengambil keuntungan atas situasi ini untuk kembali menyerang personel-personel Amerika Serikat," kata Deputi Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Robert Wood.
Salah satu sumber yang melacak isu ini dengan hati-hati dan tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Iran menghadapi teka-teki untuk membalas serangan agar Israel tidak melanjutkan serangannya tapi juga ingin menghindari perang skala penuh.
"Mereka menghadapi dilema, bila mereka meresponnya mereka dapat memicu konfrontasi yang jelas tidak mereka inginkan, mereka mencoba memodulasi tindakan mereka dalam cara yang menunjukkan mereka responsif tapi tidak meningkatkan ketegangan," katanya.
"Dalam kasus ini bila mereka tidak meresponnya, maka akan memberi sinyal pertahanan mereka hanya macan kertas," tambahnya.
Sumber itu mengatakan Iran mungkin menyerang Israel, kedutaan besar Israel atau fasilitas Yahudi di luar negeri. Pejabat Amerika Serikat mengatakan mengingat signifikansi serangan Israel mungkin Iran akan membalas menyerang kepentingan Israel dibandingkan pasukan Amerika Serikat.