Ketakutan Melanda Warga Israel Saat Mereka Yakin Serangan Iran Semakin Dekat
Warga Israel alami panic buying mulai dari barang kebutuhan pokok hingga generator.
REPUBLIKA.CO.ID, Pada Kamis (7/2/2024), aksi panic buying melanda warga Israel. Beberapa toko dilaporkan mengalami lonjakan penjualan mulai dari barang-barang kebutuhan pokok, radio transistor, hingga generator pembangkit listrik.
Rami Levi, pemilik jaringan supermarket besar di Israel mengatakan, angka penjualan toko-tokonya pada Kamis lebih tinggi dari hari-hari biasa. Namun, Rami tidak bisa memerinci berapa persentase kenaikan penjualan dan apakah itu ada hubungannya dengan kepanikan warga atas kondisi keamanan saat ini.
"Namun diperkirakan tidak akan ada kelangkaan barang (yang dibutuhkan)," kata Rami dikutip Times of Israel.
Eitan Yochananof, pemilik jaringan ritel Yochananof, juga mengungkapkan adanya kenaikan 300 persen penjualan air kemasan. Namun, ia mengatakan, "Tidak ada kepanikan."
Sementara, seorang pejabat dari produsen alat-alat elektrik, kepada koran The Marker, mengatakan, bahwa mereka menjual "puluhan generator" pada Kamis. "Setiap kami menyetok ulang generator di toko, mereka langsung terjual habis dengan cepat," ujar pejabat itu.
Lebih jauh, beberapa kota di Israel pada Kamis mengeluarkan pernyataan kepada warganya, untuk bersiap atas skenario apa pun, saat otoritas lokal federal menyatakan, bahwa mereka telah memfinalisasi pembelian 600 walkie-talkie untuk keadaan darurat.
Saat tentara IDF dalam status kewaspadaan tinggi atas potensi serangan balik Iran menyusul terbunuhnya komandan IRGC di Suriah, IDF pada Kamis mengeluarkan pernyataan kepada warga Israel untuk tidak panik. Juru bicara IDF, Daniel Hagari lewat unggahannya di X, menyarankan warga sipil Israel tidak perlu, "Membeli generator, menimbun makanan dan manarik uang dari ATM."
“Seperti yang kami lakukan hingga hari ini, kami akan memberikan informasi baru secara segera, baik lewat pernyataan resmi atau dalam bentuk perintah," Hagari menambahkan.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat (5/4/2024) menyebut aksi balasan oleh Teheran terhadap serangan Israel ke misi diplomatik Iran di Damaskus sebagai keniscayaan. Menurut Nasrallah, serangan Iran akan menjadi titik balik sejak perang Israel-Hamas pecah di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023,” kata Nasrallah.
“Kita bisa menyimpulkan dari kata-kata Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei bahwa balasan Iran terhadap serangan ini adalah keniscayaan,” kata Nasrallah dikutip Anadolu seperti dilansir Antara.
"Israel mulai mengambil tindakan pencegahan karena takut akan balasan Iran," kata Nasrallah, seraya menambahkan bahwa "waktu, lokasi, dan besarnya serangan berada di tangan para pemimpin Iran."
Diketahui, pada Senin (1/4/2024) lalu, tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal tinggi, tewas dalam serangan di Konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Iran menuduh Israel melakukan serangan itu dan bersumpah untuk membalasnya dengan serangan mematikan.
Israel secara resmi belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Menurut media Israel, otoritas di Tel Aviv mempertimbangkan untuk membuka penampungan di tengah ancaman pembalasan Iran.
Sebelumnya pada Rabu (3/4/2024), militer Israel memutuskan untuk memanggil tentara cadangan ke Pertahanan Udara Array, yang oleh media lokal disebut sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan balasan dari Iran. Adapun, Hizbullah adalah kelompok bersenjata dukungan Iran yang didirikan pada 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Pada Selasa (3/4/2024), pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, bersumpah akan membalas serangan udara Israel ke konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Melalui sebuah pesan, Ayatollah Khamenei mengecam serangan udara Israel yang menewaskan jenderal Mohammad Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haj Rahimi beserta lima rekannya.
“Rezim keji akan dihukum oleh tangan-tangan pejuang pemberani kami. Dengan rahmat Tuhan, kami akan membuat mereka menyesali kejahatan ini dan kejahatan yang serupa,” tulis pesan tersebut.
Khamenei menggambarkan Mayor Jenderal Zahedi sebagai pejuang Islam tanpa pamrih yang telah menantikan mati syahid dalam perjuangannya selama puluhan tahun. “Mereka tidak kehilangan apapun dan mendapat pahala (surgawi), namun kesedihan atas kepergiannya memberatkan bangsa Iran, terutama bagi mereka yang mengenalnya,” kata Khamenei.
Dalam pernyataannya, sayap hubungan masyarakat IRGC mengumumkan tewasnya Jenderal Mohammad Reza Zahedi, seorang komandan senior Pasukan Quds IRGC di Suriah dan Lebanon, wakilnya Jenderal Hadi Haj Rahimi dan lima anggota militer lainnya dalam serangan di sebuah gedung yang menjadi tempat tinggal bagian konsuler Kedutaan Besar Iran di ibu kota Suriah.
Kelima korban jiwa lainnya adalah Hossein Amanollahi, Seyyed Mahdi Jalalati, Mohsen Sadaqat, Ali Agha Babaei dan Syed Ali Salehi Rozbahani, semuanya anggota IRGC. Pernyataan itu mengatakan Israel melakukan serangan tersebut, "menyusul kekalahan yang tidak dapat diperbaiki melawan perlawanan Palestina".