Mengapa di Indonesia Tidak Bisa Melihat Gerhana Matahari Total dan Ledakan di Matahari? 

Pengaruh ledakan-ledakan matahari di Bumi, tergantung besar kekuatan ledakannya.

EPA-EFE/FRANCISCO GUASCO
Seorang pria mengamati gerhana matahari cincin dari kota Guadalajara, di negara bagian Jalisco, Meksiko, Sabtu, (14/10/2023)
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana Matahari Total (GMT) dapat disaksikan di Amerika bagian utara pada Senin (8/4/2024), yaitu Amerika Serikat (AS), Meksiko, dan Kanada. Sementara itu, Indonesia tidak mengalami GMT. 

Baca Juga


Berdasarkan infografis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bidang Geofisika Potensial yang diunggah di akun Instagramnya, @geopotw_bmkg, seperti yang dikutip Republika.co.id pada Senin (8/4/2024), ada lima tahap mengenai proses terjadinya gerhana matahari total. Pertama, dimulai dengan gerhana matahari sebagian pukul 15.42 UT (pukul 22.42 WIB). 

Kedua, mulai memasuki fase total gerhana matahari pukul 16.39 UT (pukul 23.39 WIB). Ketiga, Puncak GMT terjadi pada pukul 18.17 UT (9 April 2024, pukul 01.17 WIB) dan berlangsung selama empat menit 26 detik. 

Keempat, fase total gerhana matahari berakhir pada pukul 19.56 UT (9 April 2024, pukul 02.56 WIB). Kelima, diakhiri dengan gerhana sebagian pukul 20.52 UT (9 April 2024, pukul 03.32 WIB). 

Di daerah yang dapat menyaksikan fenomena langit ini juga akan melihat ledakan-ledakan di matahari. Ledakan-ledakan di matahari terjadi pada saat totalitas gerhana, Senin (8/4/2024).

“Menurut National Center for Atmospheric Research (NCAR), saat totalitas gerhana matahari, pandangan Matahari dari Bumi terhalang oleh Bulan dan menyisakan sisi tepi. Pada sisi tepi inilah di Bumi bisa menyaksikan tepian plasma Matahari tampak meledak-ledak,” tulis BMKG Bidang Geofisika Potensial di infografisnya. 

Badan tersebut menjelaskan ledakan matahari tersebut disebabkan oleh aktivitas internal di matahari itu sendiri. Aktivitas internal ini terjadi karena tingkat aktivitas matahari yang mengalami pasang surut selama siklus 11 tahunan akan mencapai puncaknya pada tahun ini.

“Para ahli atmosfer di seluruh dunia, belum mengetahui secara pasti penyebabnya, tapi kemungkinan besar melibatkan gaya magnetik atau reaksi nuklir di dalam matahari,” tulis BMKG Bidang Geofisika Potensial di infografisnya

Wilayah benua Amerika bagian utara, seperti AS, Meksiko, dan Kanada bisa menyaksikan ledakan-ledakan di matahari pada saat terjadi totalitas gerhana matahari. Namun sayangnya masyarakat di Indonesia tidak dapat menyaksikan peristiwa itu. Sebab saat terjadi GMT, wilayah Indonesia sedang malam hari. 

Pengaruh ledakan matahari di Bumi....

 

 

Pengaruh ledakan matahari di Bumi 

Pengaruh ledakan-ledakan matahari di Bumi, tergantung besar kekuatan ledakannya. Di Bumi, ledakan-ledakan matahari berdampak pada kemagnetan bumi. Yakni, berupa badai magnet bumi (Geomagnetic Storm). 

Hal ini terjadi karena ledakan di permukaan matahari (korona) melontarkan plasma besar yang berisikan partikel bermuatan (angin matahari) beserta medan magnet berkecepatan tinggi yang menjalar hingga ke magnetosfer bumi. 

Peristiwa lontaran massa korona itu sering disebut sebagai Coronal Mass Ejection (CME). 

Ketika CME menghantam medan magnet di sekitar bumi, lontaran partikel bermuatan tersebut dibelokkan oleh lapisan magnetosfer bumi ke arah garis kutub utara dan kutub selatan. 

Magnetosfer bumi adalah lapisan perisai bumi yang melindungi bumi dari pengaruh radiasi partikel bermuatan berkecepatan tinggi yang dilontarkan dari matahari. Lapisan ini berbentuk seperti lingkaran dengan titik terkuatnya berada pada daerah lintang rendah (dekat ekuator bumi). 

 

“Sehingga, dampak gangguan badai magnet bumi paling besar dirasakan pada daerah lintang tinggi, sedangkan daerah lintang rendah seperti Indonesia akan relatif aman,” tulis BMKG Bidang Geofisika Potensial di infografisnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler