Idul Fitri Jadi Momen Silaturahim, Ini Pesan Nabi Muhammad SAW
Lapangnya rezeki itu karena silaturahim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam biasanya setelah mudik menjelang hari raya Idul Fitri akan melakukan silaturahim dengan keluarga, kerabat dan tetangganya di kampung halaman. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan Muslim untuk menjalin silaturahim.
Ada banyak manfaat dan kebaikan dalam menjalin silaturahim. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan dan diberkahi rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung hubungan dengan kerabatnya." (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim)
BACA JUGA: Naskah Khutbah Idul Fitri 2024: Merayakan Kemenangan dengan Akhlak
Di dalam wasiat yang mulia ini, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita mempelajari (urutan) nasab agar kita bisa menyambung hubungan kerabat yang terputus. Islam sangat memperhatikan usaha menegakkan masyarakat yang saling membantu, bersatu, serta berupaya mengokohkan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah persatuan yang dimulai dari individu, keluarga, hingga mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu, cara yang dipakai meraih persatuan dalam Islam bermacam-macam. Di antaranya, menyambung hubungan silaturahim.
Keluarga adalah inti masyarakat. Jika ia baik, masyarakat juga baik. Namun, jika ia rusak, masyarakat juga akan rusak. Karena itu, Islam menyerukan untuk menyambung hubungan kerabat dan berbuat baik terhadap mereka.
Dikutip dari buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin diterbitkan AQWAM, 2013, hal itu merupakan perkara yang dicintai Allah SWT, dan Allah SWT juga akan memberikan balasan atasnya dengan balasan yang baik dan besar. Di samping itu, perkara tersebut juga merupakan sebab dari bertambahnya rezeki dan keberkahan.
Ada beragam cara dalam bersilaturahim...
Ada beragam cara dalam bersilaturahim. Keberadaannya sesuai dengan keadaan kita, keadaan kerabat, kemampuan, kebutuhan, maupun jauh dan dekatnya. Dalam silaturahim, hal itu bisa dilakukan dengan saling mengucapkan salam, saling berbincang-bincang, saling berkasih sayang, saling menasihati, saling memberikan infak dan berbuat baik, saling mengunjungi, dan saling memaafkan kesalahan.
Di dalam penggolongannya, kerabat ada dua. Pertama, kerabat yang termasuk mahram. Kerabat dalam golongan ini adalah kerabat yang diharamkan untuk dinikahi. Misalnya, ibu dan anak-anak perempuan.
BACA JUGA: Naskah Khutbah Idul Fitri 2024: Membangun Peradaban Melalui Persatuan dan Solidaritas
Kedua, kerabat yang bukan mahram. Kerabat dalam golongan ini adalah kerabat yang boleh dinikahi. Misalnya, anak-anak paman (sepupu).
Silaturahim dan Rezeki yang Lapang
Lapangnya rezeki itu karena silaturahim. Pertama, adanya berkah pada harta yang dianugerahkan kepada kita. Kedua, menginfakkan harta pada jalan yang diridhai Allah SWT sehingga pelakunya akan merasakan kebahagiaan dan kesenangan.
Ketiga, qana‘ah (merasa cukup) pada apa yang diberikan Allah kepada kita. Inilah yang disebut dengan kaya yang hakiki. Dengan demikian, seandainya kita diberikan rasa qana‘ah, berarti kita telah diberikan kelapangan rezeki.
Keempat, taufik Allah kepada manusia untuk menegakkan sedekah yang kebaikannya akan terus menyertainya.
Kedudukan silaturahim dalam Islam...
Kedudukan Silaturahim dalam Islam
Silaturahim bisa menguatkan ikatan cinta, kasih sayang, dan persaudaraan. Silaturahim juga merupakan salah satu inti kuatnya dan kukuhnya masyarakat.
Islam telah memberikan penghormatan kepada silaturahmi dengan penghargaan yang sangat layak. Selain itu, Islam juga telah melarang memutuskan hubungan kerabat. Sebab, hal itu akan menyebabkan perpecahan masyarakat dan mengharamkannya masuk surga.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan.” Yakni orang yang memutuskan hubungan kerabat.
Bahaya memutus hubungan kerabat tidak hanya terbatas hal itu saja, tetapi ia juga akan menimpa yang lainnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya rahmat (Allah) itu tidak akan turun atas suatu kaum, yang di dalamnya ada orang yang memutuskan hubungan kerabat." (HR Imam Al-Bukhari)