Sri Mulyani Ajak Malaysia Perkuat Kerja Sama Keuangan Syariah
Menkeu akan menghadiri IMF Spring Meetings di Washington DC.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengajak Malaysia untuk memperkuat kerja sama bilateral pada bidang keuangan syariah. Hal itu ia sampaikan saat melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan Kedua Malaysia Datuk Seri Amir Hamzah Azizan di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (17/4/2024) waktu setempat.
“Kami berbincang mengenai penguatan hubungan bilateral antarkedua negara, khususnya dalam mengarungi masa-masa penuh tantangan di tengah gejolak peningkatan tensi geopolitik. Salah satu bidang yang terus diperkuat adalah keuangan syariah,” kata Sri Mulyani dalam keterangannya di Jakarta.
Menkeu mengatakan hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai negara tetangga telah terjalin begitu erat selama ini, mulai dari dekatnya jalinan kekerabatan, kerja sama ekonomi, hingga kolaborasi di bidang kepabeanan dan cukai. Untuk itu, kedua pihak bertemu untuk berbincang mengenai penguatan hubungan bilateral kedua negara.
Ia juga menyampaikan pentingnya kolaborasi dan kerja sama teknis dalam mendukung pesatnya pertumbuhan industri halal. Ia mengharapkan sektor perdagangan makanan dan minuman halal bisa semakin meningkat dengan ditandatanganinya memorandum of understanding (MoU) antarkedua negara di bidang rekognisi sertifikat halal beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan selamat kepada Datuk Seri Amir Hamzah Azizan yang baru dilantik sebagai Menteri Keuangan Kedua Malaysia pada Desember 2023. Sri Mulyani pun turut menegaskan dukungannya pada ASEAN Chairmanship 2025 yang diselenggarakan di Malaysia.
“Saya pastikan Indonesia akan mendukung penuh dan siap menyukseskan agenda penting tersebut. Dengan kerja sama apik, kita terus kuatkan posisi ASEAN sebagai the bright spot, the shining region,” kata Sri Mulyani.
Menkeu akan menghadiri IMF Spring Meetings di Washington DC. Sri mengaku akan berbicara mengenai kondisi perekonomian global, regional, maupun nasional yang berubah begitu cepat dan volatil selama beberapa hari ke depan dengan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan juga di berbagai belahan dunia yang dampaknya yang sangat besar bagi perekonomian global, baik dari sisi harga komoditas, nilai tukar, tingkat inflasi, hingga suku bunga global.