Jangan Pernah Remehkan Orang Lemah di Sekitar Anda, Ingat Pesan Rasulullah SAW
Rasulullah SAW mengingatkan kedudukan orang lemah yang terlupakan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Setiap manusia tak ingin menjadi orang yang lemah. Mereka berharap menjadi manusia dengan derajat tinggi entah karena status sosial maupun ekonomi. Orang-orang lemah selalu dipandang berada di status bawah.
Ahli hadis, As-Samarqandi dalam bukunya "200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa" mengatakan orang lemah tidak sepantasnya dipandang sebelah mata. Sebab tanpa orang lemah manusia bukanlah siapa-siapa.
Mush'ab bin Sa'ad berkata, "Sa'ad memang dirinya lebih baik dari orang lain di bawahnya. Maka Rasulullah bersabda:’
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ؟
Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki karena yang lemah di antara kalian?!'" (HR Al-Bukhari).
Dalam riwayat an-Nasa'i disebutkan, Sa'ad merasa dirinya lebih tinggi dari sahabat Nabi yang lain. Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذَهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ
"Sesungguhnya Allah menolong umat ini berkat kalangan yang lemah, yakni dengan doa dan keikhlasan mereka."
As-Samarqandi menambahkan, dalam sebuah cerita bahwa Rabah al-Qaisi membeli seorang budak kulit hitam seharga empat dinar. Jika sudah malam, budak tersebut tidak tidur, tidak pula membiarkan tuannya tidur. Rabah berkata, "Wahai budak, mengapa engkau tidak tidur, dan tidak pula membiarkan kami tidur?" Ia menjawab, "Tuan, jika sudah malam, aku teringat neraka Jahanam. Kantukku pun hilang. Jika teringat melintasi sirath, ketakutanku semakin bertambah. Jika teringat saat berdiri di hadapan Allah, kesedihanku semakin berlipat. Jika aku teringat surga, kerinduanku semakin menjadi. Lantas, bagaimana mungkin aku bisa tidur, Tuan?" Mendengar jawaban itu, Rabah jatuh pingsan. Setelah siuman, ia berkata, "Wahai budak, kukira diriku ini lebih baik darimu. Ternyata sebaliknya. Wahai budak, orang sepertiku tidaklah pantas memiliki orang sepertimu. Maka, pergilah engkau. Sekarang engkau merdeka karena Allah."
Cerita di atas menunjukkan bahwa orang lemah belum tentu rendah derajatnya. Seorang budak bisa mempunyai harga dan martabat lebih tinggi dibandingkan majikannya. Itu sebabnya, kata As-Samarqandi orang lemah mempunyai andil besar dalam mengangkat nilai manusia.
Untuk itu sudah selayaknya manusia saling menghormati antar manusia tanpa merendahkan satu sama lain. Sebagaimana perintah Allah dalam Surah an-Nisa' ayat 86:
وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا
Wa iżā ḥuyyītum bitaḥiyyatin fa ḥayyū bi'aḥsana minhā au ruddūhā, innallāha kāna ‘alā kulli syai'in ḥasībā(n).
Artinya: "Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (salam), balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Mahamemperhitungkan segala sesuatu."
Tafsir Tahlili dalam Quran Kemenag menjelaskan ayat tersebut telah memerintahkan berlaku sopan santun dalam pergaulan. Seseorang juga harus membalas penghormatan orang lain. Sikap tersebut sejalan dengan hadis sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلىَ الْمَاشِى وَالْمَاشِى عَلىَ الْقَاعِدِ وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ وَالصَّغِيْرُ عَلَى الْكَبِيْرِ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki memberi salam kepada orang yang duduk, kelompok orang yang sedikit memberi salam kepada kelompok yang banyak, kelompok orang yang muda memberi salam kepada kelompok yang tua.” (HR Bukhari Muslim).