AS Bantah Izinkan Israel Menginvasi Rafah Supaya Iran tak Dibalas Besar-besaran

Israel bertekad menginvasi Rafah, lokasi pengungsian 1,5 juta warga Palestina.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Rakyat Palestina melaksanakan sholat Idul Fitri di dekat tenda pengungsian di Rafah, Jalur Gaza selatan, 10 April 2024. Israel bertekad menyerang Rafah.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Kamis (18/4/2024) dengan tegas menyangkal telah memberikan lampu hijau kepada Israel untuk menginvasi Kota Rafah di Gaza selatan sebagai imbalan agar Tel Aviv hanya melakukan pembalasan serangan secara "terbatas" terhadap Iran. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan kepada Anadolu secara anonim bahwa klaim tersebut "tidak benar" dan bukan sesuatu yang telah dibahas."

Kantor berita al-Araby al-Jadeed yang berbasis di London, Inggris telah melaporkan bahwa pemerintahan AS Joe Biden memberikan persetujuan tersebut sebagai imbalan atas janji Israel untuk tidak melakukan pembalasan secara besar-besaran terhadap Iran atas serangan rudal balistik dan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya pada akhir pekan lalu. Pemberitaan itu mengutip sumber Mesir yang tidak disebutkan namanya.

"Laporan tersebut tidak akurat," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional melalui surat elektronik.

Teheran melakukan serangan semalaman terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024) sebagai balasan atas serangan pada 1 April terhadap konsulatnya di Damaskus, Suriah. Serangan itu menewaskan tujuh perwira militer Iran, termasuk dua komandan berpangkat tinggi Korps Garda Revolusi Islam untuk Suriah dan Lebanon.

Meski secara resmi tidak mengakui bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi Israel berulang kali menyerang target Iran di seluruh Suriah beberapa bulan belakangan. Sementara itu, AS menyangkal memiliki peran dalam serangan itu.

Baca Juga


Israel bersumpah untuk membalas serangan Iran
Pada Kamis, Teheran mengancam akan "mempertimbangkan kembali" doktrin nuklirnya jika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran di tengah meningkatnya ketegangan antara dua musuh regional tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah bertekad untuk menginvasi Rafah di mana 1,5 juta warga Palestina berlindung dengan menjadi pengungsi selama lebih dari setengah tahun perang berjalan.

Pemerintahan Biden mengatakan tidak akan mendukung invasi yang tidak memperhitungkan dampak kemanusiaan yang akan terjadi. Selama beberapa pekan, Gedung Putih telah berupaya menjadwalkan pertemuan dengan delegasi Israel di Washington untuk memberikan alternatif.

Sejauh ini, pertemuan hanya dilakukan secara virtual. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa pertemuan virtual selanjutnya akan diadakan pada Kamis.

sumber : Antara, Anadolu
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler