Penderita Covid-19 Terlama di Dunia Wafat Setelah 613 Hari Sakit, Kena Varian Super-Mutant

Kena Covid-19 pada Februari 2022, pria Belanda tak pernah sembuh hingga meninggal.

Pixabay
Covid-19 (Ilustrasi). Orang yang paling lama menderita Covid-19 meninggal dunia setelah sakit selama 613 hari.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita Covid-19 terlama di dunia meninggal dunia di umur 72 tahun setelah sakit selama 613 hari berturut-turut. Pria asal Amsterdam, Belanda tersebut pertama kali terinfeksi SARS-CoV-2 pada Februari 2022 dan tak pernah sembuh sampai akhirnya meninggal pada Oktober 2023 karena gangguan darah.

Dokter mengungkapkan bahwa pasien tersebut memiliki muatan virus yang tinggi. Tak hanya itu, virus SARS-CoV-2 yang menjangkiti tubuh sang pasien disebut sebagai varian super-mutant baru yang unik.

Varian ini dianggap unik karena mampu bermutasi cukup lama selama berada di dalam tubuh sang pasien. Kabar baiknya, tak ada bukti yang menunjukkan bahwa pasien tersebut menularkan virus super-mutant baru ini kepada orang lain.

Selain memiliki muatan virus yang besar, sang pasien juga mempunyai masalah sistem imun serius dan kanker. Kondisi ini membuat tubuh sang pasien tidak memiliki sel darah putih atau antibodi yang cukup untuk melawan virus di dalam tubuhnya.

Selama menderita Covid-19, sang pasien beberapa kali dirawat di rumah sakit karena mengalami perburukan gejala. Pasien itu tetap tak kunjung sembuh dari Covid-19 meski telah mendapatkan vaksin dan sejumlah perawatan medis berulang. Dia lalu meninggal dunia pada musim gugur 2023 karena mengalami kekambuhan gangguan darah.

"Durasi infeksi dalam kasus ini ekstrem," ujar Magda Vergouwe dari Amsterdam University Medical Center di Belanda yang akan mempresentasikan kasus sang pasien pada ESCMID Global Congress pada April ini, seperti dilansir The Sun pada Sabtu (20/4/2024).

Baca Juga


Menurut Vergouwe, kasus pasien Covid-19 terlama di dunia ini menyoroti sebuah risiko baru dari infeksi yang persisten. Risiko tersebut adalah kemunculan varian virus yang unik karena virus bisa melalui proses mutasi yang berkepanjangan di dalam tubuh pasien.

Brain fog usik penyintas Covid-19. - (Republika)

Vergouwemenyebut, kasus infeksi berkepanjangan jauh lebih banyak ditemukan pada pasien dengan gangguan imun dibandingkan populasi umum. Oleh karena itu, orang-orang dengan sistem imun yang lemah masih dianjurkan untuk mendapatkan booster vaksin Covid-19 hingga saat ini.

Kasus Covid-19 berkepanjangan juga sempat dilaporkan oleh tim dokter dari Guy's and St Thomas' Hospital di London, Inggris. Mereka mengungkapkan bahwa seorang pasien di rumah sakit tersebut telah terinfeksi SARS-CoV-2 selama 505 hari. Pasien berusia 59 tahun tersebut akhirnya sembuh pada Januari 2022.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler