Perdana Menteri Inggris Dinilai Buat Negaranya Mundur Tangani Perubahan Iklim
Kebijakan pemerintahan Inggris dinilai menjadi kurang serius tangani perubahan iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, telah membuat negara tersebut mundur dalam menangani perubahan iklim dan harus berbuat lebih banyak untuk mengurangi pemanasan dan emisi industri agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Demikian ungkap kepala badan penasehat pemerintah.
Chris Stark, yang akan mengundurkan diri sebagai kepala eksekutif Komite Perubahan Iklim pekan depan, mengatakan kepada penyiar BBC bahwa kebijakan iklim Inggris menjadi kurang ambisius.
“Sangat sulit untuk memulihkannya. Saya pikir itu membuat kita mundur,” kata Stark dalam wawancara tersebut dilansir Reuters, Ahad (21/4/2024).
Di bawah tekanan untuk mengatasi masalah biaya hidup dan tertinggal dari Partai Buruh yang beroposisi sebelum pemilihan umum akhir tahun ini, Sunak membuat marah para pegiat lingkungan dengan melemahkan beberapa langkah untuk mencapai emisi nol bersih.
Dia mengatakan bahwa penundaan target untuk mengganti mobil dan heat pump di rumah tangga adalah langkah pragmatis yang diperlukan untuk menjaga persetujuan rakyat Inggris, dengan komitmen negara untuk mencapai net zero pada tahun 2050 yang masih utuh.
Stark, yang telah menjalankan komite tersebut sejak April 2018, mengatakan bahwa Inggris perlu melakukan lebih banyak pekerjaan tentang bagaimana rumah-rumah dipanaskan dan emisi industri dikelola, serta dalam sistem pertanian dan transportasi.
“Saya benar-benar merasa kita berada dalam risiko,” kata dia.
Ketika ditanya mengenai komentar Stark, seorang juru bicara pemerintah mengatakan bahwa Inggris adalah negara besar pertama yang berhasil mengurangi separuh emisi gas rumah kaca sejak tahun 1990 dan telah menetapkan salah satu target perubahan iklim 2035 yang paling ambisius.
“Tetapi kita perlu mencapai target net zero dengan cara yang berkelanjutan sehingga kita bisa mengambil tindakan untuk melindungi ketahanan energi, memberikan transparansi mengenai pilihan-pilihan yang ada. Kita juga dapat mengajak semua pihak untuk bersama mencapai target iklim,” tambah juru bicara tersebut.