Suka Lupa Waktu Saat Scrolling Media Sosial di Ponsel? Hat-Hati, Ini Bahayanya

Tak hanya kurang fokus, kelamaan menggulir ponsel bisa merusak hubungan dunia nyata.

Freepik
Terlalu lama menggulir (scrolling) ponsel hingga tak kenal waktu dapat berdampak pada fokus dan kehidupan sosial di dunia nyata.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kehidupan kita semakin beralih ke dunia daring, bukan rahasia lagi bahwa ketergantungan kita pada ponsel pintar juga meningkat. Namun hal ini dapat menyebabkan perilaku tidak sehat, seperti terus-menerus menelusuri media sosial atau terpaku pada layar kecil selama berjam-jam.

Baca Juga


Dilansir CNET, Selasa (30/4/2024), terpaku pada ponsel tidak hanya berdampak pada ingatan dan fokus, tetapi juga berdampak buruk pada hubungan di kehidupan-kehidupan nyata. Misalnya, jika setiap orang mengeluarkan ponselnya saat makan malam, hal itu dapat mengurangi kualitas waktu yang dihabiskan bersama. 

Seorang profesor di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS), Juliana Schroeder mengungkapkan manusia tidak siap melakukan banyak tugas dengan cara seperti itu. 

“Ini menghilangkan fokus dari interaksi-interaksi luring,” ujar Schroeder. 

Dapat dimengerti bahwa ada peningkatan fokus pada dampak waktu menatap layar terhadap pikiran anak muda dan rentan yang masih dalam tahap perkembangan. Instagram menimbulkan kemarahan di kalangan pendukung anak ketika mereka mengumumkan rencana pada 2021 untuk meluncurkan platform untuk anak-anak di bawah 13 tahun. Ini sebuah upaya yang akhirnya ditunda oleh perusahaan tersebut. 

Perusahaan induknya, Meta (saat itu Facebook), mendapat kecaman setelah peneliti mereka menemukan bahwa Instagram “berbahaya bagi sebagian besar“ pengguna muda, terutama para remaja perempuan. Pesaing TikTok juga mendapat banyak kritik karena menampilkan konten berbahaya. 

Meskipun umpan “For You” pada aplikasi berfungsi dengan baik dalam menunjukkan minat para pengguna, umpan tersebut berfungsi dengan baik dalam menjerat Anda selama berjam-jam. Antarmukanya yang ramping dirancang untuk membuat Anda terus menelusuri. 

Android dan iOS memiliki alat waktu layar untuk membantu Anda mengurangi waktu yang dihabiskan di aplikasi favorit Anda. Para perusahaan media sosial juga telah memperkenalkan langkah-langkah keselamatan dan kesehatan mental untuk mengekang kritik, seperti menyembunyikan likes di Instagram atau membatasi waktu pemakaian perangkat remaja di TikTok secara default. 

TikTok menggunakan kombinasi....

 

 

 

Seorang juru bicara TikTok mencatat bahwa perusahaan tersebut menggunakan kombinasi teknologi dan tim moderasi untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang melanggar pedoman komunitasnya, dan memiliki alat kesejahteraan seperti dasbor waktu pemakaian perangkat yang merangkum berapa lama seseorang menghabiskan waktu di aplikasi tersebut. Namun ada pula yang mengatakan itu tidak cukup. 

“Mereka bisa memberi tahu kita sepanjang hari bahwa mereka tidak melakukan tindakan jahat, atau mereka berusaha meminimalkan dampak buruk terhadap anak-anak,” kata 

Paul Losoff, psikolog klinis. “Dan meskipun mereka mungkin mempercayai hal itu, dan meskipun mereka mengambil langkah-langkah, mereka masih berusaha membuat perhatian anak-anak tertuju pada lebih lama,” ujar Losoff. 

Kekhawatiran-kekhawatiran ini tentunya dampak teknologi modern bukanlah hal baru; mereka sudah ada sejak munculnya radio dan televisi. Tetapi obsesi kolektif kita terhadap ponsel dan media sosial berbeda dalam hal utama 

“Kita tidak menonton TV sepanjang hari,” kata Ginger Pennington, seorang profesor psikologi di Northwestern University. 

Para perusahaan media sosial juga telah menemukan cara yang tidak dapat dilakukan oleh media tradisional, dengan menggunakan algoritme-algoritme dan dengan melacak perilaku kita, seperti apakah kita mengeklik iklan atau berapa lama kita menonton video. 

“Sebelumnya, telepon hanyalah sebuah telepon, dan sekarang menjadi komputer mini yang lebih mudah digunakan dan diakses dibandingkan komputer sungguhan,” kata Sheehan Fisher, profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Northwestern University. 

 

“Ini hampir merupakan sesuatu yang mempelajari Anda lebih baik daripada yang Anda ketahui sendiri,” tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler