Sudah 206 Hari Israel Agresi Gaza, Adakah Peluang Gencatan Senjata?
Apa yang terjadi di Gaza saat ini merupakan mimpi terburuk dalam sejarah Israel. Mereka tidak mengira Gaza begitu kuat, hingga membuat Israel terpuruk, bukan saja secara ekonomi dan militer, tetapi juga mental dan kehancuran dari dalam.
Apa yang terjadi di Gaza saat ini merupakan mimpi terburuk dalam sejarah Israel. Mereka tidak mengira Gaza begitu kuat, mampu membuat Israel terpuruk, bukan saja secara ekonomi dan militer, tetapi juga mental sehingga memunculkan perpecahan dari dalam.
Apa yang diinginkan Netanyahu dengan Kabinet Perangnya dari agresi ke Gaza yang memasuki hari ke 206, Senin (29/4/2024) belum memiliki capaian apapun, selain bertambah jumlah warga Palestina yang gugur dan gedung-gedung yang porak-poranda. Karena faktanya, para sandera tak satupun yang berhasil mereka bebaskan. Hamas pun hingga kini masih sanggup melakukan perlawanan. Sehingga wajar, perang yang dilancarkan Israel ini dinilai gagal, karena tak punya target yang jelas.
Satu hal yang dibanggakan Israel hanyalah pembantaian mereka terhadap warga Gaza yang jumlahnya terus bertambah. Sumber Kemenkes Gaza pada hari ke-206 agresi Israel ke Gaza mengabarkan, jumlah yang syahid sebanyak 34.454 orang dan korban luka sebanyak 77.575 orang. 70% korban adalah anak-anak dan perempuan.
Di tengah diamnya dunia terhadap genosida yang dilancarkan Israel ke Gaza, dunia hanya berharap jawaban dari satu pertanyaan, kapan perang ini akan berakhir? Harapannya kesepakatan gencatan senjata segera tercapai, dan menjadi solusi berakhirnya pembantaian Israel terhadap warga Gaza.
Tidak bisa dipungkiri, penyebab buntunya pembicaraan gencatan senjata dikarenakan kedua belah pihak tidak mau dirugikan. Hamas misalnya, menjadikan syarat gencatan senjata permanen, sebelum membicarakan proses pertukaran tawanan. Syarat ini tentu berat bagi Israel, karena itu memposisikan mereka sebagai pihak yang kalah. Terlebih bagi Netanyahu, berhentinya perang sama artinya dia akan jadi pesakitan. Karir politik dipastikan akan berakhir, dan ia harus siap menghadapi pengadilan internasional sebagai penjahat perang.
Israel selama ini cendrung kepada gencatan senjata sementara, dan membiarkan pasukannya tetap di Jalur Gaza. Namun bagi Hamas, gencatan senjata sia-sia karena tentara Israel tidak ditarik keluar. Kondisi seperti itu akan mengancam warganya dan pembantaian tetap dilakukan Israel oleh para snipernya. Hamas pun membaca keinginan Israel setelah sanderanya dibebaskan, Israel akan menyerang Gaza secara brutal tanpa lagi merasa tergajal dengan kasus orangnya yang disandera.
Khalil Al-Hayyah, pimpinan di Biro Politik Hamas beberapa hari lalu mengatakan, pihaknya sudah menerima draft proposal usulan pihak Mesir, dan sedang dikaji. Belakangan tersiar kabar, hari ini, Senin (29/4/2024) Hamas akan memberikan respon terhadap proposal tersebut.
Sebelumnya Al-Hayyah mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyatakan setuju untuk gencatan senjata, yang semula permanen menjadi selama lima tahun. Lalu menyaratkan berdirinya negara Palestina sesuai batas 1967. Sebenarnya Hamas menginginkan setiap jengkal Palestina kembali kepada pemiliknya, tapi dalam konteks ini Hamas mengalah, pengakuan Palestina merdeka dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai wilayahnya itu sudah cukup.
Hamas sendiri menolak disebut sebagai penyebab membekunya perundingan gencatan senjata hingga memakan waktu lebih dari satu bulan, sehingga berdampak kepada jumlah korban yang terus bertambah. Bagi Hamas, dari awal perundingan jelas disampaikan kepada tim mediator (AS, Qatar dan Mesir-pen) yaitu gencatan senjata haruslah permanen, penjajah israel harus menarik seluruh pasukannya dari Gaza, para pengungsi dipersilahkan kembali ke rumahnya dan masifkan masuknya bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi Gaza.
Draft Proposal dari pihak Mesir berisikan tiga poin: pertama, Membebaskan 33 sandera Israel, ditukar dengan ratusan tawanan Palestina, kedua, penduduk Gaza yang mengungsi, diizinkan kembali pulang ke utara Jalur Gaza dan ketiga, tentara Israel menarik pasukannya dari Koridor Netzarim yang membelah Jalur Gaza antara utara dan selatan.
Sumber: aljazeera, samanews, aawsat.