Kantornya Diberedel Israel, Aljazirah: Ini Tindakan Kriminal
Perusahaan penyedia jaringan kabel dan satelit Israel menghentikan siaran Aljazirah.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sumber Israel dan Aljazirah mengatakan pihak berwenang Israel menggerebek hotel di Yerusalem yang digunakan Aljazirah sebagai kantornya setelah Pemerintah Israel menutup operasi jaringan media asal Qatar itu. Video yang beredar di internet menunjukkan petugas berpakaian preman membongkar peralatan kamera di sebuah hotel.
Pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menutup operasi Aljazirah saat perang Israel di Gaza. Israel mengatakan, jaringan media itu mengancam keamanan nasionalnya.
Pada Senin (6/5/2024), Aljazirah mengatakan langkah ini merupakan tindakan kriminal dan tuduhan jaringan media itu mengancam keamanan Israel merupakan tuduhan konyol dan berbahaya. Menurut Aljazirah, tudingan itu menimbulkan ancaman terhadap jurnalisnya. Aljazirah mengatakan mereka berhak menempuh semua langkah hukum.
Aljazirah yang menjadi sumber pemberitaan perang Israel di Gaza mengkritik operasi militer Israel itu. "Saluran televisi Aljazirah yang menghasut akan ditutup," kata Netanyahu di media sosial usai pemungutan suara di kabinet.
Dalam pernyataannya pemerintah Israel mengatakan menteri komunikasi Israel menandatangani perintah segera bertindak, tapi seorang anggota parlemen yang mendukung penutup Aljazirah mengatakan jaringan media itu masih dapat memblokir perintah tersebut di pengadilan.
Dalam pernyataan itu, Israel mengatakan...
Dalam pernyataan itu, Israel mengatakan penutupan kantor Aljazirah di Israel termasuk penyitaan peralatan penyiaran, memutus siarannya dari perusahaan-perusahaan jaringan televisi kabel dan satelit, dan memblokir situsnya. Pernyataan itu tidak menyinggung aktivitas jurnalisme Aljazirah di Gaza.
Perusahaan penyedia jaringan kabel dan satelit Israel menghentikan siaran Aljazirah setelah keputusan pemerintah diumumkan.
Pemerintah Qatar tidak menanggapi permintaan komentar dan mengalihkannya ke Aljazirah. Bulan lalu Aljazirah mengeluhkan serangkaian serangan sistematis Israel untuk membungkam Aljazirah.
Jaringan media itu mengatakan Israel sengaja mengincar dan membunuh beberapa jurnalisnya, termasuk Samer Abu Daqqa dan Hamza Al Dahdooh yang tewas di Gaza selama perang berlangsung. Israel mengatakan, mereka tidak mengincar jurnalis.
Qatar mendirikan Aljazirah pada 1996 dan memandangnya sebagai cara untuk meningkatkan posisinya di panggung internasional.
Jaringan Media Aljazirah Network mengutuk...
“Jaringan Media Aljazirah Network mengutuk keras dan mengecam tindakan kriminal yang melanggar hak asasi manusia dan hak dasar untuk mengakses informasi. Aljazirah menegaskan haknya untuk terus memberikan berita dan informasi kepada pemirsanya di seluruh dunia,” kata jaringan media itu dalam pernyataannya.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengkritik penutupan tersebut.
"Kami menyesali keputusan kabinet menutup Aljazirah di Israel. Media independen dan bebas sangat penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. Terlebih sekarang ini mengingat dengan semakin ketatnya pembatasan laporan di Gaza. Kebebasan berekspresi merupakan hak asasi manusia. Kami mendesak pemerintah mencabut larangan tersebut," kata Kantor Hak Asasi Manusia PBB.
Bulan lalu parlemen Israel meratifikasi undang-undang yang mengizinkan penutupan stasiun televisi asing di Israel yang dianggap menimbulkan ancaman pada keamanan nasional.
Undang-undang itu memberi wewenang pada Netanyahu dan kabinet keamanannya untuk menutup jaringan media Aljazirah di Israel selama 45 hari, periode yang dapat diperpanjang hingga dapat berlaku sampai akhir Juli atau sampai berakhirnya serangan Israel ke Gaza.
Sejumlah pemimpin politik Hamas tinggal di Qatar. Bersama Mesir negara Arab Teluk itu juga salah satu mediator gencatan senjata Gaza.