Google Larang Pengiklan Promosikan Layanan Deepfake Pornografi

Google menghapus lebih dari 1,8 miliar iklan karena melanggar kebijakan pada 2023.

AP Photo/Michel Euler
FILE - The Google logo is photographed at the Vivatech show in Paris, on June 15, 2023. Japan’s antitrust watchdog said Monday, April 22, 2024, that U.S. search giant Google must fix its advertising search restrictions affecting Yahoo in Japan.
Rep: Santi Sopia Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google telah lama melarang iklan yang berhubungan dengan konten seksual secara eksplisit. Sekarang perusahaan juta melarang pengiklan mempromosikan layanan yang dapat digunakan untuk membuat pornografi deepfake dan bentuk-bentuk ketelanjangan lainnya. 

Baca Juga


Sebelumnya larangan “konten seksual eksplisit”, didefinisikan Google sebagai “teks, gambar, audio, atau video berisi tindakan seksual vulgar yang dimaksudkan untuk membangkitkan gairah.” Sedangkan kebijakan baru yang sekarang, turut melarang iklan layanan yang membantu pengguna membuat jenis konten tersebut.

Hal ini baik dengan mengubah gambar seseorang atau membuat gambar baru. Perubahan tersebut akan mulai berlaku pada 30 Mei.

Kebijakan ini melarang “mempromosikan konten sintetis yang telah diubah atau dibuat menjadi eksplisit secara seksual atau mengandung ketelanjangan,” seperti situs web dan aplikasi yang memberikan instruksi kepada orang-orang tentang cara membuat pornografi deepfake.

“Pembaruan ini secara eksplisit melarang iklan untuk layanan yang menawarkan pembuatan pornografi deepfake atau konten telanjang sintetis,” kata juru bicara Google Michael Aciman kepada The Verge, dikutip Selasa (7/5/2024).

Aciman mengatakan iklan apa pun yang melanggar kebijakannya akan dihapus, seraya menambahkan bahwa perusahaan menggunakan kombinasi tinjauan manusia dan sistem otomatis untuk menegakkan kebijakan tersebut.

Pada 2023, Google menghapus lebih dari 1,8 miliar iklan karena melanggar kebijakannya mengenai konten seksual, menurut Laporan Keamanan Iklan tahunan perusahaan.

Perubahan tersebut pertama kali....

 

Perubahan tersebut pertama kali dilaporkan oleh 404 Media. Seperti yang dicatat oleh 404, meskipun Google sudah melarang pengiklan mempromosikan konten seksual eksplisit, beberapa aplikasi yang memfasilitasi pembuatan pornografi deepfake mengiklankan diri mereka sebagai nonseksual di iklan Google atau di Google Play Store.

Misalnya, sebuah aplikasi pertukaran wajah tidak mengiklankan dirinya sebagai aplikasi seksual eksplisit di Google Play Store, namun melakukannya di situs porno.

"Pornografi deepfake nonkonsensual telah menjadi masalah yang terus menerus terjadi dalam beberapa tahun terakhir," lanjut laporan tersebut.

Pada Desember lalu, dua siswa sekolah menengah Florida, AS ditangkap karena diduga membuat foto telanjang teman sekelas mereka menggunakan kecerdasan buatan (AI). Baru pekan ini, seorang pria Pittsburgh berusia 57 tahun dijatuhi hukuman lebih dari 14 tahun penjara karena memiliki materi palsu pelecehan seksual terhadap anak-anak. 

Tahun lalu, FBI mengeluarkan peringatan tentang “peningkatan” skema yang melibatkan pemerasan dengan foto telanjang berbasis AI. Meskipun banyak model AI yang cukup ketat, beberapa layanan memungkinkan pengguna membuat konten seksual.

 

Hal ini mendorong adanya tindakan legislatif sesegera mungkin terhadap pornografi deepfake. Bulan lalu, DPR dan Senat memperkenalkan Undang-Undang DEFIANCE, yang akan menetapkan proses di mana korban “pemalsuan digital” dapat menuntut orang yang membuat atau mendistribusikan deepfake tanpa persetujuan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler