Mengapa Setan Kerap Digambarkan dengan Binatang Ini? Begini Penjelasan Quraish Shihab
Setan kerap digambarkan dengan binatang ular yang licik
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Apa yang ada pikiran Anda ketika mendengar kata setan? Pasti menyeramkan dan lekat dengan keburukan. Maka dari itu setan seringkali dijadikan perumpaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan keburukan. Lalau seperti apa sebenarnya profil setan itu sendiri?
M Quraish Shihab dalam bukunya "Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan & Malaikat dalam Alquran-As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini" menjelaskan setan seringkali dikaitkan dengan ular.
Dalam ajaran agama-agama, setan digambarkan dengan ular. Di perjanjian lama dan perjanjian baru, setan digambarkan dengan ular. Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW juga menyebutkan bahwa sebagian ular adalah setan.
Bahkan, lanjut Quraish, dalam sejumlah literatur ular tersebut tidak hanya digambarkan sebagai ular yang besar dan kecil. Tetapi ia digambarkan bentuknya yang lebih buruk yakni berkepala dua, berkaki dan bersayap banyak serta memiliki lidah yang menyemburkan api. Pun dengan pakar-pakar bahasa Arab memahami kata setan dengan salah satu jenis ular.
Pendapat tersebut mereka kuatkan dengan ayat Alquran yang melukiskan satu pohon yang tumbuh di dasar neraka. Ayat tersebut terdapat dalam Surah ash-Shaffat ayat 65:
طَلْعُهَا كَاَنَّهٗ رُءُوْسُ الشَّيٰطِيْنِ Ṭal‘uhā ka'annahū ru'ūsusy-syayāṭīn(i). Artinya: "Mayangnya seperti kepala-kepala setan."
Kepala-kepala setan yang dimaksud adalah kepala-kepala ular. Perubahan setan dalam bentuk ular tersebar dalam literatur agama dan kepercayaan hampir di seluruh penjuru timur dan barat. Apakah benar setan berbentuk ular atau hanya ilustrasi dalam literatur agama?
Menurut Quraish, kuat dugaan itu hanyalah ilustrasi karena penggambaran yang paling tepat tentang kejahatan, kecelakaan, kecepatan gerak dan tipu daya yang sangat besar bahayanya. Rayuan halus yang diembuskan setan diibaratkan dengan bisa ular yang disemburkan.
Namun dalam perjalanan waktu ada perkembangan penggambaran. Ia tak lagi sekadar ular yang buruk tetapi ular berkepala manusia dengan dua tanduk, dua telinga di atas tanduk sampai diilustrasikan sebagai manusia yang sangat buruk baik wajah maupun sifat-sifatnya.
Ilustrasi setan berbeda-beda setiap zaman. Pada Abad Pertengahan, orang Nasrani menggambarkan setan dalam bentuk seorang laki-laki kulit hitam, berjanggut lebat, alis tinggi, bermulut yang menyemburkan api, bertanduk, berkaki seperti kaki binatang serta berekor. Hal tersebut berdasarkan keterangan Da'irat al-Ma'arif al-Haditsah.
Tetapi di masa kini, orang-orang sudah memahami perbedaan bahaya rayuan setan dengan sengatan ular. Rayuan setan lebih berbahaya karena mengenai ruhani dan mengakibatkan kesengsaraan duniawi dan ukhrawi. Sedangkan sengatan ular hanya menyentuh jasmani.
Karena itu, penggambaran setan di masa kini tidak sama lagi dengan masa lampau. Kendati demikian sama-sama buruk.