Musik di Sekitar Ilmuwan Besar Muslim

Sejumlah Ilmuwan Muslim akrab dengan musik.

google.com
Al-Farabi (Alpharabius), salah satu ilmuwan Muslim yang dekat dengan musik.
Rep: Mabruroh Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Banyak ilmuwan Muslim yang terkenal dengan karya-karya besarnya. Mereka memberikan banyak sumbangsih dalam sejarah peradaban umat manusia. 

Baca Juga


Banyak karya-karya gemilang mereka mulai dari Filsafat, Matematika, astronomi, kedokteran, medis, sastra, hingga musik disadur oleh para ilmuwan barat. Khususnya dalam bidang musik, para sufi  tidak hanya menjadikan musik sebatas hiburan semata, tetapi sumber pengobatan terapi hingga menjadikannya sebagai jalan menuju cinta kepada sang Khalik.

Bahkan menurut seorang sarjana Prancis, Jean Benjamin de la Borde dalam bukunya yang berjudul “Essai sur la Musique et moderne” (1780) menyebutkan, bahwa pencetus notasi Do Re Mi Fa So La Si do yang banyak disebut-sebut adalah Guido Arezzo, adalah keliru. Menurut Benjamin, notasi yang dipakai oleh Arezzo justru merupakan duplikasi dari temuan ilmuwan Muslim Ishaq Al-Mausili.

Begitu juga Ehsan Masood dalam bukunya “Ilmuwan-Ilmuwan Muslim” menyebut bahwa notasi musim do re mi fa so la si do merupakan temuan ilmuwan Muslim.

Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang juga memiliki pengaruh besar pada bidang musik antara lain, Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq as-Sabbah al-Kindi, Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi, Muhammad ibn Musa al-khawarizmi, dan Ishaq Al-Mausili.

Ishaq Al-Mausili

Ishaq Al-Mausili (wafat 850 M) adalah salah seorang musisi Muslim terbesar di kancah dunia musik Arab pada zaman kekhalifahan. Darah seni menetes dari ayahnya, Ibrahim Al-Mausili (wafat 804 M), yang juga seorang musisi besar.

Selain kepada ayahnya, Ishaq juga mempelajari musik dari pamannya yaitu Zalzal, dan musisi terkenal Atika binti Sudha. Beliau mempelajari musik dari berbagai negara. 

Ishaq terlahir di Al-Raiy, Persia Utara. Ishaq cilik memulai pendidikannya dengan mempelajari Alquran, tradisi, budaya, dan sejarah. Namun sejak kecil Ishaq memang sudah kepincut dengan musik. Ia mempelajari musik dari berbagai negara. Kelak, di pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah nama Ishaq melambung sebagai seorang musisi legendaris. Ia adalah musisi yang intelek. Hal itu dibuktikan dengan perpustakaan pribadinya yang tercatat sebagai yang terbesar di Baghdad.

Ishaq telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan ilmu musik. Dialah musisi yang memperkenalkan solmisasi: do re mi fa sol la si do. Ishaq Al-Mausili memperkenalkan solmisasi dalam bukunya, Book of Notes and Rhythms dan Great Book of Songs, yang begitu populer di Barat.

Musisi Muslim lainnya yang juga memperkenalkan solmisasi adalah Ibn Al-Farabi (872 M-950 M) dalam Kitab Al-Mausiqul Kabir. 

Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi

Al-Farabi atau nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia merupakan salah satu filsuf Islam terkemuka yang di dunia Barat dikenal dengan nama Alpharabius atau Abunasir (Avennaser). 

Al-Farabi ahli dalam bidang logika, musik, kemiliteran, metafisika, teologi, ilmu alam, dan astronomi. Dalam bidang musik, Al Farabi menulis buku berjudul Musiq al-Kabir. Buku ini telah menjadi rujukan penning bagi perkembangan musik klasik barat.

Dalam buku “Musiq al-Kabir”, Al-Farabi menguraikan tentang ‘not’ musik. dalam bukunya juga ia menjelaskan Bahia bahwa musik bisa menciptakan persan senang, senang, naman, mampu mempengaruhi moral, mengendalikan emosi, mengembangkan spiritualitas, dan menyembuhkan penyakit seperti gangguan psikosomatik.

Al-Farabi lahir di Transoxania di Distrik Farab (juga dikenal dengan nama Utrar), wilayah Uzbekistan sekarang, pada tahun 872 M. Ibunya berdarah Turki, sedangkan ayahnya adalah seorang opsir tentara Turki keturunan Persia. Ayah mengabdi kepada pangeran-pangeran Dinasti Samaniyah. Fakta bahwa Al-Farabi merupakan putra seorang militer menjadi cukup penting karena hal itu memisahkan dirinya dari filsuf-filsuf Islam abad pertengahan lainnya. 

Tidak seperti Ibnu Sina yang ayahnya bekerja dalam birokrasi Samaniyah atau Al-Kindi yang ayahnya adalah gubernur Kufah. Al-Farabi tidak termasuk dalam kelas katib, yaitu kelas yang memainkan peranan administratif yang besar bagi pengusaha-pengusaha Abbasiyah dan satelit-satelit mereka. la hidup pada masa kepemimpinan Khalifah Mu'tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi' (946-974 M).

 

Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq as-Sabbah al-Kindi

Al-Kindi dikenal sebagai 'Filsuf Arab' karena ia adalah filsuf Muslim pertama di dunia. Semasa hidupnya, al-Kindi menulis banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu dari kedokteran, metafisika, etika, logika dan psikologi, farmakologi, matematika, astrologi dan optik. 

Di bidang kedokteran, Al-Kindi adalah seorang dokter terkemuka. Dia telah menulis 30 buku di bidang kedokteran dan obat-obatan. la memisahkan ilmu kedokteran dałam berbagai spesialisasi yang penting. 

Selain itu, ia memliki pengetahuan cukup luas tentang musik. Ia diyakini sebagai tokoh pertama yang meletakkan dasar teori musik, yakni ketika dirinya membicarakan dan membahas tentang konotasi kosmologikal musik.

Al-Kindi juga dikenal sebagai tokoh pertama yang memanfaatkan musik sebagai media terapi untuk menghilangkan penyakit. Pada masa itu, al-Kindi telah menyadari bahwa musik memiliki khasiat untuk memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, serta spiritual. Terapi musik tersebut dipraktikkan oleh al-Kindi untuk menyembuhkan salah satu pasiennya yang menderita quadriplegia atau tetraplegia. Yakni sebuah kelumpuhan yang disebabkan oleh cedera, atau penyakit yang diderita manusia dan mengakibatkan hilangnya fungsi gerak badan.

la terkenal dengan 15 hasil karyanya dalam teori musik, walaupun hanya lima yang berhasil diselamatkan. la menambahkan tali senar kelima dalam alat musik Ud, sebuah alat musik populer di Asia Tengah dan Arab.

Al-Kindi memiliki nama panjang Abu Yusuf Ya'qub ibnu 'Ishaq as-Sabbah al-Kindi yang mempunyai nama Latin Alkindus, lahir tahun 801di Basra, Irak. Ayahnya adalah seorang pejabat pemerintahan pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. la dipanggil dengan Al-Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu kabilah Arab Kindah. Ketika Al-Kindi masih anak-anak, ayahnya meninggal dunia. Keadaannya yang yatim tidak mengendorkan semangatnya. Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah dan Baghdad. Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsafat, logika, matematika, musik, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran dan teknik mesin hingga menjadi cedekiawan yang diakui dunia.

Muhammad ibn Musa al-khawarizmi

Kalau ada orang Islam yang paling banyak berjasa dalam mendirikan pilar-pilar matematika modern, al-Khawarizmi salah satunya. Dialah pengembang ilmu geometrik dengan angka-angka untuk persamaan kuadrat. Dia pula penemu angka nol sehingga setiap orang kini bisa menghitung demikian banyaknya lewat bantuan angka nol atau nihil. 

Tokoh yang memiliki nama lengkap Muhammad bin Musa al-Khawarizmi merupakan intelektual muslim yang banyak menyumbangkan karyanya dalam bidang matematika, geografi, musik, dan sejarah. Ia lahir di Khawarizmi (Khiva), di selatan Amu Darya, pada tahun 780, leluhurnya bermigrasi dan menetap di Qutrubulli, sebuah distrik di bagian barat Baghdad, Irak. 

Tak hanya menguasai matematika dan astronomi, al-Khawarizimi juga dikenal ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori seni musik.

Buku itu diterjemahkan oleh Adelardi pada abad ke-12 dengan judul Liber Ysagogarum Alchorism. Pengaruh buku ini kemudian menyebarkan pengaruh sampai ke Eropa dan sejarawan Philip K.Hitti menyebutnya sebagai perkenalan pertama musik Arab ke dunia Barat atau dunia Latin.

Banyak pujian yang diberikan para sejarawan dan ilmuwan dari Eropa kepada karya-karya al-Khawarizimi. Pujian itu antara lain ditulis Phillip K. Hitti, penyusun The History of The Arabs yang menyebut al-Khawarizimi tokoh utama dalam sejarah awal matematika Arab. Secara lebih luas lagi, sumbangan al-Khawarizimi dalam bidang matematika, ditandai dengan memperkenalkan angka-angka Arab atau Algorisme ke dunia Barat sehingga diterima di seluruh dunia.

Sejarawan George Santon begitu memuja al-Khawarizimi dengan menyebutnya sebagai salah seorang ilmuwan terkemuka dari bangsanya dan terbesar pada zamannya. Dengan meninggalkan karya-karya penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, khususnya matematika dan astronomi, al-Khawarizimi meninggal pada tahun 846 M.

Sumber:

 

Khazanah orang besar Islam, dari Penakluk Jerusalem hingga Angka Nol. Penerbit Republika, Untold Islamic History oleh Abdul Syukur al-Azizi, dan 1000+ Kejayaan Sains Muslim oleh Yusup Somadinata

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler