Orang Tua Korban Siswa SMK Lingga Kencana Mengaku Wisuda Baru Pertama Digelar di Luar Kota

Biasanya acara wisuda diadakan di sekolah atau setidak-tidaknya di kawasan Depok

Republika/Thoudy Badai
Antrean mobil ambulan yang membawa jenazah korban kecelakaan bus karyawisata SMK Lingga Kencana Depok saat akan dimakaman di Tempat Pemakaman Umum Islam (TPUI) Parung Bingung, Kota Depok, Jawa Barat, Ahad (12/5/2024). Enam dari sepuluh korban meninggal dunia akibat kecelakaan bus di Ciater Subang, dimakamkan di TPUI Parung Bingung, Kota Depok, Jawa Barat. Keenam korban tersebut ialah Dimas Aditya, Intan R. Giti, dan Mahesa usai ketiganya dishalatkan bersamaan di mushola setempat. Juga Intan Fauziah, Robiyatul Adawiyah, dan seorang guru bernama Suprayogi. Sebelumnya, kecelakaan tersebut terjadi diduga akibat bus yang mengangkut rombongan pelajar SMK asal Depok mengalami rem blong di turunan Ciater, Subang pada Sabtu (11/5) sekitar pukul 18.45 WIB. Akibat kejadian tersebut sebelas orang dinyatakan meninggal dunia diantaranya sembilan siswa dan satu guru SMK Lingga Kencana Depok serta satu pengendara motor.
Rep: Eva Rianti Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali murid salah satu siswa kelas XII SMK Lingga Kencana Depok yang menjadi korban kecelakaan bus di Jalan Raya Ciater, Subang, Jawa Barat mengatakan biaya yang ditarik dari sekolah kepada siswa untuk acara wisuda dan wisata ke Bandung sebesar Rp800 ribu. Namun, orang tua tak mengetahui rincian uang pembayaran sebesar itu untuk apa saja.

Baca Juga


"Acaranya ke Lembang Bandung untuk wisuda dan untuk wisatanya ke Tangkuban Perahu, biayanya Rp800 ribu," ujar Rosdiana, ibu Mahesya Putra (18 tahun), korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan, saat dihubungi Republika. 

Menurut Rosdiana, dirinya tidak mengetahui perincian uang ratusan ribu tersebut dialokasikan untuk keperluan apa saja. Termasuk alokasi untuk transportasi dari Depok ke Bandung dan atau Subang serta kembali lagi ke Depok.  "Enggak dikasih tahu buat ini (alokasi perinciannya)," kata Rosdiana. 

Menurut penuturan dan sepengetahuannya, acara wisuda di sekolah anaknya baru kali ini dilakukan di luar kota. Biasanya acara hanya diadakan di dalam sekolah atau setidak-tidaknya di kawasan Depok. 

Karena kali ini diadakan di luar Depok, sebelum acara itu diadakan memang ada pertemuan antara pihak sekolah dengan wali murid untuk membahasnya. Rosdiana bercerita mulanya rencana acara wisuda bukan di Bandung, melainkan di Yogyakarta. 

"Iya rapat dulu, waktu itu sih pertamanya ke Yogyakarta, cuman kondisi keuangan wali murid kurang, termasuk saya. Saya juga kurang setuju kalau ke sana, kejauhan, akhirnya Bandung sepakat," kata Rosdiana. 

Lantas, usai wali murid sepakat, akhirnya diserahkan kepada para siswa. Dan kesepakatan itu didapat, hingga akhirnya jadwal wisuda ke Bandung terealisasi. "Dikembalikan lagi ke anak-anak. Iya (tidak keberatan). Namanya orang tua (menuruti keinginan anak)," katanya.

Namun, acara yang mestinya menyenangkan itu rupanya menjadi momen paling menyedihkan dalam hidup Rosdiana. Anaknya menjadi satu dari 11 korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan bus di Jalan Raya Ciater, Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024). 

Mendung seolah bernaung di wilayah Depok pada Ahad (12/5/2024). Para korban kecelakaan akhirnya dimakamkan. Mahesya dimakamkan di di Taman Pemakaman Umat Islam Parungbingung, Rangkapanjaya Baru, Pancoran Mas, Depok Jawa Barat pada Ahad siang.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler