Serangan ke Rafah Picu Perbedaan Pendapat Israel-AS

Sebagian besar pengungsi pindah ke lahan kosong termasuk Al-Mawasi.

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Tentara Israel memasuki Rafah.
Rep: Lintar Satria Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan sudah sekitar 360 ribu orang mengungsi dari Rafah. Setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi di kota paling ujung Jalur Gaza itu.

Baca Juga


Sebagian besar pengungsi pindah ke lahan kosong termasuk Al-Mawasi. Jalur kecil di pesisir pantai yang dirancang Israel sebagai perluasan area kemanusiaan. Namun Shaina Low dari lembaga bantuan Norwegian Refugee Council (NRC) mengatakan area itu tidak dirancang menerima pengungsi.

"Tidak ada ruang untuk memasang jamban atau titik air. Ada tumpukan sampah yang sangat banyak. Rekan saya bercerita melihat bangkai keledai di atas sampah, jadi ada berbagai macam masalah kesehatan," kata Low, Senin (13/5/2024).

Serangan ke Rafah menimbulkan perpecahan terbesar antara Israel dan Amerika Serikat (AS) yang memicu ditundanya pengiriman sejumlah senjata. Presiden AS Joe Biden yang kembali maju dalam pemilihan presiden tahun ini mendapat kritikan keras atas dukungannya terhadap Israel.

Sejumlah kritikus mengatakan Israel melakukan genosida di Gaza. Gedung Putih membantah klaim tersebut.

"Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza merupakan Genosida," kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan.

Washington mengatakan Israel tidak boleh menyerang Rafah tanpa rencana melindungi warga sipil. Tapi setelah serangan dilancarkan belum ada tanda-tanda Israel memiliki rencana tersebut.

Pada Senin kemarin Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan ia sudah memberikan pengarahan pada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengenai "operasi presisi" di Rafah. Departemen Luar Negeri AS mengatakan Blinken berbicara dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan menegaskan kembali Washington tidak mendukung operasi militer besar Israel ke Rafah.

Sayap bersenjata Hamas terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di salah satu jalan di timur Rafah dan timur Jabalia. Sementara sirine militer Israel di daerah dekat Gaza berbunyi beberapa kali, memperingatkan potensi serangan roket atau mortir lintas batas.

Massa Israel menghalangi truk bantuan yang sedang menuju Gaza. Mereka menjarah paket-paket bantuan di titik penyeberangan jalan Tarqumiya, sebelah barat Hebron di daerah pendudukan Tepi Barat.

Sullivan mengungkapkan keprihatinan atas serangan pemukim Israel pada konvoi bantuan kemanusiaan yang dalam perjalanan menuju Perbatasan Erez di utara Gaza. Insiden kedua serupa kurang dari dua pekan.

“Sungguh keterlaluan ada orang yang menyerang dan menjarah konvoi-konvoi, ini adalah perilaku yang sama sekali tidak dapat diterima,” kata Sullivan. n Lintar Satria/Reuters

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler