AS Buru Yahya Sinwar Agar Israel Cepat Deklarasikan Kemenangan Atas Hamas

Sinwar diyakini masih berada di salah satu terowongan Hamas di Gaza.

EPA-EFE/MOHAMMED SABRE
Pemimpin Hamas Gaza Yahya Sinwar
Rep: Teguh/Lintar Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemimpin Hamaz di Gaza Yahya Sinwar kini tak hanya menjadi incaran Israel, tapi juga Amerika Serikat. Keberhasilan menangkap atau memburu Sinwar diyakini dapat mempercepat pengakhiran dengan perang di Gaza. 

Baca Juga


Menurut pejabat AS kepada MEE, dengan penaklukan Sinwar, Israel bakal mendeklarasikan kemenangan pertempuran mereka. 

Sinwar yang berusia 61 tahun kini diyakini berada di salah satu terowongan Hamas di Jalur Gaza. Namun, pejabat AS lain yang tak punya otoritas untuk bicara kepada media mengatakan kepada MEE bahwa pemerintahan Biden kini memperluas pencarian karena kemungkinan Sinwar sudah ke Semenanjung Sinai Mesir dan dari sana menuju Lebanon atau Suriah.

Bruce Riedel yang juga mantan pejabat CIA dan menjabat sebagai penasihat keamanan nasional empat presiden AS, mengatakan kepada MEE bahwa ketidakjelasan seputar lokasi terakhir Sinwar menjadi hal yang 'sangat buruk'.

Ketika ditanya tentang jangka waktunya, dia berkata: "Satu bulan berarti Anda bahkan belum mendapatkan informasi waktu riil."

Bulan lalu, seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa Sinwar telah mengunjungi zona tempur dan telah mengadakan musyawarah dengan pimpinan kelompok tersebut di luar negeri.

The Times of Israel beberapa waktu lalu mengutip pejabat Israel melaporkan Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Jalur Gaza, mungkin masih berada di dalam terowongan bawah tanah Kota Khan Yunis di Gaza selatan. 

Para pejabat itu tidak dapat memastikan secara pasti lokasi Sinwar, tetapi data intelijen Israel menyatakan dia mungkin berada di terowongan bawah tanah di Khan Younis, sekitar 8 kilometer sebelah utara Rafah.

Wall Street Journal (WSJ), yang mengutip para pejabat, melaporkan pada Januari bahwa Israel sejauh ini hanya berhasil merusak atau melumpuhkan 20 hingga 40 persen terowongan bawah tanah Hamas di Jalur Gaza.

Pada bulan yang sama, dengan mengutip para pejabat Israel, New York Times menulis bahwa tentara Israel memperkirakan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas di bawah Jalur Gaza mungkin jauh lebih besar dari yang diperkirakan dan akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menghancurkannya secara total.

Serangan Israel

Sementara itu Kementerian Kesehatan Gaza dan militer Israel mengatakan serangan udara Israel membunuh pejuang Palestina dan melukai delapan orang lainnya di kamp pengungsi Jenin di daerah pendudukan Tepi Barat. Sayap bersenjata Islam Jihad (PIJ) mengatakan nama korban tewas adalah Islam Khamayseh.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan delapan orang yang terluka dalam kondisi stabil dan menerima pengobatan di rumah sakit. Identitas para korban belum dapat dikonfirmasi.

Militer Israel mengatakan pesawat tempur dan helikopternya menggelar serangan ke Tepi Barat yang jarang dilakukan. Kekerasan di Tepi Barat sudah melonjak tajam sebelum perang Israel di Gaza.

Israel mengatakan mereka menembak komplek yang digunakan sebagai pusat operasi milisi dan mengkonfirmasi kematian Khamayseh yang dituduh bertanggung jawab beberapa serangan ke orang Israel.

Militer Israel menambahkan serangan "digelar untuk menghapus ancaman nyata" tanpa mengungkapkan detail ancaman yang dimaksud.

Foto-foto yang tersebar di media sosial yang belum dapat diverifikasi menunjukkan asap hitam di atas kamp pengungsian Jenin yang padat penduduk. Warga kamp mengatakan serangan itu mengincar sebuah rumah.

Menurut badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina tercatat sekitar 23.600 di kamp itu sebagai pengungsi yang diusir dari rumah mereka dalam perang 1948 yang mengarah pada pendirian negara Israel atau keturunan mereka.

Tepi Barat salah satu wilayah yang Israel duduki dalam perang Timur Tengah 1967. Palestina ingin wilayah itu bagian dari negara Palestina di masa depan. Sejumlah kelompok Palestina seperti PIJ terlibat dalam perlawanan konflik menghadapi pendudukan militer Israel selama puluhan tahun.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler