Potensi Eskalasi, Hati-Hati Sikapi Kematian Raisi
Wakil Presiden Mohammad Mokhber saat ini menjadi presiden sementara Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap Iran, Israel, dan dunia. Besarnya dampak ini akan bergantung pada perkembangan politik dan ekonomi serta reaksi negara-negara lain dalam menyikapi pergantian kepemimpinan di Iran.
Economictimes menyebut kematian Raisi dapat menyebabkan periode ketidakstabilan politik Iran hingga pemilihan presiden baru. Sejumlah ahli mengatakan prosesi mencari pengganti Raisi akan cukup sulit lantaran Iran sedang terlibat dalam perang regional dan juga menghadapi tantangan ekonomi.
Kebijakan ekonomi presiden baru dapat berdampak pada hubungan Iran dengan negara lain dan pendekatannya terhadap isu-isu seperti sanksi dan reformasi ekonomi.
"Cara Raisi yang ceroboh dalam menangani perekonomian telah dikritik, dan kematiannya dapat menyebabkan perubahan dalam strategi ekonomi Iran," bunyi laporan economictimes seperti dilansir Republika pada Selasa (21/5/2024).
Wakil Presiden Mohammad Mokhber saat ini menjadi presiden sementara Iran yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan pemilihan presiden baru pada 50 haru mendatang. Mokhber dikenal dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei.
Mokhber merupakan anggota kunci delegasi Iran saat menyepakati pasokan rudal dan drone untuk Rusia pada Oktober lalu. Mokhber disebut akan melanjutkan kebijakan dan prioritas pemerintahan Raisi hingga terpilihnya presiden baru.
Dampak kematian Raisi bagi regional, Israel, hingga India
Sekutu Iran di kawasan regional, seperti Hamas di Palestina dan Hizbullah di Libanon telah menyampaikan solidaritas atas kematian Raisi. Iran memiliki pengaruh besar di kawasan timur tengah dengan dugaan program nuklir yang selalu menjadi ancaman bagi Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
Kematian Raisi berpotensi berdampak pada situasi keamanan Israel. Raisi selama ini dikenal merupakan pendukung Hamas dan Hizbullah dalam melawan tindakan penjajahan Israel. Belum lama ini, Raisi dengan keras mengecam rezim Zionis Israel yang telah melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina dalam 75 tahun terakhir.
Namun, Israel diragukan terlibat dalam kecelakaan helikopter yang menewaskan Raisi. Israel disebut tidak akan membunuh kepala negara karena tahu konsekuensinya itu adalah sebuah pernyataan perang.
Rival-rival Iran seperti AS hingga Arab Saudi mempertimbangkan memperkuat keamanan sebagai langkah antisipasi atas reaksi Iran pasca kematian Raisi.
Situasi kematian Raisi juga menjadi perhatian bagi India. Meski memiliki hubungan mesra dengan Israel, India mengakui peran penting Raisi dalam meningkatkan hubungan India dengan Iran.
Perdana Menteri India Narendra Modi pun telah menyampaikan belasungkawa dan solidaritas terhadap Iran. Sebelum peristiwa tragis tersebut, India dan Iran baru saja menandatangani perjanjian kerja sama pengoperasian pelabuhan Chabahar untuk meningkatkan perdagangan dengan Asia Tengah.
Kerja sama yang telah dicanangkan sejak 2003 baru terealisasi di era kepemimpinan Raisi. Sebelumnya, upaya kolaborasi kedua negara tersebut mendapat hambatan akibat sanksi AS terhadap Iran karena dugaan aktivitas nuklir.
Sontak, kerja sama ini mengejutkan AS. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel memperingatkan potensi sanksi bagi negara yang melakukan bisnis dengan Iran. Menteri Luar Negeri India Jaishankar meminta AS berpikir lebih jernih dan mendesak adanya perspektif yang lebih luas karena kerja sama ini memberikan manfaat ekonomi lebih luas bagi regional.