Benarkah Istri Diwajibkan untuk Mengurus Mertua?

Seorang istri dapat berniat mengurus ibu mertua sebagai wujud mengurus suami.

Foto: Humas Ditjen Hubla
Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok menggelar kegiatan “OP Tanjung Priok Bakti Mertua” di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Rep: Umar Mukhtar Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menjadi seorang istri punya tanggung jawab tidak hanya kepada suami dan anak-anak. Istri juga dituntut untuk memberi penghargaan dan kepedulian terhadap keluarga suami.

Baca Juga


Meskipun tidak diwajibkan untuk secara langsung mengurus keluarga suami, namun kehadiran dan perhatian istri dalam dinamika keluarga suami merupakan hal yang penting. Hal tersebut pun menciptakan ikatan yang kuat antara kedua belah pihak dan memperkuat hubungan keluarga secara keseluruhan.

Namun, apa pandangan Islam mengenai hal tersebut?

Mubaligh Mesir Syekh Muhammad Abu Bakar menuturkan, pada prinsipnya, mewajibkan seseorang untuk melakukan apa yang tidak wajib dilakukan, baik itu secara agama ataupun moral, akan dapat menghancurkan rumah tangga. Dia juga menekankan, setiap suami harus mengetahui bahwa istri bertugas melayani hanya suaminya dan anak-anaknya.

"Contohnya memasak untuknya, membersihkan rumah untuknya, mencuci untuknya. Karena secara hukum syariat tugas seorang istri diperuntukkan bagi suami," kata dia.

Meski demikian, Syekh Abu Bakar menjelaskan, sebagai bentuk menghormati suami, seorang istri boleh mengurus keluarga sang suami, seperti ibu mertuanya. Namun peran tersebut bersifat sukarela.

Jika ibu mertua tersebut membalas kerelaan menantunya dengan kata-kata yang tidak baik, memprotes atau melukai hatinya, maka menantu tersebut tidak perlu lagi mengurus ibu mertuanya.

"Dan tidak ada dosa di dalam hal itu," jelasnya.

Syekh Abu Bakar menambahkan, bila istri tinggal di rumah mertuanya, maka ia tidak harus mengurus keluarga suami dan tidak ada dosa untuknya.

"Dia (istri) tidak harus melayani keluarga suami, ayah mertua, ibu mertua, atau menanggung siapapun kecuali dirinya sendiri dan anak-anaknya," katanya.

Lalu jika suami mendengar perkataan dari ibunya tentang istrinya, maka suami tersebut perlu berkata begini, "Tidak, saya minta maaf, ibu. Anda salah. Dia hanya seorang anak perempuan."

Suatu ketika, Rasulullah SAW pernah mendapat pertanyaan, "Siapakah wanita yang paling baik?" Lalu beliau menjawab, "Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci." (HR An-Nasai dan Ahmad)

Berdasarkan hal tersebut, seorang istri dapat berniat membantu mengurus ibu mertua sebagai wujud kepatuhan dirinya kepada suami.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler