Pupuk Indonesia Raih Rp 1,3 Triliun dari Kontribusi Inovasi

Kontribusi inovasi berasal dari peningkatan efisiensi dan peningkatan revenue.

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Petani menabur kompos pada lahan tanam padi miliknya di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Ahad (25/2/2024). Petani menggunakan kompos sebagai pupuk alternatif untuk tanaman mereka karena menipisnya ketersediaan pupuk kimia di wilayah tersebut.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi insan PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil mencatatkan kontribusi pendapatan dan penghematan sebesar Rp 1,3 triliun. Nilai keberhasilan ini didapat dari 169 inovasi yang mengikuti ajang "Pupuk Indonesia Innovation Award (PIIA) Summit 2024".

Baca Juga


Hal ini disampaikan Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi dalam puncak apresiasi PIIA Summit 2024 yang dilaksanakan secara hybrid dari Jakarta pada Kamis (13/6/2024). Rahmad mengatakan kontribusi inovasi ini terdiri atas Rp 1,2 triliun berasal dari peningkatan efisiensi atau penghematan dan Rp 0,1 triliun berasal dari peningkatan revenue.

"Alhamdulillah tahun ini berdasarkan buku 2023 Pupuk Indonesia menduduki posisi nomor tujuh terbesar dunia di industri fertilizer. Tentu ini tidak lepas dari inovasi yang mempunyai direct impact pada profitability,” ujar Rahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (14/6/2024).

Rahmad menambahkan, ratusan inovasi yang hadir pada PIIA 2024 ini dihasilkan oleh 700 karyawan atau inovator, yang terdiri dari karyawan organik, nonorganik dan karyawan magang. Inklusivitas ini menjadi bukti inovasi sudah menjadi habit di lingkungan Pupuk Indonesia.

Rahmad menyampaikan inovasi tidak selalu big bang, tapi bisa juga trial and error yang tentunya membutuhkan persistensi. Tanpa persistensi inovasi ini tidak akan pernah bisa terimplementasi dan tidak akan pernah bisa memberikan direct impact pada laporan keuangan. 

"Alhamdulillah Pupuk Indonesia menunjukkan dua-duanya, kami sudah pernah melakukan big bang innovation yaitu sentralisasi. Kami juga terus melakukan inovasi-inovasi yang sifatnya instrumental," ucap Rahmad.

Dalam rangka menjaga budaya inovasi, sambung Rahmad, Pupuk Indonesia bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology – Industrial Liaison Program (MIT-ILP). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mewujudkan ketahanan pangan serta memperkuat sebagai pemain utama industri pupuk di tingkat global.

Rahmad menyebut ketahanan pangan global saat ini dihadapkan oleh tantangan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan stagnasi produktivitas pertanian. Oleh karena itu, Pupuk Indonesia berharap kolaborasi dengan MIT-ILP dapat meningkatkan peran perusahaan dalam ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui inovasi dan transformasi bisnis.

 "Tanpa inovasi, yakin dan percayalah tidak ada perusahaan yang bisa bertahan.  Jangan bicara berkembang, survive saja tidak mungkin kalau tidak ada inovasi. Hanya dengan inovasi Pupuk Indonesia bisa meraih masa depan lebih baik," kata Rahmad.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler