Literasi Jadi Senjata Hindari Jebakan Pinjol dan Judol
BSI lakukan literasi pada perempuan dan para ibu untuk pahami kejahatan siber.
REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- PT Bank Syariah Indonesia (BSI) mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah, khususnya bagi perempuan dan para ibu. Hal itu sebagai upaya untuk menggandeng para ibu agar tidak masuk dalam risiko kejahatan siber, seperti pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol).
Direktur Compliance & Human Capital BSI Tribuana Tunggadewi mengatakan peran ibu sebagai pengatur keuangan dalam rumah tangga perlu mendapatkan pemahaman dan literasi mengenai produk-produk keuangan secara mendalam. Oleh karena itu, Dewi mengatakan BSI terus meningkatkan literasi khususnya tentang investasi yang cocok untuk keluarga.
“Kebutuhan finansial, sosial, dan spiritual itu ada di bank syariah. Untuk dana darurat, ibu-ibu bisa pakai produk cicil emas atau beli emas secara langsung. Jadi kalau sedang darurat bisa digadai,” kata Dewi dalam kegiatan Talkshow Edukasi Keuangan Bundaku yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dikutip dari keterangan pers, Sabtu (29/6/2024).
Program Bundaku merupakan program peningkatan literasi keuangan melalui pemberdayaan komunitas ibu dan perempuan sebagai ‘Duta Literasi Keuangan’. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang produk dan layanan jasa keuangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, serta menghindarkan masyarakat dari penipuan berkedok keuangan.
Dewi menjelaskan, BSI sejak pertama kali berdiri pada 2021 yang mana sedang terjadi pandemi Covid-19, sudah mulai memberikan program pemberdayaan untuk perempuan dan ibu dengan berkolaborasi bersama BSI Maslahat. Pada saat terjadi Covid-19, BSI memberikan Program Ibu Tangguh yang sasarannya adalah para ibu yang suaminya meninggal karena Covid.
Program tersebut memberikan bantuan modal dan kebutuhan sehari-hari ataupun sekolah. Setidaknya ada 40 orang penerima manfaat di sekitar Jabodetabek. Selain itu, BSI juga memiliki Program Pembiayaan Mawar Emas, yaitu pemberian modal untuk masyarakat di lingkungan masjid agar terbebas dari para rentenir atau tengkulak. Ada sebanyak828 perempuan yang menerima manfaat dari program ini di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat.
BSI juga menghadirkan program Program Pembiayaan Bank Wakaf Mikro (BWM), yaitu pemberian modal untuk masyarakat di lingkungan pondok pesantren di seluruh Indonesia, dengan penerima manfaat sekitar 13 ribu perempuan.
“BSI punya komitmen untuk mengembangkan UMKM, untuk yang pemberdayaan usaha-usaha yang masih unbankable kita bekerja sama dengan BSI Maslahat, yang mengelola dana-dana zakat yang akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.
Dewi menambahkan, dia menceritakan mengenai gelaran BSI International Expo 2024 yang baru saja digelar. Dia menyebut ada seorang pengusaha perempuan pemilik usaha Capli Sambal Ijo Aceh yang mendapatkan pembeli dari luar negeri dari hasil business matching yang diliakukan selama acara tersebut berlangsung. Capli mendapatkan pesanan puluhan ton sambal dari para pembeli internasional.
“Jadi perbankan pada prinsipnya melakukan pemdampingan, tidak hanya dia berusaha agar bisnisnya tumbuh tapi juga kita bantu untuk mencari buyernya,” ujarnya. Eva Rianti