5 Pembenci Islam Jadi Mualaf, Dapat Hidayah dari Quran, Video Youtube Hingga Sepakbola

Mereka yang dahulu terkenal sebagai pegiat paham Islamofobia ini mendapat hidayah.

Canva
Hidayah (ilustrasi)
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hidayah tak mengenal suku bangsa, ras dan warna kulit. Saat Allah sudah menyentuh jiwa dengan keindahan Islam, sosok yang tadinya keras hati dan penuh benci pun menjadi Muslim. Sudah terbukti banyak sekali mereka yang bahkan secara fisik 'terstigma' sebagai anti Islam karena berkulit putih, bermata biru dan tinggal di Eropa jatuh ke pangkuan agama yang dibawa Rasulullah SAW.

Baca Juga


Mereka yang dahulu terkenal sebagai pegiat paham Islamofobia ini mendapat cahaya hidayah hingga menjadi mualaf. Berikut lima diantaranya yang dirangkum Republika.

1. Joram Van Klaveren

Joram Van Klaveren adalah seorang penulis buku anti Islam. Ia menjadi tangan kanan Geert Wilders, yang menyusun pesan-pesan Partai Kebebasan (PVV) yang menggambarkan Islam sebagai agama “kebohongan” dan mendorong agar Alqur’an dan masjid dilarang di Belanda.

Tetapi itu dulu, Joram van Klaveren kini adalah seorang mualaf dan saat ini terus berupaya secara aktif membongkar mitos-mitos yang dulu pernah ia gembar-gemborkan tentang Islam

“Hal-hal yang saya bantu kembangkan masih ada, mereka masih menggunakan alat yang saya berikan kepada mereka,” katanya kepada Guardian. “Saya benar-benar mendengar mereka mengatakan hal-hal yang saya buat,” lanjutnya yang dipublikasikan pada Jumat (3/5/2024).

Joram Van Klaveren - (Dok Republika)

Buku anti Islam karyanya, kembali mencuat di Belanda dalam beberapa bulan terakhir, ketika PVV muncul sebagai partai dengan suara terbanyak dalam pemilu Belanda baru-baru ini, sejalan dengan lonjakan platform nativis dan populis di seluruh Eropa. “Saya berada dalam politik anti-Islam selama 12 tahun, jadi saya harus melawan narasi ini setidaknya selama 12 tahun untuk menyamakan kedudukan,” kata pria berusia 45 tahun itu.

 Dibesarkan dalam keluarga Protestan yang sangat religius di Amsterdam, Van Klaveren mengatakan kekhawatiran awalnya terhadap Islam dipengaruhi oleh gerejanya. Citra Islam di matanya semakin memburuk setelah peristiwa 11 September dan pembunuhan tragis sutradara film Theo van Gogh oleh seorang Muslim yang menggambarkan dirinya sebagai seorang jihadis, yang kemudian mendorong Van Klaveren untuk bergabung dengan partai Wilders pada 2010.

Sejak itu, ia mulai aktif dalam gerakan melarang kehadiran masjid-masjid dan alquran di Belanda. Ia juga melakukan segala cara untuk melarang sekolah Islam dan pelajaran bahasa Arab di Belanda. “Saat itu, saya pikir itu adalah hal yang baik karena kami memerangi Islam,” imbuhnya.

Van Klaveren kemudian memutuskan hubungan dengan Geert Wilders pada tahun 2014 setelah rapat umum, di mana pemimpin PVV bertanya kepada pendukungnya apakah mereka menginginkan “lebih sedikit warga Maroko” di negara tersebut. Bagi Van Klaveren, hal itu tampaknya merupakan langkah yang terlalu jauh. “Saya berpikir, ya, saya harus keluar karena sekarang ini sudah menjadi masalah etnis.”

Dia mendirikan partainya sendiri, tetapi gagal mendapatkan satu kursi pun dalam pemilu nasional. Van Klaveren kemudian keluar dari dunia politik, dan menetapkan tujuan untuk menyelesaikan sebuah buku yang telah dia tulis bertahun-tahun sebelumnya. Dia pun membayangkan buku itu sebagai sebuah buku besar akademis yang akan mengungkap ancaman yang ditimbulkan oleh Islam.

Demi bukunya itu, Van Klaveren terjun langsung mencari tahu lebih banyak tentang Islam. Namun semakin dia mendalami ajaran Islam, semakin membuatnya tertarik pada Islam.

Hanya saja, ketertarikannya saat itu ia hempaskan karena pekerjaannya sehari-hari di sebuah stasiun radio evangelis. Lagi-lagi ketika keingin tahuannya tentang Islam mulai kembali menggelitiknya. Dia harus bergulat dengan statusnya sebagai suara umat Kristen konservatif.

Akhirnya hidayah Allah datang. Dia lantas meninggalkan bukunya dan meletakkannya di rak buku di rumahnya.Ketika itu, tiba-tiba buku-bukunya berjatuhan ke lantai. Van Klaveren lantas mengambil sebuah mushaf Alquran yang turut jatuh. Saat ia mengambilnya, Alquran tersebut terbuka dan tepat di surat Alhajj ayat 46.

“Terjemahannya berbunyi: ‘Bukan mata yang buta, tapi hati,’ dan saya berpikir: 'Ya, ini benar-benar masalah saya,” ujar Klaveren.“Kedengarannya seperti dongeng, tapi itu benar-benar terjadi,” tegasnya.

Selanjutnya pada 2019, ia mengumumkan perpindahan agamanya ke publik. Ia sengaja mengumumkan bahwa dirinya telah menjadi seorang Mualaf sebagai kesempatan untuk meluruskan apa-apa yang telah dibuatnya di masa lalu, tentang anti Islam.

“Dia bilang ‘kamu juga punya tanggung jawab. Karena kamu menghasut kebencian (terhadap Muslim)’,” kata Van Klaveren mengenang nasihat gurunya.

2. Arthur Wagner

Seorang politisi terkemuka dari Alternative for Germany (AfD) telah masuk Islam dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin di partai anti-Muslim tersebut. Arthur Wagner, yang merupakan anggota terke mu ka partai sayap kanan di negara bagian Jerman timur di Bran denburg, mengundurkan diri karena 'alasan pribadi'.

Meskipun Arthur Wagner keluar dari jabatan kepemimpinan AfD di Brandenburg, dia tetap menjadi anggota partai. AfD merupakan partai yang menilai Islam tidak sesuai dengan konstitusi Jerman dan meng ingin kan larangan terhadap menara masjid dan burqa yang menutupi wajah.

AFD menjadi partai terbesar ketiga Jerman di parlemen setelah pemilihan umum September 2017 lalu, dilansir di Huffington Post, Kamis (25/1). Partai anti- Muslim ini mengatakan bahwa hak tersebut merupakan hak konstitusional kebebasan beragama, terlepas dari kehidupan baru Wagner.

Arthur Wagner - (Arabnews.com)

"Wagner juga bisa memilih agama lain," ujar Daniel Friese, juru bicara partai. "Wagner mengundurkan diri pada 11 Januari dari dewan negara atas kemauannya sendiri. Baru, setelah itu, diketahui bahwa dia telah masuk Islam," jelas Friese.

Sementara itu, Wagner me nolak berkomentar mengenai sta tus mualafnya. "Itu urusan pribadi saya," katanya. Di negara bagian Brandenburg, Wagner fokus pada gereja dan komunitas iman, menurut media milik pemerintah, Deutsche Welle.

AfD mulai menonjol pada 2015 dengan masuknya pengungsi dan migran ke Eropa. Par tai ini bekerja untuk menarik orang-orang Jerman dengan memicu ketakutan akan perom bak an budaya dan ancaman ter ha dap gaya hidup Jerman aki bat kedatangan migran.

Partai tersebut terpilih se bagai anggota Bundestag atau par lemen untuk pertama kalinya de ngan memenangkan 12,6 per sen suara dalam pemilihan fede ral September 2017. Mereka mem promosikan kebijakan, se perti pemulangan 500 ribu peng ungsi Suriah yang tinggal di Jer man, mengklaim bahwa perang saudara Suriah hampir berakhir. Berita tersebut memicu ce mooh pada media sosial. Banyak pengguna Twitter yang menyerang Wagner karena masuk Islam setelah menjadi pimpinan partai yang telah mencerca keha diran Muslim di Jerman.

Mantan ketua kelompok sayap kanan.. 

 

 

 

3. Shermon Burgess

Shermon Burgess, salah satu aktivis anti-Islam paling terkenal di Australia dan mantan ketua kelompok sayap kanan United Patriots Front, telah masuk Islam. 

"Islam adalah kemurnian terhubung langsung ke Allah SWT. Dunia barat telah tersesat, orang-orang tertekan dan mencoba memperbaiki semua masalah hidup dengan alkohol, narkoba, pornografi, tidur-tiduran,” tulisnya di Facebook.

Burgess pun mengungkapkan bahwa Islam membebaskan dari semua itu dan memungkinkan kita untuk memiliki makna lagi. Islam juga mengembalikan cahaya kembali ke dalam jiwa dan menyalakan kembali gairah hidup ke dalam hati. 

Burgess menjadi tokoh nasional selama tahun 2010-an karena keterlibatannya dalam kelompok nasionalis sayap kanan yang sekarang sudah tidak ada lagi yaknu United Patriots Front (UPF), Reclaim Australia, dan Liga Pertahanan Australia. Dia juga memainkan peran sentral dalam protes anti-Islam 2015 yang berpusat pada pembangunan masjid di Bendigo.

Pada puncaknya, halaman media sosialnya The Great Aussie Patriot membagikan konten rasis dan menghasut kepada puluhan ribu pengikut.

Shermon Burgess: Dulu Aktivis Anti Islam, Sekarang Mualaf - (Tangkapan layar FB.)

Setengah dekade kemudian, akun Facebook pribadi Burgess kini dihiasi dengan foto sampul bendera Palestina yang dilapis dengan Syahadat. Pertemuan Burgess dengan pemimpin Gerakan Kebebasan Muslim, Youssra Rose, berperan penting dalam memberinya pandangan yang lebih jelas terhadap Islam.  

Di halaman Facebook-nya pada bulan Desember tahun lalu, Burgess mengatakan kembali ke 2015-2016, orang tidak akan melihat dia berdiri berdampingan dengan seorang Muslim yang berjuang untuk tujuan yang sama, tidak dalam sejuta tahun, tetapi sekarang banyak hal telah berubah."Sekarang saya akan berdiri berdampingan dengan umat Islam, untuk melawan para penindas Zionis dan freemason yang memerintah kita,"ujar dia.

Burgess mengatakan bahwa mantan anggota UPF menyerangnya secara online ketika mereka mengetahui tentang pertobatannya.Banyak dari mereka adalah peminum alkohol berat dan merosot. Burgess kagum dengan aspek kesehatan Islam, bagaimana mereka berlatih keras dan menahan diri dari alkohol dan obat-obatan.

Saat ini Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan jumlah umat Islam diperkirakan akan tumbuh lebih dari dua kali lipat tingkat populasi dunia secara keseluruhan antara tahun 2015 dan 2060 menurut penelitian oleh Pew Research Center.

4. Ben Bird

Pesepak bola Liverpool asal Mesir, Mohamed Salah, telah memberikan pengaruh positif di Liga Primer Inggris. Dia telah menginspirasi salah seorang penggemar sepak bola Inggris yang menjadi pemegang tiket musiman di Nottingham Forest, Ben Bird.

"Mohamed Salah benar-benar menginspirasiku. Aku sendiri adalah pemegang tiket musiman Nottingham Forest. Aku bisa menjadi diriku sendiri karena aku menyatakan keyakinan bahwa aku Muslim. Aku tetaplah diriku, dan itulah yang bisa dipetik dari seorang Mohamed Salah. Saya ingin sekali bertemu dengannya, hanya untuk menjabat tangannya dan mengucapkan 'Cheers' atau 'Syukran'," kata Bird dalam artikelnya yang dimuat di laman The Guardian.

Teman-teman Bird awalnya tidak terlalu percaya dia telah menjadi mualaf karena tidak ada yang berbeda dari sebelumnya. Namun, Bird merasa hatinya jauh lebih baik dan terus berupaya melakukan perubahan dalam dirinya, terutama pada hari pertandingan.

"Biasanya ke pub, bertaruh, lalu setelah pertandingan kembali ke pub dan sadar telah kehilangan banyak uang. Sulit bila sudah terbiasa dengan budaya seperti itu dan itu bagian dari sepak bola bagi banyak orang," tutur dia.

Bird dulunya menganggap Islam sebagai agama dan budaya dengan orang-orangnya yang terbelakang. "Mereka tidak terintegrasi dan ingin mengambil alih. Aku selalu memandang Muslim seperti gajah di ruangan dan saat itu aku membenci Muslim," ucapnya.

Dia juga sempat menyalahkan Islam atas kemalangan yang menimpanya. Dia menemukan sebuah laman website sayap kanan yang kian memperuncing kebenciannya terhadap Islam. Laman tersebut sampai mengiriminya propaganda yang panjang atau semacamnya.

Namun, Bird bukan tipikal orang yang ketika membenci sesuatu kemudian langsung disampaikan. Dia juga tidak pernah menyampaikannya kepada seorang Muslim mana pun tentang pemikirannya saat itu. Hingga akhirnya ia menemukan sesuatu yang mengubah segalanya saat mengenyam pendidikan tinggi untuk studi Timur Tengah di Universitas Leeds. 

"Kami harus membuat disertasi dan aku ingin bikin sesuatu yang agak berbeda. Aku juga ingat, guru disleksiaku berkata, 'bagaimana dengan lagu Mohamed Salah?'," ucapnya.

"Akhirnya aku mendapat pertanyaan, 'Mohamed Salah adalah pemberian dari Allah, lantas, apakah penampilan Mohamed Salah menimbulkan percakapan yang berlawanan terhadap Islamofobia di media dan ranah politik?'," kata Bird menerangkan.

Dalam lirik lagu fans Liverpool, Dodgy's hit Good Enough, ada kalimat "Jika dia mencetak beberapa gol lagi, maka saya akan menjadi Muslim juga". Bagi Bird, kata-kata ini telah merasuk ke dalam lubuk hatinya yang terdalam. "Aku benar-benar mencamkannya dalam hati," kata dia.

5. Isa Chris Skellorn

Perasaan benci mewarnai perjumpaan awal Isa Chris Skellorn dengan Islam. Lelaki asal Leeds, Inggris, itu semula menganggap agama tersebut sebagai sesuatu yang asing (alien) bagi orang-orang Britania dan Eropa umumnya.

Waktu itu, ia memandang ajaran Nabi Muhammad SAW sangat mengancam eksistensi kebudayaan Barat. Untuk mengekspresikan kebenciannya, Chris Skellorn cukup aktif di internet. Melalui akun media sosialnya, ia menyebarkan hasutan-hasutan yang bernada Islamofobia. Tujuannya untuk meyakinkan orang-orang, Islam adalah virus yang menakutkan bagi kehidupan modern. 

Di satu sisi, ketika belum menjadi seorang mualaf, Chris mudah terpengaruh pelbagai pemberitaan tentang terorisme yang acap kali disangkutpautkan dengan Islam. 

 

Sebagai contoh, serangan teroris di London pada 7 Juli 2005. Peristiwa nahas itu menelan 52 korban jiwa dan mengakibatkan ratusan orang luka-luka. Oleh berbagai media massa, para pelaku bom bunuh diri itu dicap sebagai kelompok teroris Islamis. 

Isa Chris Skellorn - (Dok Istimewa)

Di sisi lain, Chris sendiri memiliki pengalaman buruk saat masih muda. Sebagai siswa SMA, ia termasuk korban perundungan (bullying). Dan, beberapa perundungnya adalah anakanak keturunan Pakistan yang satu sekolah dengannya. Berkali-kali, ia menerima hantaman dan pukulan dari mereka sehingga membuatnya trauma. 

Begitu lulus dari SMA, cara pandang Chris terhadap dunia makin monokrom. Baginya, semua orang Islam adalah musuh yang mesti dienyahkan. Ajaran agama ini baginya hanyalah pendatang yang tidak pantas berada di Inggris, tanah airnya. 

Di bangku kuliah, ia diajak seorang kawannya untuk bergabung dengan gerakan Liga Pertahanan Inggris (English Defence League/EDL). Organisasi yang didirikan lima tahun sesudah Peristiwa Bom London itu menganut paham politik sayap-kanan ekstrem. Ideologinya, antara lain, adalah Islamofobia. 

Bagai gayung bersambut, Chris merasa sangat cocok dengan EDL. Sejak terdaftar sebagai anggota gerakan tersebut, ia pun aktif dalam berbagai unjuk rasa anti-Islam. Pemuda itu bertemu dengan banyak orang sebayanya yang juga menaruh antipati terhadap Muslimin. 

“Awalnya, aku tidak tahu bahwa itu (EDL) adalah sebuah organisasi. Kupikir, aku hanya berkumpul dengan orang-orang yang sepemikiran denganku mengenai masalah besar yang dihadapi kita semua, yakni Islam,” ujar Isa Chris Skellorn kepada Leeds Live, seperti dikutip Republika.co.id beberapa waktu lalu. 

Lingkaran pertemanannya di EDL mengubah pribadinya. Chris mulai menyukai minuman keras, bahkan menenggak khamar sampai mabuk. Ia pun tidak ragu-ragu untuk mengonsumsi narkoba. Komunikasinya dengan orang tua tidak lagi baik.

Chris menceritakan pengalaman pertamanya ikut demonstrasi EDL di Leeds. Sebelum turun ke jalan, ia ikut dengan kawan-kawannya untuk membicarakan isi orasi yang hendak disampaikan dalam aksi.

Yang jelas, spanduk dan baliho yang akan dikibarkan mesti memuat pesan anti- Islam yang kuat. Rasanya waktu itu aku sangat antusias. Ikut demonstrasi seperti ikut menonton pertandingan sepak bola di stadion, katanya.

Dua tahun lamanya Chris menjadi anggota EDL Leeds. Belakangan, ia menyadari bahwa dalam masa itu dirinya hanya membebek para petinggi organisasi. Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya untuk mengenal atau mencari tahu sendiri segala hal tentang Islam.

Chris awalnya mengira, Islam adalah agama yang seharusnya dipeluk oleh orang-orang non- Eropa saja. Barulah sesudah lewat dua tahun aktif di EDL, ia mafhum bahwa Muslim bukanlah identik dengan kebangsaan tertentu.

Katakanlah, Arab ternyata tidak sama dengan Islam. Bahkan, di dunia Arab pun ada banyak pemeluk Kristen, misalnya.

Pada faktanya, negara dengan jumlah Muslimin terbanyak justru bukan negeri mana pun di Timur Tengah, melainkan Indonesia sebuah republik di Asia Tenggara.

"Islam adalah agama yang mengatasi golongan etnis, kebangsaan, ras, atau warna kulit. Selama dua tahun di sana (EDL), aku hanya menerima dan menerima apa kata orang. Aku belum sampai pada kesadaran, sesungguhnya banyak yang tidak kupahami tentang Islam," ucapnya. 

Sampailah ia pada pengujung tahun ketiga sebagai seorang simpatisan gerakan Islamofobia itu. Chris mulai berani untuk mempertanyakan banyak hal tentang ideologi EDL. Pertama-tama, ia hendak menggali, sebenarnya adakah sesuatu sungguh-sungguh berasal dari ajaran Islam yang pantas dibenci oleh dirinya dan manusia pada umumnya?

Benih kesadaran

Chris Skellorn perlahan-lahan menjauh dari berbagai aktivitas EDL. Sebaliknya, ia kian aktif menjelajah internet guna menemukan sumbersumber pengetahuan tentang Islam.

Tidak puas dengan itu, penggemar olah raga sepak bola itu juga menyambangi beberapa toko buku di Leeds. Tujuannya adalah mendapatkan buku-buku tentang ajaran agama tauhid ini, termasuk mushaf Alquran plus terjemahan dan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW

Pada 2013 terjadi perpecahan di tataran pimpinan EDL. Salah seorang tokohnya, Tommy Robinson, memutuskan untuk keluar. Keputusan itu dipengaruhi kedekatannya dengan kelompok pemikir Muslim yang moderat, yakni The Quilliam. Think tank itu berdiri pada 2008. Beberapa inisiatornya adalah kalangan akademisi, seperti Ed Husain dan Maajid Nawaz.

Namanya merujuk pada sosok Abdullah Quilliam (1856-1932), seorang mualaf yang mendirikan masjid pertama di Inggris. Tokoh asal Liverpool itu lahir dengan nama lengkap Willian Henry Quilliam. Putra seorang bangsawan lokal itu menjadi Muslim usai mengunjungi Maroko pada 1887.

Hingga 2010, Chris memang tertarik untuk mempelajari Islam secara mandiri. Namun, dirinya masih mengidap kecanduan akan narkoba dan miras. Hal itu cenderung menghalanginya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Bahkan, mulai 2015 dirinya sempat terperosok lagi pada paham Islamofobia. Pada 7 Januari di Paris, Prancis, terjadi penembakan terhadap sejumlah editor Charlie Hebdo. Kejadian itu dilatari kegusaran terhadap karikatur Nabi Muhammad SAW yang dibuat media massa satir tersebut.

Siapa sangka, hidayah Allah menerangi hatinya dengan jalan berbeda. Pada suatu malam, Chris menemukan sebuah video di Youtube mengenai status Yesus (Nabi Isa). Tayangan itu menegaskan bahwa Nabi Isa adalah seorang utusan Tuhan, bukan anak Tuhan".

 

Chris senang menyaksikan video itu karena sejak kecil dirinya pun dididik dengan pemahaman demikian. Semula, ia mengira tayangan itu dibuat oleh sebuah denominasi Nasrani. Keesokan harinya, dirinya bekerja seperti biasa dan pulang larut malam.

Chris pun memanggil taksi. Dalam perjalanan pulang, ia pun menuturkan video yang ditontonnya kemarin. Ternyata, sopir kendaraan ini adalah seorang Muslim. Menanggapi cerita Chris, pengemudi itu menyatakan bahwa Islam mengajarkan, Nabi Isa adalah utusan Allah. Dan, Tuhan tidak beranak, tidak pula diperanakkan. "Begitu tahu dia (sopir taksi) adalah orang Islam, langsung aku katakan, 'Kamu Muslim, kamu teroris!' Tidak disangka, dia tersenyum saja mendengar perkataanku," kenang Chris.

Sampai di depan rumahnya, Chris pun turun dari taksi. Sambil menerima bayaran, sopir tersebut dengan tenang berkata kepadanya, Coba Anda tonton hingga tuntas video itu.  Beberapa hari berlalu. Karena kejadian di taksi itu, Chris berupaya untuk tidak lagi menonton video tersebut.

Namun, hatinya justru merasa terpanggil untuk menyimak hingga tuntas tayangan di Youtube itu. Seolah-olah hatiku berkata, aku harus mencari tahu kebenaran, ujarnya.

Masuk Islam

Beberapa pekan lamanya, Chris Skellorn meng ikuti kajian yang diadakan saluran Youtube itu. Ia pun makin yakin akan kebenaran risalah Islam.

Agama ini mengajarkan, Nabi Isa adalah salah satu dari sekian banyak orang mulia yang menjadi utusan Allah SWT di sepanjang sejarah. Rasulullah Muhammad SAW adalah nabi terakhir. Risalah yang dibawa beliau berlaku hingga akhir zaman kepada seluruh umat manusia.

Inilah yang menjelaskan, Islam mengatasi segala identitas suku, bangsa, dan warna kulit. Akhirnya, Chris condong pada keyakinan agama ini.

Suatu hari, ia merekam dirinya sendiri yang sedang berlatih melafalkan dua kalimat syahadat dalam bahasa Arab. Ternyata, video itu kemudian disebarluaskan oleh seorang kawannya yang aktivis EDL ke khalayak luas.

Awalnya, Chris merasa malu untuk mengakui nya. Bahkan, ia beberapa kali menyatakan bahwa video itu hanya editan. Di berbagai platform medsos, ia menulis, "Saya bukan Muslim!"

Akan tetapi, lama kelamaan ia makin sering merenung. Sejak serius mempelajari Islam, dirinya tanpa disadari mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk, semisal mabukmabukan atau mengonsumsi narkoba. Dengan penuh kesadaran, ia pun membulatkan tekad untuk menjadi Muslim.

Chris lalu memulai kontak dengan komunitas pemuda Masjid Raya Leeds. Mereka antusias sekali begitu mendengar ada yang hendak masuk Islam.

Tidak lama kemudian, mantan aktivis Islamofobia ini mengucapkan, "Asyhaduan Laa Ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah."

 

sumber : Pusat Data Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler