Grand Syekh Al Azhar: Jangan Kafirkan Orang yang Sholat Menghadap Kiblat

Grand Syekh berpesan, bahwa mengkafirkan sesama umat beragama bukan ajaran Islam.

republika
Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas sore ini, Senin (8/7/2024), menyambut kedatangan Grand Syekh Al Azhar, Imam Akbar Ahmed Al Tayeb
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saat memberi orasi ilmiah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (9/7/2024), Grand Syekh Universitas Al Azhar as-Syarif Mesir Ahmad Muhammad Ahmed Al Tayeb menyatakan bahwa mengkafirkan sesama umat beragama bukan ajaran Islam. 

Baca Juga


“Kita perlu memberi perhatian fenomena dalam umat Islam yaitu berani mengafirkan, menafsirkan, dan mengeluarkan dari Islam, juga membunuh orang tanpa hak. Yang dipelajari di Al Azhar, kita tidak boleh mengkafirkan orang yang shalat menghadap kiblat dan terus mendoakan yang kafir,” ujar Syekh Ahmed Al Tayeb.

Ia menjelaskan dalam Islam Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT), Tuhan yang maha Esa, menjamin bahwa manusia telah diciptakan beragam.“Maka Allah SWT juga menjamin keberagaman dari segi akidah, jadi tidak ada paksaan dari agama, dan Allah SWT mengancam tidak boleh memaksa, sudah ada dalilnya, karena berdasarkan firman Allah SWT, Ia menjadikan kaum untuk beragama sesuai keyakinan masing-masing,” ucapnya.

Syekh Ahmed Al Tayeb juga menegaskan Nabi Muhammad SAW telah berkata secara lugas kepada seluruh umat Muslim agar tidak memaksakan orang lain untuk masuk Islam.“Nabi SAW berkata secara lugas, siapapun yang memiliki agama, baik itu Yahudi, Nasrani, atau agama lainnya, tidak boleh dipaksa untuk masuk ke agama Islam. Islam menjamin keberagaman, agama ini memang didesain untuk menghargai agama yang lain, menjamin kebebasan yang lain,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, secara fikih atau ilmu tentang hukum Islam, umat Islam juga diberi tugas untuk menjamin keamanan rumah ibadah seluruh umat beragama.

“Allah SWT juga menjamin umatnya untuk memiliki rasa cinta satu sama lain, yang telah dipelajari di Al Azhar itu, tidak boleh mengkafirkan orang yang shalat hadap kiblat, dan tidak boleh ada yang mengeluarkan seseorang dari status Islam. Apabila mengingkari semua itu, atau tiada Tuhan selain Allah SWT, baru namanya kafir, kalau di luar itu tidak boleh mengkafirkan,” tuturnya.

Sementara itu Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Asep Saepudin Jahar mengatakan UIN Jakarta memiliki hubungan yang erat dengan Al Azhar as-Syarif, yang ditandai dengan berdirinya Fakultas Dirasat Islamiyah, dimana di fakultas tersebut menggunakan kurikulum yang digunakan oleh Al Azhar as-Syarif.“Hampir seluruh dosen adalah alumni Al Azhar,” kata Asep.

Menurut dia, hubungan erat tersebut yang menguatkan nilai moderasi di UIN Jakarta sehingga menjadi salah satu pusat ajaran Islam yang moderat di Indonesia.“Sebagaimana Al-Azhar menjadi pusat ajaran Islam yang moderat di dunia,”ujar dia.

Asep juga berharap UIN Jakarta dapat terus belajar dari Al Azhar untuk dapat mengembangkan ajaran Islam yang benar yang menjadi rahmat serta kasih sayang bagi alam semesta.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler