Di Tengah Genosida, Negara Muslim Ini Beli Satelit Senilai Rp 16 Triliun dari Israel
Kontrak tersebut melibatkan penyediaan satelit mata-mata Ofek 13
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pembantaian di Jalur Gaza, Palestina, Pemerintah Maroko berencana untuk membeli sebuah satelit mata-mata dari Israel Aerospace Industries (IAI) senilai 1 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 16 triliun menurut laporan media Maroko pada Rabu (17/7/2024).
IAI, yang dimiliki oleh pemerintah Israel dan dikenal sebagai produsen beberapa drone dan sistem pertahanan rudal tercanggih milik penjajah Israel, pada Selasa mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak senilai 1 miliar dolar AS untuk memasok salah satu sistemnya kepada pihak ketiga yang tidak disebutkan.
Informasi ini diungkapkan dalam sebuah pengajuan peraturan di Tel Aviv, yang juga menyatakan bahwa kontrak tersebut akan dilaksanakan selama lima tahun, lapor Al-Mayadeen.
Situs berita Maroko, Le Desk dan Le 360, yang mengutip sumber-sumber Israel di Rabat, mengungkapkan bahwa kontrak tersebut melibatkan penyediaan satelit mata-mata Ofek 13. Satelit ini akan menggantikan dua satelit yang sudah ada dari Airbus dan Thales, sehingga meningkatkan kemampuan pengawasan Maroko.
Akuisisi ini mengikuti pakta keamanan yang disepakati oleh penjajah Israel dan Maroko pada tahun 2021 setelah perjanjian normalisasi antara kedua belah pihak, yang mencakup pembagian intelijen, serta kerja sama dalam industri dan pengadaan militer.
Terlepas dari perjanjian normalisasi yang ditandatangani pada tahun 2020, hubungan antara kedua belah pihak tidak bisa disebut hubungan terbaik, terutama karena tidak populernya pendudukan Israel di masyarakat Maroko. Terlebih, Maroko yang memiliki penduduk sekitar 35,6 juta orang memiliki populasi umat Islam yang mencapai 99 persen.
Selanjutnya...
Selain itu, normalisasi antara pendudukan Israel dan Maroko telah mengalami pukulan berat sehubungan dengan genosida yang sedang berlangsung di Gaza. Sebagian besar alasannya karena Israel semakin tidak disukai oleh masyarakat Arab, Institut Studi Keamanan Nasional Israel (INSS) mengungkapkan, mengutip survei yang dilakukan oleh Arab Barometer.
Survei opini publik tersebut menyoroti penurunan tajam dukungan populer untuk normalisasi antara pendudukan Israel dan negara-negara Arab, termasuk Maroko. Dukungan telah menurun drastis dari 31% pada tahun 2022 menjadi hanya 13%, yang dilaporkan disebabkan oleh perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Menurut survei tersebut, warga Maroko biasanya menggambarkan peristiwa di Gaza sebagai pembantaian (26%), perang (24%), genosida (14%), atau pembunuhan massal (14%). Sejak Oktober, hampir setiap pekan protes diselenggarakan di Maroko untuk mendukung warga Palestina, yang sering kali menyerukan pemutusan hubungan Israel-Maroko.
Tren ini memperparah ketegangan antara kebijakan resmi Maroko untuk mempertahankan hubungan dengan pendudukan Israel, meskipun secara diam-diam, dan oposisi populer dan politik yang terus meningkat.
Sementara itu, aspek-aspek kunci dari hubungan Israel-Maroko tetap tidak terpengaruh oleh perang di Gaza, seperti perdagangan bilateral dan hubungan keamanan, area-area penting lainnya telah terpengaruh secara signifikan, termasuk hubungan diplomatik publik, kunjungan-kunjungan resmi, dan pariwisata.