Hamas yang tak Terkalahkan, Kemampuan Melawan, dan Pengakuan Israel
Israel mengakui Hamas masih bisa melakukan perlawanan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Hamas masih mampu mengebom Tel Aviv dan Yerusalem, militer Israel memperingatkan kemarin, menambahkan bahwa mereka telah membunuh dan menangkap sekitar 14 ribu anggota kelompok perlawanan tersebut sejak Oktober, demikian laporan Anadolu.
“Hamas mempertahankan kemampuan untuk menyerang pasukan di Gaza dan meluncurkan roket-roket ke Israel, termasuk serangan jarak jauh ke Tel Aviv atau Yerusalem,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs webnya, dikuti dari Middle East Monitor.
Menurut militer, sekitar 14 ribu anggota Hamas telah terbunuh dan ditangkap sejak 7 Oktober 2023.
Tentara mengatakan bahwa mereka telah menyerang sekitar 37.000 target di Gaza dari udara, dan lebih dari 25 ribu situs infrastruktur dan lokasi peluncuran roket.
Tentara Israel memperkirakan, menurut pernyataan yang sama, bahwa Hamas “masih memiliki rudal jarak jauh untuk mengebom Tel Aviv dan Yerusalem, dan lebih dari separuh anggotanya masih hidup, dan tentara belum bertindak terhadap tiga brigade mereka.”
Menurut data militer Israel, setidaknya 680 tentara telah terbunuh sejak bulan Oktober. Sementara sekitar 9.400 tentara yang terluka telah dirawat di pusat-pusat rehabilitasi pada saat itu, 36 persen di antaranya menderita gangguan psikologis.
Sebelumnya Majalah Foreign Affairs...
Majalah Foreign Affairs mengeluarkan laporan cukup mengejutkan. Melalui artikel bertajuk Hamas Is Winning Why Israel’s Failing Strategy Makes Its Enemy Stronger yang dilansir Jumat (21/6/2024), Foreign Affairs menyebut Hamas lebih kuat hari ini dibandingkan dengan 7 Oktober.
Perjuangannya lebih populer dan daya tariknya lebih kuat daripada sebelum 7 Oktober.
Majalah itu menulis dalam sebuah laporan: "Setelah sembilan bulan perang yang melelahkan, sekarang saatnya untuk mengakui kenyataan pahit: tidak ada solusi militer semata untuk mengalahkan Hamas," dan menambahkan bahwa "Hamas tidak dikalahkan atau berada di ambang kekalahan."
Ia juga mencatat: "Israel telah menginvasi Gaza utara dan selatan dengan sekitar 40 ribu tentara tempur, secara paksa mengungsikan 80 persen penduduk, membunuh lebih dari 37 ribu orang, menjatuhkan sedikitnya 70 ribu ton bom di wilayah tersebut (melebihi berat gabungan bom yang dijatuhkan di London, Dresden, dan Hamburg selama Perang Dunia II), menghancurkan atau merusak lebih dari separuh bangunan di Gaza, serta membatasi akses wilayah tersebut terhadap air, makanan, dan listrik, sehingga membuat seluruh penduduk berada di ambang kelaparan."
Menurut majalah tersebut: "Meskipun banyak pengamat telah menyoroti amoralitas perilaku Israel, para pemimpin Israel secara konsisten menyatakan bahwa tujuan mengalahkan Hamas dan melemahkan kemampuannya untuk melancarkan serangan baru terhadap warga sipil Israel harus didahulukan daripada keprihatinan tentang kehidupan warga Palestina. Hukuman terhadap penduduk Gaza harus diterima sebagai hal yang diperlukan untuk menghancurkan kekuatan Hamas."
Namun, Foreign Affairs menyatakan: "Kelemahan utama dalam strategi Israel bukanlah kegagalan taktik atau pengenaan batasan-batasan terhadap kekuatan militer, sama seperti kegagalan strategi militer Amerika Serikat di Vietnam yang tidak ada hubungannya dengan kecakapan teknis pasukannya atau batasan-batasan politis dan moral dalam penggunaan kekuatan militer. Sebaliknya, kegagalan yang paling utama adalah kesalahpahaman yang besar terhadap sumber-sumber kekuatan Hamas. Yang sangat merugikan, Israel telah gagal menyadari bahwa pembantaian dan kehancuran yang dilancarkannya di Gaza hanya membuat musuhnya menjadi lebih kuat."
"Meskipun mengalami kekalahan, Hamas secara de facto masih menguasai sebagian besar wilayah Gaza, termasuk daerah-daerah di mana warga sipil kini terkonsentrasi," tambahnya.
Menurut penilaian Israel baru-baru ini, Hamas sekarang memiliki lebih banyak pejuang di wilayah utara Gaza, yang direbut IDF pada musim gugur dengan mengorbankan ratusan tentara, dibandingkan dengan yang ada di Rafah di selatan.
Laporan itu juga...
Laporan itu juga menunjukkan bahwa Hamas: "Masih dapat melakukan serangan di Israel; Hamas kemungkinan memiliki sekitar 15 ribu pejuang yang dimobilisasi-kurang lebih sepuluh kali lipat dari jumlah pejuang yang melakukan serangan 7 Oktober. Selain itu, lebih dari 80 persen jaringan terowongan bawah tanah kelompok ini masih dapat digunakan untuk merencanakan, menyimpan senjata, dan menghindari pengawasan, penangkapan, dan serangan Israel. Sebagian besar pimpinan tertinggi Hamas di Gaza masih utuh."
Majalah tersebut menjelaskan pengeboman dan invasi darat Israel ke Jalur Gaza tidak menyebabkan penurunan dukungan rakyat Palestina, dan: "Dukungan terhadap serangan bersenjata terhadap warga sipil Israel tampaknya telah meningkat terutama di kalangan warga Palestina di Tepi Barat, yang kini setara dengan tingkat dukungan yang tinggi secara konsisten terhadap serangan-serangan ini di Gaza, yang menunjukkan bahwa Hamas telah memperoleh keuntungan yang luas di seluruh masyarakat Palestina sejak tanggal 7 Oktober."
Seorang pejabat Amerika Serkat mengatakan kepada perusahaan penyiaran televisi CBS bahwa Israel belum mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas, mengingat kurangnya rencana Israel untuk hari setelah perang di Gaza.
"Usaha menghancurkan Hamas, membuat Hamas lenyap - itu hanya melemparkan pasir ke mata publik," kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari.
Dia menambahkan bahwa kelompok tersebut akan tetap menguasai Jalur Gaza kecuali Israel mengembangkan sesuatu yang lain untuk menggantikannya.