Gunung Gede dan Pangrango Membeku, ini Pekerjaan yang Lebih Berat dari Memindahkan Gunung

Gunung Gede dan Pangrango merupakan tanda kebesaran Allah.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan keluar dari Gerbang Tol Cilandak Utama dengan latar belakang Gunung Gede Pangrango di Jakarta.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari terakhir kita dihebohkan dengan fenomena Gunung Gede dan Pangrango mengalami penurunan suhu yang mengakibatkan salju turun di sana. Para pendaki yang berada di sana mengalami bagaimana suasana di pagi hari dingin yang luar biasa dan terlihat fenomena es berada di sekitar tenda tempat mereka bermalam.

Baca Juga


Fenomena semacam ini menunjukkan para pendaki dua gunung tersebut harus mempersiapkan perbekalan yang ekstra. Bukan sekadar memenuhi kebutuhan makan dan minum, tapi juga pakaian tebal yang dapat melindungi diri dari hawa dingin yang menusuk tulang.

BACA JUGA: Adidas Coret Bella Hadid dari Iklan Sepatu Usai Dikritik Israel, Netizen Serukan Boikot

Suhu dingin ekstrem dapat menyebabkan hipotermia yang dapat mengganggu detak jantung dan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran hingga akhirnya kehilangan nyawa.

Proses mendaki gunung yang di puncaknya terdapat suhu ekstrem pastilah penuh dengan tantangan, meskipun hal itu akan mengasyikkan jika dipersiapkan dengan matang. Kemudian mereka yang berhasil menggapai puncak akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Namun terlepas dari proses itu semua terdapat suatu pekerjaan yang sungguh luar biasa berat. Saking beratnya, seorang sahabat Nabi Muhammad yang bernama Zaid bin Tsabit melukiskan bahwa pekerjaan ini sungguh lebih berat dari memindahkan gunung.

Zaid sendiri tentu belum pernah memindahkan gunung dan pastinya dia tidak mampu melakukan itu. Tapi ini ada yang lebih berat dari memindahkan gunung. Perkataan dia selengkapnya adalah sebagai berikut:

وَاللَّهِ لَوْ كَلَّفُونِي نَقْلَ جَبَلٍ مِنْ الْجِبَالِ مَا كَانَ أَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا أَمَرَنِي بِهِ مِنْ جَمْعِ الْقُرْآنِ

Demi Allah, kalau saya diberi tugas untuk memindahkan sebuah dari banyak gunung sungguh ini tidak lebih berat bagiku dari apa yang diperintahkan kepada saya untuk menulis dan mengumpulkan ayat-ayat Alquran.

Pekerjaan yang lebih berat dari memindahkan gunung adalah menuliskan dan mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang berserakan di sisa-sisa kepala para penghafalnya.

Apa maksudnya?

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Setelah Nabi Muhammad wafat, khususnya di masa sahabat ketika menggantikan posisi Nabi Muhammad sebagai khalifah, telah terjadi sejumlah peperangan untuk melawan mereka yang mengaku sebagai nabi dan juga pemberontak.

Salah satu peperangan itu adalah Yamamah. Perang ini terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar. Perang ini terjadi untuk melawan Musailamah Al Kadzdzab, seorang dari Yamamah yang mengaku sebagai Nabi. Meski mendapat kemenangan, seribu dua ratus kaum Muslim gugur. Banyak di antara mereka adalah para sahabat senior dan penghafal Alquran.

Mengetahui hal tersebut, sahabat Abu Bakar dan Umar menginisiasi pengumpulan dan penulisan ayat Alquran agar kitab suci tersebut tidak hilang. Muslim dan siapapun yang ingin mengkajinya dapat dengan mudah membaca ayat-ayat suci yang merupakan firman Allah tersebut.

Maka pada masa itu dimulailah pengumpulan dan penulisan Alquran. Kedua sahabat nabi tersebut memberikan amanah proses tersebut kepada Zaid bin Tsabit, sahabat yang dinilai amanah.

Dalam perjalanannya, proses penulisan dan pengumpulan Alquran sungguh tidak mudah. Dari satu penghafal, ke penghafal lainnya, Zaid datang dan mencatatkan ayat-ayat Alquran. Proses tersebut terus dijalankan dan baru selesai di masa kepemimpinan Utsman bin Affan.

Di masa itu, sahabat bersepakat untuk menetapkan standar mushaf Alquran, yaitu Mushaf Utsmani sebagai Alquran yang dibaca dan dinikmati Muslim hingga detik ini.

Para penghafal Alquran masa kini menjaga kesucian Alquran berdasarkan mushaf Utsmani tersebut, hasil jerih payah Zaid bin Tsabit, yaitu pekerjaan yang lebih berat dari memindahkan gunung.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Hasil kerja keras Zaid bin Tsabit itu merupakan refleksi dari janji Allah untuk menjaga Alquran Surah al Hijr ayat 9

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

innā naḥnu nazzalnaż-żikra wa innā lahụ laḥāfiẓụn

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Pakar Tafsir Alquran Abdurrahman as-Sa'di menjelaskan maksud ayat tersebut dalam kitabnya

Jika mereka jujur (dalam omongannya) cukuplah keberadaan Alquran sebagai tanda bukti kebenarannya bagi mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman di sini, ”sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al qur’an” yakni al qur’an yang memuat peringatan bagi segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan permasalahan dan petunjuk petunjuk yang jelas.

Dalam Alquran ini terdapat peringatan bagi orang yang menginginkan peringatan. ”dan sesungguhnya Kami benar benar melihatnya” yaitu pada waktu diturunkan dan pasca diturunkannya. Dalam masa diturunkannya, kami menjaganya dari pencurian dengar yang dilakukan setan yang terkutuk. pasca diturunkannya, Kami memeliharanya dengan meletakannya di kalbu rasulNya dan menempatkannya di hati hati umatnya. Dia memelihara lafazh lafazhnya dari pengubahan, penambahan atau pengurangan, dan memelihara makna maknanya dari perbahan.

Sehingga tidak ada orang yang berkeinginan menyelewengkan maknanya, melainkan Allah pasti mengerahkan orang orang yang akan memaparkan kebenaran yang hakiki. Ini adalah termasuk tanda kebesaran Allah dan anugerah kenikmatan yang paling agung bagi para hambaNya yang beriman. Orang yang menjaganya, niscaya Allah akan memelihara keluarganya dari musuh musuh mereka, dan tidak akan menguasakan musuh yang membinasakan mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler