Dua Pengurus Fatayat NU yang Bertemu Presiden Israel Mengundurkan Diri
Fatayat NU tegaskan dukungannya untuk Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dua aktivis perempuan Nahdlatul Ulama (NU) yang turut bertemu Presiden Israel beberapa waktu lalu, Nurul Bahrul Ulum dan Izza Annafisah Dania resmi mengundurkan diri sebagai pengurus Fatayat NU.
Keduanya mundur setelah membuat kegaduhan atas kunjungannya ke Israel bersama tiga aktivis NU lainnya. "Kedua yang bersangkutan sudah mengundurkan diri dari kepengurusan PP Fatayat NU," ujar Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maemunah saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (23/7/2024).
Menurut dia, Nurul telah resmi mundur dari pengurus Fatayat NU pada Sabtu (20/7/2020) kemarin. Sehari setelahnya, Izza pun turut mengundurkan dari sebagai pengurus Fatayat NU.
"Nurul sudah menyampaikan surat pengunduran diri terhitung sejak Sabtu kemarin. Dan Izza menyampaikan surat pengunduran dirinya sejak Ahad kemarin," ucap Margaret.
Sebelumnya, Margaret sempat menyatakan akan memberikan sanksi kepada dua pengurus PP Fatayat NU yang bertemu Presiden Israel tersebut. Namun, Margaret mengumumkan bahwa keduanya telah mengundurkan diri. "Iya pastinya (akan diberikan sanksi)," ujar Margaret saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (17/7/2024).
Menurut Margaret, keikutsertaan mereka dalam program di Israel yang kemudian berkesempatan bertemu dengan Presiden Israel tersebut adalah murni kegiatan personal.
"Secara Kelembagaan, PP Fatayat NU tidak pernah tahu-menahu dengan kegiatan tersebut karena PP Fatayat NU tidak pernah mendapatkan undangan kegiatan tersebut," ucap Margaret.
Selain mengundurkan diri dari Fatayat NU, Nurul juga telah menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Indonesia melalui sebuah video yang diunggah akun Facebooknya, Nurul Bahrul Ulum pada Ahad (21/7/2024) kemarin.
"Melalui media ini saya menyampaikan permohonan maaf yang tulus dan juga mendalam. Pertama, saya mohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang terluka akibat perbuatan saya. Terutama mereka yang selama ini berjuang dengan berbagai cara untuk membela Palestina agar terbebas dari tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Zionis," kata Nurul.
Sebelumnya foto..
Sebelumnya, foto lima aktivis atau intelektual nuda NU bersama Presiden Israel, Isaac Herzog viral di media sosial. Kelima orang tersebut berasal dari sejumlah lembaga di bawah naungan PBNU, seperti Fatayat NU, Pengurus Pusat (PP) Pagar Nusa NU, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten.
Mereka adalah Sukron Makmun, Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Dua nama terakhir merupakan pengurus Fatayat NU.
Foto mereka bersama Presiden Israel tersebut diunggah oleh Zainul Maarif melalui akun facebooknya @zenmaarif pada 8 Juli 2024 lalu. Meskipun foto tersebut telah dihapus, tapi ada nitizen yang sempat melakukan tangkap layar. Dalam foto itu, Zainul Maarif memberikan keterangan sebagai berikut:
"BERBINCANG LANGSUNG DENGAN PRESIDEN ISRAEL
Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan. Terkait konflik antara Hamas-lsrael, dan relasi Indonesia-lsrael, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di istana Sang Presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua."
Zainul Maarif dan Sukron Makmun telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada publik, atas peristiwa tersebut.
Sementara itu....
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan pertemuan lima orang warga NU (nahdliyin) dengan Presiden Israel Isaac Herzog tidak mewakili PBNU sebagai organisasi.
"Kami sudah mendapatkan konfirmasi dengan lembaga-lembaga terkait di bawah PBNU bahwa lembaga-lembaga yang personelnya berangkat itu sama sekali tidak tahu menahu, tidak ada mandat kelembagaan. Sehingga yang dilakukan oleh anak-anak tempo hari itu adalah tanggung jawab pribadi dan tidak terkait dengan lembaga," tegas Yahya Cholil Staquf dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/7/2024).
Gus Yahya, sapaan akrabnya, menekankan berbagai kebijakan yang sifatnya hubungan kerja sama dengan lembaga lain baik dalam lingkup nasional maupun internasional harus melalui PBNU pusat.
Ia menambahkan ketetapan tersebut merupakan ketetapan yang sudah lama diterapkan, bahkan sejak periode kepengurusan sebelumnya.
"Bahkan, kalau ada pengurus daerah yang mengundang pejabat nasional harus lewat PBNU. Maka semua yang tidak lewat kelembagaan, organisasi tidak akan mengambil tanggung jawab," ujarnya.
Secara prinsip, kata Gus Yahya, PBNU telah menyerukan kepada seluruh warga dan kadernya bahwa pihaknya tidak akan mengadakan kerja sama apapun yang tidak bertujuan untuk membantu rakyat Palestina.