Ditanya Soal Nasab Ba Alawi Muara Habib Indonesia, Begini Jawaban Mantan Mufti Mesir

Polemik keabsahan nasab Ba Alawi masih menghangat di media sosial

Ahram Online
Syekh Ali Jumah menegaskan keabsahan nasab Ba Alawi
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Beredar secara viral, saat mantan Mufti Agung Mesir, Syekh Ali Jum’ah, ditanya perihal keabsahan nasab Baalawi yang menjadi muara nasab para habib di Indonesia. Apa jawabannya?

Baca Juga


Syekh Ali Jum’ah mengatakan, “Sah dengan ijma (konsensus) para ulama. Jika ada satu orang fasiq muncul lalu mempertanyakan nasab yang mulia ini, terserah saja itu urusan dia dengan Tuhannya dan dia bebas dengan pendapatnya. Tapi Ba Alawi sah nasabnya, menurut kita sesuai dengan ijma ulama. Kami belum menemukan ada yang meragukan nasab Ba Alawi sepanjang sejarah. Kalau dikatakan kakek moyang mereka tidak ditemukan di kitab fulan, atau kakek mereka tidak ditemukan di kitab fulan yang lain, kami katakan urus saja hidupmu. Dan teruslah duduk dengan selalu merasa ragu. Hasbunallah wa ni’mal wakil. Maka ucapan seperti ini yang meragukan nasab yang sudah jelas, suatu kebodohan. Dan hanya Allah yang lebih mengetahui.”

Pendapat Syekh Ali Jum’ah ini sejalan dengan apa yang disampaikan Imam an-Nabhani dalam kitab Riyadh al Jannah. Dia menyebutkan sebagai berikut:

«إن سادتنا آل باعلوي، قد أجمعت الأمة المحمدية في سائر الأعصار و الأقطارِ، على أنهم من أصح أهل بيتِ النبوة نسباً، وأثبتهم حسباً، و أكثرهم علماً و عملاً و فضلاً و أدباً. وهم كلهم من أهل السنة والجماعة، على مذهب إمامنا الشافعي رضي الله عنه

“Sesungguhnya para sadat kita Ba Alawi telah berijma umat Nabi Muhammad SAW di seluruh masa dan daerah bahwa sesungguhnya mereka termasuk dari paling sahihnya nasab ahli bait Nabi, dan paling tetap pangkatnya, dan paling banyak ilmu, amal, keutamaan, dan akhlaknya. Dan mereka semuanya dari Ahlussunnah Wal Jamaah Mazhab Imam Sayfi’i.”

Pro kontra nasab Ba Alawi yang menjadi muara nasab para Habaib di Indonesia kembali menjadi perbincangan di jagad maya.

Teranyar, perseteruan menguat antara legenda dangdut Indonesia, H Rhoma Irama, dengan Habib Bahar bin Smith.

Sang Raja Dangdut itu, Rhoma akhirnya bersuara dengan meragukan garis keturunan itu. Dia juga tidak sependapat jika Wali Songo yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah dari kelompok habaib yang asalnya dari Yaman.

"Saya harus mengatakan ini, yang direkomendasikan mayoritas bangsa-bangsa di dunia seperti itu kan. Kemudian saya katakan tadi dalam konteks nasionalisme ini pun ada satu kekhawatiran khususnya yang muncul dari kelompok zuriah Wali Songo," kata Rhoma dalam siniar dengan KH Anas Kurdi dikutip Republika.co.id di Jakarta, Kamis (20/6/2024).

"Mereka mengeklaim bahwa Wali Songo itu adalah Ba'alawi, semua habib. Kkonon mereka dibikin kuburan-kuburan palsu yang telah diketahui dan dibongkar. Informasi yang telah kita lihat di media-media sosial. Klaim-klaim ini dibantah keras oleh kelompok Wali Songo bahwa mereka bukan keturunan dari Yaman, bukan dari Arab Yaman," ucap Rhoma menegaskan.

Rhoma menyampaikan, keluarga Wali Songo pun sudah membantah jika mereka bagian dari kelompok Ba'alawi. Mantan ketua umum DPP Partai Idaman tersebut juga menyentil sosialisasi secara masif yang dilakukan habaib juga keliru.

Dia menggugat anggapan jika tanpa ada habiab, Indonesia tidak merdeka pada 1945. Pun dia tidak percaya, Pangeran Diponegoro merupakan kalangan habaib.

"Wali Songo habaib dan bendera merah putih itu dari habaib, kemudian Garuda dari habaib. Ini artinya ada satu klaim yang jelas mereka mengkooptasi ini. Kalau itu sejarah adalah benar seperti itu, why not? Kalau memang sejarah benar seperti itu adanya kenapa tidak? Kita harus mengakui fakta, tapi ketika itu hanya klaim-klaim yang tidak berdasar, ini astaghfirullahaadzim," ujar Rhoma tidak percaya sumbangsih habaib itu.

Menurut Rhoma, berbagai klaim yang dilakukan kelompok habaib itu akhirnya menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam. Dia pun curiga, keturunan Ba'alawi di Indonesia tidak sekadar ingin mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad, tapi juga mau mengkooptasi bangsa Indonesia.

Hal itu karena ia mendapatkan informasi, ada habib yang mengeklai, kemerdekaan Indonesia berasal dari kaumnya.

"Seolah manafikan pejuang sesungguhnya, manafikan para wali Allah yang Wali Songo mengislamkan Indonesia jauh sebelum mereka datang ke Indonesia. Ini yang sebenarnya perlu diluruskan sehingga tidak ada lagi keresahan di kalangan umat dan bangsa. Sekali lagi saya berbicara dengan hati yang bersih tanpa kebencian," ucap Rhoma.

Karena itu, Rhoma setuju perlu diadakan tes DNA kepada kelompok Ba'awali untuk membuktikan mereka benar-benar keturunan Nabi Muhammad. Sayangnya, sekelompok habaib menolak ide tes itu sehingga ia malah curiga dengan mereka.

"Ketika tes DNA mereka menolak, bahkan mengumumkan tes DNA ini haram. Ini kan lebih nambah lagi kecurigaan umat nih bahwa dia tidak mau tes DNA karena takut ketahuan aslinya. Sementara secara internasional telah terdeteksi bahwa Ba'alawi ini dari beberapa pemeriksaan di kalangan mereka yang dari Yaman dan dari sini telah terkonfirmasi kalau grupnya adalah G. Sementara keturunan nabi adalah haplu grupnya adalah J1," kata Rhoma menjelaskan hasil tes DNA.

Polemik ini menguat berawal dari tesis KH Imaduddin Utsman al-Bantani. Tokoh asal Banten itumenggugat nasab tersebut dalam riset nya yang berjudul “Menakar Kesahihan Nasab Habib di Indonesia; Sebuah Penelitian Ilmiah.” Dalam penelitiannya tersebut, dia menyanggah Kesahihan nasab habaib di Indonesia sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

Dia menulis dalam risetnya tersebut: “Berdasarkan data-data ilmiah yang penulis sebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sangat sukar sekali menurut takaran ilmiah untuk menyebut bahwa Ba Alawi adalah keturunan Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah bin Nabi Besar Muhammad SAW.”

Riset ini pun menuai pro kontra...

Riset ini pun menuai pro kontra di media sosial bahkan sampai di akar rumput, hingga jajaran elite Pengurus Besar Nahdlatul harus angkat bicara.

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar turut angkat bicara menyoal polemik nasab habib di Indonesia. Menurut Kiai Miftakhul, isu yang gaduh ini cuma diembuskan segelintir orang. Masalah ini sudah bukan soal dzurriyah Ba'alawi melawan dzurriyah Wali Songo, melainkan arahnya sudah ke jamaah NU.

"Gangguan sudah sudah nyata, bukan dzon lagi, tapi jelas dialamatkan kepada NU dan bertubi-tubi. Hati-hati, itu pola Wahabi," ujar Kiai Miftachul.

Kiai Miftakhul mengingatkan bahwa NU memuliakan orang bukan karena nasab atau garis keturunan, suku dan etnis, tetapi keilmuan, kebaikan dan ketakwaan seseorang.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya dalam channel Youtube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama pada Juli 2023, mengatakan bahwa yang namanya catatan kalau dicari tidak mungkin lengkap.

Dalam diskusi dan bantah-bantahan yang terjadi, ada yang berpendapat tidak ada catatan 700 tahun. Ternyata setelah diteliti tidak ada catatan hanya 100 tahun dan seterusnya.

"Tapi yang namanya catatan tidak mungkin lengkap, tidak mungkin bisa betul-betul lengkap dan berurutan, pencatatan itu membutuhkan tradisi tersendiri dan tradisi mencatat di lingkungan Islam itu baru, apalagi di lingkungan Arab," kata Gus Yahya.

Maksud Gus Yahya menjawab penjelasan Kiai Imaduddin bahwa tidak ada catatan yang menjelaskan habib atau Ba’alawi nasabnya sampai ke Nabi Muhammad SAW.

Gus Yahya menjelaskan, meski catatannya tidak ada, tapi riwayat secara lisan atau oral dari mulut ke mulut itu ada. Kalau merujuknya hanya ke catatan, nanti nasabnya Nabi Muhammad SAW sampai ke Nabi Ibrahim, sumbernya dari mana, nanti repot.

Kalau nutfah nubuwwah, dijelaskan Gus Yahya, dari laki-laki maupun perempuan martabatnya sama saja. Kalau yang pegang nasab dari laki-laki halus dimuliakan, maka nasab yang turun dari perempuan juga harus dimuliakan.

Gus Yahya mengatakan, sebaiknya husnuzan (berprasangka baik) saja. "Jadi soal nasab, menurut saya yang ribut-ribut itu kurang kerjaan," ujar Gus Yahya.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur menyampaikan bahwa meyakini habib nasabnya tersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi percaya terhadap habib keturunan Nabi Muhammad SAW tentu tidak masalah.

Gus Fahrur mengatakan, kalau Kiai Imaduddin tidak percaya bahwa habib keturunan Nabi Muhammad SAW maka silahkan, tapi jangan mengatasnamakan NU.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler