Ketum PBNU Sampaikan Belasungkawa atas Ismail Haniyeh

Gus Yahya jelaskan belasungkawa untuk Ismail Haniyeh murni atas dasar kemanusiaan.

Republika/Havid Al Vizki
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan bersungkawa atas kematian petinggi gerakan perlawanan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, akibat serangan Israel pada tempat tinggalnya di Teheran, Iran, Rabu (31/7) waktu setempat.

Baca Juga


"Saya atas nama Ketua Umum PBNU menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas tewasnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh," katanya di kantor PBNU berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa ucapan tersebut murni atas dasar nilai kemanusiaan dan terlepas dari kepentingan politik apa pun.

Lebih lanjut, pada kesempatan itu ia menyerukan dukungan untuk Palestina.

"Kami tetap mengakui otoritas Palestina sebagai wakil resmi rakyat Palestina, menyerukan dihentikannya kekerasan, dan menyerukan dukungan kepada rakyat Palestina atas dasar kemanusiaan terlepas dari haluan politik apa pun," jelasnya.

Sebelumnya, berdasarkan Sputnik, gerakan perlawanan Palestina Hamas dalam pernyataan melalui media sosial Telegramnya, Rabu (31/7), mengucapkan bersungkawa atas wafatnya Ismail Haniyeh.

“Pemimpin gerakan meninggal dunia akibat serangan Zionis laknat pada tempat tinggalnya di Teheran setelah mengikuti upacara pelantikan Presiden Iran yang baru,” ucap Hamas.

Sementara itu, berdasarkan Anadolu, Kementerian Luar Negeri Iran mengonfirmasi kematian Ismail Haniyeh dan menyatakan bahwa penyelidikan sedang berlangsung.

Dalam sebuah pernyataan, Rabu (31/7), Juru Bicara Kemlu Iran Nasser Kanani menyampaikan bersungkawa kepada bangsa Palestina atas kematian Haniyeh. Ia menegaskan bahwa penyelidikan menyeluruh atas insiden ini sedang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait di Iran.

"Kematian Saudara Ismail Haniyeh di Teheran akan memperkuat ikatan yang erat dan tak terpatahkan antara Republik Islam Iran dan Palestina serta gerakan perlawanan," kata Kanani.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler