Tegang Tunggu Serangan Balasan Iran, Bursa Saham Israel Anjlok

Indeks TA-35 turun hingga ke titik terendah sejak Februari.

AP Photo/Richard Drew
Bursa Saham (Ilustrasi)
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saham-saham Israel anjlok paling dalam pada Senin (5/8/2024) sejak Oktober 2023 lalu seiring adanya kekhawatiran akan potensi pembalasan dari Iran dan berbagai front perlawanan. Ambrolnya pasar saham Tel Aviv juga diakibatkan dengan kegelisahan pasar global yang lebih luas, menurut laporan Bloomberg.

Baca Juga


Indeks TA-35 turun hingga 3,1% dan turun 2,6% pada pukul 10:24 pagi di Tel Aviv. Turunnya indeks mengikuti penurunan 3,3% pekan lalu, membawa TA-35 ke titik terendah sejak Februari, dilaporkan Al-Mayadeen, Senin.

Dalamnya penurunan saham terjadi saat Israel sedang menunggu pembalasan dari Iran. Sementara, AS telah mengerahkan pasukan tambahan dan mendukung gencatan senjata di Gaza.

Bloomberg juga melaporkan bahwa mata uang shekel Israel melemah selama enam hari berturut-turut. Shekel turun menjadi 3,83 per dolar pada pukul 16:30 di Tel Aviv, terendah sejak November. Demikian pula, saham-saham Israel telah mencapai level terendah sejak April, yang juga dipengaruhi oleh penurunan global di pasar ekuitas.

Selain itu, Reuters melaporkan pada Senin, pasar-pasar saham di Timur Tengah ditutup lebih rendah, dengan indeks Dubai mengalami penurunan paling tajam karena kekhawatiran akan potensi resesi AS dan konflik regional yang meningkat. Indeks Dubai turun 4,5%, penurunan terbesar dalam satu hari sejak Mei 2022, didorong oleh penurunan 7,6% pada saham Emaar Properties. Indeks Abu Dhabi turun 3,4%, dipengaruhi oleh penurunan 7,3% pada saham First Abu Dhabi Bank.

Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus. - (Ariel Schalit/AP Photo)

Kekhawatiran ekonomi AS, termasuk lonjakan tingkat pengangguran dan data penggajian yang lebih lemah, telah meningkatkan spekulasi tentang potensi penurunan suku bunga Federal Reserve. Kekhawatiran-kekhawatiran ini berkontribusi pada volatilitas pasar keuangan.

Indeks acuan Arab Saudi turun 2,1%, mencapai level terendah sejak pertengahan Desember, disebabkan oleh penurunan 6,1% pada saham Al Taiseer Group dan penurunan 5,2% pada saham Saudi National Bank. Meskipun melaporkan laba kuartalan yang lebih tinggi, saham Saudi National Bank mengalami kerugian.

Harga minyak sedikit melemah karena kekhawatiran permintaan global mengimbangi potensi gangguan pasokan dari meningkatnya konflik regional. Di Israel dan AS, persiapan sedang dilakukan untuk menghadapi potensi eskalasi menyusul peristiwa kekerasan baru-baru ini yang melibatkan Iran, Hamas, dan Hizbullah. AS meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah untuk membantu meredakan ketegangan.

Indeks Qatar berakhir datar setelah membalikkan kerugian sebelumnya, sementara indeks blue-chip Mesir turun 2,3%, dengan saham El Sewedy Electric turun 6,4%.

 

 

Ribuan bisnis di Israel gulung tikar..

 

Ribuan bisnis di Israel sebelumnya dilaporkan gulung tikar sejak dimulainya perang di Gaza. Lebih banyak lagi usaha yang diperkirakan akan tutup. Hal tersebut semakin memperburuk krisis ekonomi di entitas Zionis tersebut. Menurut perusahaan Coface Bdi Israel, sejak dimulainya perang Israel di Gaza, 46.000 bisnis telah tutup.

Surat kabar Israel melaporkan, kerusakan pada ekonomi Israel sangat luas di semua lini. Ketika perusahaan tutup, dampaknya akan terasa pada pelanggan, pemasok, dan pihak lain dalam ekosistem mereka."Selain penutupan bisnis, telah terjadi penurunan aktivitas yang signifikan di berbagai sektor sejak pecahnya perang," tulis laporan tersebut dikutip dari Al-Mayadeen, Jumat (12/7/2024).

Bahkan, dalam survei khusus terhadap para manajer, sekitar 56 persen manajer bersaksi bahwa telah terjadi penurunan signifikan dalam cakupan aktivitas mereka sejak dimulainya perang. Sekitar 27 persen industri konstruksi terkena dampak. Sementara, industri jasa sekitar 19 persen dan sektor industri dan pertanian sekitar 17 persen. 

Sektor perdagangan mengalami dampak sekitar 12 persen, sementara teknologi tinggi dan teknologi canggih mengalami penurunan sebesar 11 persen. Meski demikian, sektor makanan dan minuman hanya terkena dampak sekitar 6 persen.

"Kami memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2024, sekitar 60.000 bisnis di Israel diperkirakan akan tutup," tulisnya.

Surat kabar Israel itu juga menyoroti berbagai tantangan yang akan dihadapi, termasuk kekurangan tenaga kerja, penurunan penjualan, biaya bunga dan pembiayaan yang tinggi. Masalah lainnya terkait dengan transportasi dan logistik, kekurangan bahan baku, akses terbatas ke area pertanian di zona pertempuran, tidak adanya pelanggan yang terkena dampak konflik, gangguan rantai pasokan, hingga meningkatnya tantangan pengadaan.

 

Bursa saham di AS...


Ketegangan di timur tengah juga membawa efek domino kepada perekonomian Amerika Serikat. Kondisi ekonomi Amerika tampak pada sejumlah indikator keuangan yang merosot dan meresahkan. Indeks saham Dow Jones, hingga Wall Street memerah membuat sejumlah indeks juga mengalami pelemahan.

Saham-saham anjlok pada Jumat pekan lalu di tengah kekhawatiran ekonomi AS akan terpuruk akibat beban suku bunga tinggi yang dimaksudkan untuk mengendalikan inflasi. Senin pagi, Future S&P 500 turun 1,4 persen dan Dow Jones Industrial Average turun 1,5 persen.

“Sederhananya, lonjakan volatilitas adalah tontonan yang menggarisbawahi betapa gelisahnya pasar saat ini. Pertanyaan sesungguhnya kini muncul: dapatkah pasar secara refleks menjual volatilitas atau membeli ketika pasar melemah mengatasi kecemasan mendalam yang disebabkan oleh ketakutan akan resesi yang tiba-tiba dan tajam ini?” kata Stephen Innes dari SPI Asset Management, dikutip dari AP News, Senin (5/8/2024).

Sebuah laporan yang menunjukkan perekrutan tenaga kerja di AS melambat pada bulan lalu lebih dari yang diperkirakan telah mengguncang pasar keuangan, menghilangkan euforia yang telah membawa Nikkei ke level tertinggi sepanjang masa di atas 42.000 dalam beberapa pekan terakhir.

“Investor akan mengamati data sektor jasa AS dari Institut Manajemen Pasokan AS yang akan dirilis Senin nanti, yang dapat membantu menentukan apakah aksi jual di seluruh dunia merupakan reaksi berlebihan,” kata Yeap Jun Rong dalam sebuah laporan.

Di tempat lain di Asia, Taiex Taiwan mengalami penurunan terbesar, tenggelam 7,4 persen. Pasar kelas berat dan pembuat chip komputer Taiwan Semiconductor Manufacturing Co kehilangan 5,3 persen.

Papan di atas lantai bursa menunjukkan angka penutupan rata-rata industri Dow Jones, di New York Stock Exchange, Jumat, 2 Agustus 2024. - (AP Photo/Richard Drew)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler