Jelang Serangan Iran, Warga Israel Berlatih Ritual Sapi Merah di Depan Masjid Al-Aqsa
Dalam kepercayaan Yahudi ritual Sapi Merah sebagai awal dari dibangunnya Kuil Ketiga.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Satu kelompok religius Israel seperti diberitakan oleh Middle East Eye, Rabu (7/8/2024) berlatih mempraktikkan ritual pengurbanan sapi merah, yang adalah simbol dari dimulainya proses pembangunan kuil Yahudi di lokasi berdirinya Masjid Al-Aqsa saat ini. Merujuk tradisi Yahudi, abu hasil pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam proses pemurnian sebagai syarat dibangunnya kuil di Yerusalem.
Kuil itu, menurut kepercayaan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di perbukitan di Kota Tua Yerusalem yang dikenal dengan Bukit Bait Suci di mana Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock atau Kubah Shakhrah saat ini berdiri. Sebagian orang percaya rangkaian ritual pengurbanan sapi merah dan pembangunan kuil sebagai syarat kedatangan sang penyelamat atau messiah dan hari kiamat.
"Para jemaat kuil saat ini mempraktikkan the Mitzvah (kewajiban religius) dari sapi merah di depan Bukit Bait Suci, yang akan membuat kembalinya proses pemurniaan dan praktik dari semua peribadatan di kuil," ujar jurnalis, Yinon Magal pada Selasa (7/8/2024) lewat unggahan foto bergambar para aktivis dari Institut Kuil.
Selama bertahun-tahun, anggota dari komunitas Kuil Ketiga yang dikomandoi oleh Institut Kuil berbasis di Yerusalem, mencari seekor sapi merah yang sesuai dengan deskripsi Taurat. Sapi merah yang sempurna tidak boleh memiliki cacat sedikitpun, dan tanpa sehelai rambut berwarna putih atau hitam di tubuhnya, hingga akhirnya pada 2022, lima sapi merah tiba di Israel dari Texas dan sekarang dikandangkan di sebuah taman arkeologi di Shilo, dekat wilayah kota Palestina, Nablus.
Pada akhir Maret 2024 lalu, puluhan warga dan Rabi Israel berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo. Mereka berkumpul mendiskusikan ritual kurban sapi merah.
Dalam kepercayaan bangsa Yahudi, sapi merah yang sempurna tidak pernah ada atau terlihat dalam 2.000 tahun terakhir. Tidak pernah ada sejak Kekaisaran Romawi menghancurkan Kuil Kedua yang diyakini pernah berdiri di lokasi Bukit Bait Suci, sekitar tahun 70 setelah Masehi.
Atas dasar itu, beberapa aktivis Yahudi bersama pemeluk Kristen Evangelis di AS, yang meyakini pembangunan Kuil Ketiga akan menjadi syarat kedatangan kedua Yesus (Isa Almasih) dan perang besar (Armageddon), memutuskan untuk mengembangbiakkan sendiri sapi merah. Hingga pada akhir 2022, lima sapi merah yang dinilai menjanjikan dan sesuai kriteria tiba di Israel dari Texas.
Pada Januari 2024, juru bicara saya militer Hamas, Abu Obaida, membuat pidato yang menandai 100 hari serangan 7 Oktober. Dalam pidatonya, ia menarik hubungan langsung antara keputusan Hamas menyerang Israel dan aktivitas importasi sapi merah demi kepentingan pembangunan Kuil Ketiga.
"(Aktivitas itu) menyerang perasaan bangsa Palestina," kata Obaida.
Kini, Timur Tengah di ambang perang besar setelah Iran bersumpah membalas pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran pekan lalu. Iran diperkirakan akan melancarkan serangan langsung ke Israel dalam beberapa hari ke depan.
Menurut Boruch Fishman, salah satu anggota garakan Kuil Ketiga, masih akan ada jeda yang panjang antara ritual pengorbanan sapi merah dan pembangunan Kuil Ketiga. Dia mengidentifikasi 13 masalah yang perlu dipecahkan sebelum pembangunan dimulai, termasuk legalisasi rencana pembangunan dari parlemen Israel, Knesset.
Sejak Israel menguasai Yerusalem Timur seusai perang pada 1967, pemerintah Israel hingga kini tetap mempertahankan aturan era Ottoman yang membatasi kaum Yahudi memasuki kompleks Al-Aqsa. Etnis Yahudi juga sebenarnya dilarang masuk ke Al-Aqsa oleh Kepala Rabi Yerusalem sejak 1921 tanpa didahului ritual pemurnian diri dengan menggunakan abu hasil pembakaran sapi merah.
Namun, warga dan elite politik Israel kerap melanggar aturan itu. Saat ini, kunjungan warga Israel -dengan pengawalan militer- memasuki kompleks Al-Aqsa sudah menjadi pemandangan yang jamak.
Kini, komunitas Kuil Ketiga berharap ritual kurban sapi merah akan membuat etnis Yahudi bisa dimurnikan, sehingga mereka bisa beribadah dan berdoa di dalam kompleks Al-Aqsa. Penelitian oleh seorang profesor di Universitas Bar Ilan memperkirakan abu hasil pembakaran satu ekor sapi merah yang dicampur dengan air cukup untuk 660 miliar kali proses pemurnian diri orang Yahudi.
@republikaonline Sapi merah ternyata disebut di Taurat dan Al Quran, ini ayat-ayatnya #SapiMerah #Taurat #AlQuran ♬ The Power off Epic - Starla Music
Pengamat Timur Tengah, Smith Alhadar menilai ritual penyembelihan Sapi Merah sengaja dihidupkan oleh kaum fanatik Yahudi untuk untuk mengklaim kompleks Masjidil Aqsa adalah milik mereka. Alhadar menjelaskan kompleks Masjid al-Aqsa (haram al-syarif) yang dikenal juga sebagai Bukit Bait Suci atau Temple Mount memang dulunya merupakan kuil Yahudi yang untuk pertama kalinya dibangun oleh Raja Solomon (Nabi Sulaiman). Namun, sejak tentara Romawi menghancurkan kuil itu pd tahun 70 M, orang Yahudi tidak lagi menjadikan haram al-syarif tempat ibadah, termasuk penyembilahan Sapi Merah.
"Sejak 70 M itu di mana mayoritas orangg Yahudi melakukan eksodus, satu-dua orang Yahudi yang tersisa atau mereka yang datang untuk berziarah sudah puas dengan berdoa/sembahyang di depan tembok kuil yang masih tersisa, yang dikenal sebagai Tembok Ratapan," jelasnya kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Itu sebabnya, kata Alhadar, dalam perjanjian perdamaian dengan Yordania pada 1994, Israel setuju menyerahkan pengelolaan haram al-syarif kepada Yordania. Dan kaum Yahudi tidak boleh memasuki kompleks itu untuk beribadah atau melakukan upacara keagamaan apapun. Orang Yahudi dibolehkan memasuki kompleks hanya untuk sekadar mengunjungi.
Namun, Alhadar melihat belakangan ini semakin sering kaum Yahudi fanatik dengan pengawalan aparat Israel mengunjungi kompleks suci umat Islam itu untuk ritual keagamaan. Oleh sebab itu, menurut Alhadar, sangat masuk akal jika ada yang menduga kunjungan para Yahudi itu bertujuan menganeksasi kompleks itu untuk jangka panjang.
"Dan ini sejalan dengan pandangan para Zionis yang hendak melakukan Yahudinisasi Yerusalem Timur dengan cara menghancurkan haram al-syarif yang nanti di atas puingnya dibangun kembali Temple Mount," katanya.