Wamenkes: Inflasi Kesehatan Bisa Sebabkan Negara Bangkrut

Hanya Kuba dan India yang PDB-nya lebih tinggi dan inflasi kesehatannya lebih rendah.

Republika/Kamran Dikarma
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat memberikan pidato tentang pentingnya Integrasi Layanan Prime di Kompleks Kantor Bupati Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (9/8/2024).
Rep: Kamran Dikarma Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, angka belanja kesehatan selalu lebih tinggi dibandingkan produk domestik bruto (PDB) suatu negara. Dia menyebut, jika tidak ditangani, hal itu bisa menyebabkan sebuah negara bangkrut.


"Studi menunjukkan bahwa angka belanja kesehatan, inflasi kesehatan, selalu lebih tinggi dibandingkan GDP negara tersebut. Ini menunjukkan bahwa angka biaya kesehatan itu makin lama akan meningkat, dan kalau tidak dibenahi akan menyebabkan negara itu bangkrut," kata Dante di Kompleks Kantor Bupati Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (9/8/2024).

Saat memberikan pidato tentang Integrasi Layanan Primer (ILP), Dante menjelaskan, inflasi kesehatan terjadi di hampir seluruh negara. Dante mengatakan, hanya dua negara di dunia yang PDB-nya lebih tinggi dan inflasi kesehatannya lebih rendah, yakni Kuba serta India.

"Kemudian kita lakukan evaluasi kenapa dua negara ini kok inflasi kesehatannya bagus, biaya kesehatannya lebih rendah dibandingkan GDP. Karena India dan Kuba melakukan pendekatan preventif dan promotif yang lebih agresif dibandingkan dengan pengobatan kuratif," ujar Dante.

Artinya, kata Dante, negara menginvestasikan anggaran untuk mencegah masyarakat sakit daripada harus membiayai orang yang sudah sakit. Oleh sebab itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan transformasi kesehatan primer di puskesmas.

Dante mengungkapkan, saat ini terdapat kurang lebih 10 ribu puskesmas di Indonesia. Menurut dia, jumlah itu tidak cukup untuk melakukan promosi dan edukasi kesehatan ke 270 juta penduduk Tanah Air. Terkait situasi tersebut, Dante menekankan, penting memberdayakan posyandu.

Pasalnya, posyandu bisa lebih mudah diakses oleh masyarakat. Dante mengatakan, saat ini terdapat 300 ribu posyandu di Indonesia. Kemenkes hendak mengintegrasikan puskesmas kecamatan, puskesmas pembantu, dan posyandu.

"Ini namanya Integrasi Layanan Primer. Nah ini yang kita sedang bangun di Indonesia supaya bisa membantu edukasi masyarakat," ujarnya.

Dante juga menyampaikan, dulu posyandu dikenal hanya sebagai tempat untuk menimbang bayi, vaksinasi, dan sebagainya. "Sekarang tidak. Sekarang ada posyandu untuk lansia, ada posyandu untuk remaja, ada posyandu untuk dewasa, yang melakukan kegiatan promotif dan preventif," kata Dante.

Kemenkes gencarkan ILP...

 

Dante Saksono Harbuwono menyatakan, biaya pengobatan dan penanganan orang sakit jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan upaya pencegahan. Hal itu menjadi alasan Kemenkes meluncurkan dan menggencarkan ILP.

Dante mengatakan, inflasi kesehatan atau angka belanja kesehatan di hampir semua negara selalu lebih tinggi dibandingkan produk domestik bruto (PDB) negara terkait. Dia menyebut, hanya ada dua negara yang inflasi kesehatannya lebih rendah dibandingkan PDB-nya, yakni Kuba dan India.

Hal itu karena kedua negara tersebut gencar melakukan upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan. "Kalau orang sudah diobati, berapa pun biayanya, itu jauh lebih mahal daripada mereka dicegah supaya tidak sakit. Nah edukasi dan promotif kesehatan itu dipegang oleh ILP," kata Dante.

Dia mengungkapkan, investasi kesehatan lebih baik jika difokuskan untuk mencegah masyarakat terserangan penyakit. "Nanti sesudah ILP ini jalan, mudah-mudahan angka kesakitan semakin turun," ujar Dante saat memberikan keterangan pers di Rumah Sakit Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (9/8/2024).

Dante menekankan, angka harapan hidup tidak tergantung pada biaya kesehatan. Dia mencontohkan, di Amerika Serikat (AS) biaya kesehatannya sekitar 11 ribu dolar AS per tahun per kapita. Angka harapan hidup di sana mencapai 76 tahun.

"Di Jepang, biaya kesehatan itu hanya 4.400 dolar (AS) per kapita per tahun. Itu angka harapan hidupnya lebih tinggi dibandingkan di Amerika. Karena kapitalisme Amerika mengedepankan sisi kuratif dibandingkan Jepang yang sudah melakukan pencegahan secara preventif," kata Dante.

Dia menambahkan, upaya preventif kesehatan tersebut yang dicontoh dalam ILP. Harapannya, biaya kesehatan di Indonesia dapat direduksi tanpa menurunkan angka harapan hidup

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler