Gedung Putih: Iran Siapkan Serangan Besar-besaran ke Israel Pekan Ini

Iran telah menyiapkan rudal dan dronenya.

EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Penasihat Gedung Putih John Kirby.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gedung Putih pada Senin (12/8/2024), mengatakan, intelijen Amerika Serikat memprediksi Iran kemungkinan besar akan menyerang Israel pada pekan ini. Perkiraan tersebut berdasarkan penilaian intelijen Israel terbaru, dilansir dari Axios yang dikutip Republika di Jakarta.

Baca Juga


Laporan intelijen terbaru menunjukkan, serangan bisa terjadi sebelum upaya perundingan gencatan senjata dalam upaya pembebasan sandera yang direncanakan pada Kamis. Serangan besar Iran dinilai akan membahayakan perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas.

BACA JUGA: Tak Ada yang Bisa Jelaskan soal Ruh Selain Islam, Alexander Jadi Mualaf

"Israel berpendapat ada kemungkinan yang semakin besar bahwa Iran dan proksinya akan melakukan serangan dalam beberapa hari mendatang. Kami mempunyai kekhawatiran yang sama dan oleh karena itu kami berkoordinasi dengan Israel dan mitra lainnya di kawasan ini," juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan dalam sebuah konferensi pers dengan wartawan, seraya menambahkan bahwa AS memperkirakan serangan bisa terjadi pekan ini.

Kirby mengatakan, Presiden Biden berbicara melalui telepon pada Senin dengan rekan-rekannya dari Inggris, Jerman, Perancis dan Italia untuk membahas situasi di Timur Tengah. Dia mengatakan, mereka membahas cara-cara untuk melindungi Israel, memajukan kesepakatan untuk pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza serta mencegah serangan Iran.

Para pejabat Israel dan Amerika Serikat mengatakan kepada Axios, Iran telah melakukan beberapa langkah signifikan untuk menyiapkan unit rudal dan drone-nya. Persiapan ini dinilai serupa dengan perencanaan sebelum serangan terhadap Israel pada April lalu.

Display rudal Iran yang bertuliskan Kematian  untuk Israel dalam bahasa Parsi di Teheran, Iran. - (AP Photo/Vahid Salemi)

Meski demikian, mereka menekankan Israel dan AS tidak mengetahui waktu pasti serangan tersebut.“Iran secara terbuka memberi sinyal (di lapangan) tekad mereka untuk melakukan serangan signifikan selain pernyataan publik mereka bahwa serangan itu akan melebihi apa yang mereka lakukan pada bulan April. Pernyataan publik Iran tidak mencerminkan kemunduran apa pun,” seorang senior Israel kata pejabat itu kepada Axios.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan pejabat senior politik dan militer Iran lainnya mengatakan Iran akan membalas pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran bulan lalu. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga berjanji untuk menanggapi serangan udara Israel di Beirut yang menewaskan penasihat militer utamanya pada bulan Juli.

AS, Inggris, Perancis, Jerman dan Italia mengeluarkan pernyataan bersama pada hari Senin yang menyerukan Iran “untuk menahan ancaman serangan militer terhadap Israel dan membahas konsekuensi serius bagi keamanan regional jika serangan semacam itu terjadi.”

Israel telah memerintahkan personel militernya yang ditempatkan di Azerbaijan dan Georgia untuk segera kembali mengingat adanya ancaman kemungkinan serangan Iran, kantor berita TASS melaporkan mengutip radio pemerintah Kan.

Dikutip dari laman Armen Press, Senin (12/8/2024), perintah yang dikeluarkan oleh militer Israel mengamanatkan pasukannya yang saat ini berada di salah satu dari kedua negara tersebut untuk segera pulang ke Israel.

Iran telah berjanji untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli 2024, yang dilakukan oleh Israel, menurut Iran. Namun Israel belum mengklaim atau membantah bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Tentara Israel membawa rekannya yang terluka di Jalur Gaza. - (IDF)

Dikutip dari laman Shafaq, pada Senin, Komite Koordinasi Perlawanan Irak (IRCC) memperingatkan bahwa mereka akan memberi respons jika Iran dibom melalui wilayah udara Irak.

IRCC mencakup faksi-faksi Syiah bersenjata yang didukung oleh Iran, termasuk Kataib Hezbollah, Asaib Ahl Al-Haq, Kataib Sayyid al-Shuhada, dan Harakat Hezbollah al-Nujaba, yang sebelumnya mengklaim serangan terhadap target militer AS di Irak.

"Meskipun serangan brutal terhadap rakyat kami dan perlawanan terus berlanjut, kekuatan arogansi memprioritaskan keamanan entitas Zionis di atas keamanan regional, mengabaikan kedaulatan Irak dan kepentingan negara-negara yang menentang kebijakan kriminal mereka,” kata IRCC.

"IRCC tidak dibatasi, dan jika pasukan AS menargetkan rakyat kami di Irak atau menggunakan wilayah udaranya untuk menyerang Iran, respons kami tidak akan dibatasi,” ujarnya.

Hal ini menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran, yang mendorong Iran bersumpah untuk membalas, sementara AS telah berjanji mendukung Israel jika terjadi serangan.

Sebelumnya, sumber-sumber swasta mengatakan kepada Kantor Berita Shafaq bahwa “Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al-Sudani tentang faksi-faksi Irak yang didukung Iran yang berencana untuk meningkatkan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan kawasan tersebut.”

Dalam konteks ini, Blinken menekankan komitmen pemerintah AS untuk melindungi pasukan dan kepentingannya, sementara Al-Sudani bekerja keras untuk mencegah eskalasi oleh faksi-faksi yang menentang kepentingan Amerika.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler