Petinju Wanita Imane Khelif Gugat JK Rowling dan Elon Musk atas Dugaan Cyberbullying
Penulis Harry Potter, JK Rowling, diduga melakukan cyberbullying kepada Imane Khelif.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imane Khelif, juara tinju Olimpiade asal Aljazair, mengajukan gugatan hukum di Prancis terhadap penulis Harry Potter JK Rowling dan Elon Musk atas dugaan tindakan cyberbullying atau perundungan siber. Khelif, yang terlibat dalam kontroversi kelayakan gender selama pertandingan di Olimpiade Paris, berhasil menjadi petinju wanita pertama Aljazair yang meraih medali emas dan petinju pertama yang memenangkan medali emas sejak tahun 1996.
Pada Rabu (14/8/2024), pengacara Khelif, Nabil Boudi, menyampaikan bahwa mereka telah mengajukan gugatan pidana atas dugaan “tindakan pelecehan dunia maya” ke kantor jaksa penuntut umum Paris. Gugatan ini diajukan terhadap X, atau pihak-pihak yang tidak dikenal, dengan mengklaim bahwa petinju wanita berusia 25 tahun itu adalah korban cyberbullying yang misoginis, rasis, dan seksis.
Boudi menjelaskan gugatan ini memungkinkan jaksa untuk menyelidiki semua pihak yang terlibat pada perundungan, termasuk mereka yang mungkin menulis pesan kebencian dengan menggunakan nama samaran. Pengacara tersebut menambahkan bahwa tokoh-tokoh terkenal termasuk dalam gugatan.
“JK Rowling dan Elon Musk disebutkan dalam gugatan ini, bersama dengan tokoh-tokoh terkenal lainnya,” kata Boudi, seraya menambahkan bahwa Donald Trump juga dapat menjadi bagian dari penyelidikan.
“Trump pernah menulis cicitan mengenai hal ini, jadi apakah dia disebut dalam gugatan kami atau tidak, dia pasti akan menjadi bagian dari penyelidikan,” jelas Boudi seperti dilansir The Guardian, Jumat (16/8/2024).
Khelif menghadapi tuduhan terkait gendernya setelah terungkap bahwa dia dilarang bertanding di kejuaraan dunia tinju 2023, karena gagal dalam tes kelayakan gender yang dilakukan oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA). Namun, Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah membantah hasil tes ini.
Sebelum Olimpiade Paris, IOC juga telah mencabut pengakuan terhadap IBA sebagai badan pengelola tinju, serta mengeluarkannya dari Olimpiade karena beberapa masalah seperti korupsi, transparansi keuangan, dan tata kelola. IOC menyatakan Khelif terlahir sebagai perempuan dan tidak pernah diidentifikasi sebagai transgender dan interseks. Karena itu, menurut IOC, secara ilmiah itu bukanlah pertandingan tinju antara laki-laki dan wanita seperti yang dituduhkan.
Masalah ini mendapat perhatian luas setelah petinju Italia Angela Carini mundur dari pertandingannya melawan Khelif dalam kompetisi tinju kelas 66 kilogram setelah hanya 46 detik. “Saya tidak pernah merasakan pukulan seperti ini,” kata Carini mengungkap alasannya mundur.
Khelif kemudian dibanjiri dengan caci maki, sebagian besar melalui media sosial, terutama X. Komentar-komentar tersebut meningkat setelah tokoh-tokoh terkenal mulai mengunggah tentang masalah ini.
Dalam sebuah pesan kepada 14,2 juta pengikutnya di X, Rowling mengunggah sebuah foto dari pertarungan Khelif dengan Carini dan menulis cicitan yang diduga mengarah pada cyberbullying.
“Senyuman seorang pria yang tahu bahwa ia dilindungi oleh lembaga olahraga yang misoginis, yang menikmati penderitaan seorang wanita yang baru saja ditinjunya, dan menghancurkan ambisi hidupnya,” demikian cicitan Rowling.
Dalam tweet lainnya, penulis Harry Potter ini mengatakan: “Saya tidak mengeklaim bahwa Khelif adalah seorang transgender. Keberatan saya, dan keberatan banyak orang lainnya, adalah kekerasan pria terhadap wanita menjadi olahraga Olimpiade”.
Sementara itu, Elon Musk yang merupakan pemilik X, membagikan sebuah postingan dari perenang AS, Riley Gaines, yang mengatakan bahwa pria tidak pantas berada di olahraga wanita dan menambahkan kalimat “Tentu saja”.
Donald Trump juga mengunggah sebuah foto dari pertarungan yang disertai dengan pesan: “Saya akan menjauhkan pria dari olahraga wanita!”.
Boudi mengatakan kepada Variety bahwa meskipun nama-nama tersebut masuk dalam gugatan, namun ia meminta agar jaksa penuntut juga menyelidiki semua orang yang terlibat. “Jika kasus ini dibawa ke pengadilan, mereka akan diadili,” kata Boudi.
Pelatih Khelif, Pedro Diaz, mengatakan bahwa perundungan yang dialami sang petinju selama Olimpiade sangat memengaruhi Khelif dan semua orang di sekitarnya. “Pertama kali ia bertarung di Olimpiade, ada badai yang sangat besar di luar ring. Saya belum pernah melihat sesuatu yang begitu menjijikkan dalam hidup saya,” kata Diaz, yang telah melatih 21 juara Olimpiade sebelum Khelif.
"Saya adalah wanita"
Imane Khelif tampil gemilang di babak final dan merebut medali emas Olimpiade Paris 2024. Seperti dikutip dari laporan AFP, Khelif mencatatkan kemenangan di kelas 66 kg putri atas wakil China Yang Liu, yang diadakan di Roland Garros.
Kala itu, Khelif mengatakan medali emas ini merupakan respons tepat terhadap serangan dan perundungan yang ia dapatkan beberapa waktu terakhir.
“Saya adalah seorang wanita seperti wanita lainnya. Saya terlahir sebagai seorang wanita, saya hidup sebagai seorang wanita, saya berkompetisi sebagai seorang wanita, tidak ada keraguan tentang itu. Para perundung adalah musuh kesuksesan, itulah sebutan saya untuk mereka,” kata Khelif.
Dengan medali emas yang tergantung di lehernya, Khelif ditanyai dalam konferensi pers yang penuh sesak tentang perselisihan “kelayakan” yang menghantuinya dalam Olimpiade. “Saya sepenuhnya memenuhi syarat untuk ambil bagian, saya seorang wanita seperti wanita lainnya. Saya terlahir sebagai wanita, menjalani hidup sebagai wanita, dan berkompetisi sebagai wanita,” kata Khelif.
“Mereka (cibiran, perundungan) adalah musuh kesuksesan. Dan itu membuat kesuksesan saya terasa istimewa karena serangan-serangan ini,” ujarnya.