Israel Gencarkan Pembunuhan Warga Gaza di Tengah Perundingan Gencatan

Sebanyak 50 warga Gaza dibunuh Israel dalam penyerangan 24 jam belakangan.

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina menangisi jenazah di pemakaman belasan yang syahid dalam serangan Israel, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Di tengah upaya perundingan gencatan senjata, pasukan penjajahan Israel (IDF) terus melakukan pengeboman terhadap rumah-rumah di Jalur Gaza. Pada Ahad, sedikitnya 50 warga Gaza syahid dan puluhan lainnya terluka akibat serangan sejak Sabtu.

Baca Juga


Kantor berita WAFA melansir, pada Ahad dini hari empat warga Palestina syahid dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan dua apartemen tempat tinggal di kamp pengungsi Jabalia, yang terletak di utara Jalur Gaza.

Sumber lokal melaporkan bahwa tim penyelamat menemukan jenazah empat orang yang terbunuh, termasuk anak-anak dan perempuan, dari reruntuhan dua apartemen di Jalan Al-Huja di kamp Jabalia.

Beberapa anak yang terluka terlihat tiba di fasilitas medis di utara Jalur Gaza setelah serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia. Dalam salah satu video, seorang anak laki-laki yang berteriak kesakitan dibawa ke ranjang rumah sakit. Dia tampaknya menderita luka di kepala dan banyak pecahan peluru.

Kamp pengungsi Jabalia didirikan oleh PBB pada 1948 untuk menampung warga Palestina yang mengungsi setelah Nakba, mengacu pada pembersihan etnis di Palestina pada tahun 1948.

Kamp tersebut terletak di bagian utara Gaza, dekat dengan desa dengan nama yang sama. Kamp tersebut dulunya merupakan kamp pengungsi terpadat di Jalur Gaza, dan juga merupakan rumah bagi 26 sekolah yang dikelola UNRWA.

Dalam serangan terpisah, serangan udara Israel menghantam sebuah rumah milik keluarga Musbbeh di kota Abasan al-Kabira, sebelah timur Khan Younis di Gaza selatan, mengakibatkan syahidnya seorang wanita dan seorang anak, dengan tambahan cedera yang dilaporkan.

Selain itu, pesawat Israel menargetkan sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Artileri Israel juga menghantam sebuah apartemen di Menara Al-Nouri di bagian utara kamp, ​​​​menyebabkan kebakaran terjadi di apartemen tersebut.

Empat warga Palestina syahid dan lainnya terluka dalam pemboman yang menargetkan bagian selatan kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.

Di Jalur Gaza selatan, Aljazirah  melaporkan bahwa empat  orang syahid dan 5 orang terluka tiba di Rumah Sakit Nasser akibat pemboman Israel yang menargetkan rumah keluarga Musabah di kota Abasan al-Kabira, sebelah timur Khan Yunis.

Sebelumnya, sumber medis mengatakan bahwa 34 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, tewas dalam serangan Israel di Gaza tengah dan selatan sejak fajar pada Sabtu.

Di kawasan Al-Zawaida di tengah Jalur Gaza, 17 orang dari keluarga Al-Ajla syahid, termasuk delapan anak-anak dan empat wanita, dalam serangan Israel yang menargetkan sebuah gudang tempat mengungsi.

 

Pejabat Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada Aljazirah bahwa semua orang mengerti sekarang bahwa Netanyahu dan pemerintahnya tidak bersedia mencapai kesepakatan gencatan senjata.

“Israel, dalam perundingan dua hari tersebut, menolak proposal yang diperkenalkan oleh Amerika pada 24 Juni berdasarkan inisiatif Biden, resolusi Dewan Keamanan, dan juga bertanggung jawab atas poin-poin Israel,” ujarnya.

“Mereka menolaknya bahkan setelah Hamas menerimanya. Setelah negosiasi dua hari, mereka menentang kertas tersebut dan mereka mempunyai ide-ide baru yang belum pernah dibahas sebelumnya. “Kita harus ingat yang dikatakan menteri militer di Israel: yang merupakan hambatan utama untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, adalah Netanyahu. Dia adalah penghalangnya.”

Hamdan mengatakan Israel menyatakan pada putaran terakhir perundingan di Qatar bahwa mereka menginginkan hak untuk kembali berperang, sebuah kondisi yang menurutnya tidak dapat diterima oleh warga Palestina.

“Tujuan utama dari negosiasi ini adalah untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina,” katanya kepada Aljazirah. “Kalaupun ada pertukaran tahanan, mereka punya hak untuk menyerang kapanpun mereka mau. Bagaimana orang Palestina bisa menerima hal itu?”

Hamdan menambahkan bahwa di Israel, mereka tidak perlu punya alasan untuk membunuh warga Palestina. “Mereka ingin menyingkirkan orang-orang Palestina. Inilah sebabnya kami bersikeras untuk menjamin adanya gencatan senjata dan penarikan penuh.”

Sementara para perunding Israel telah menyatakan “optimisme yang hati-hati” mengenai upaya menuju kesepakatan gencatan senjata di Gaza setelah pembicaraan di Doha, kata kantor Netanyahu pada hari Sabtu.

“Tim tersebut menyatakan optimisme terukur kepada perdana menteri mengenai kemungkinan kemajuan menuju kesepakatan berdasarkan proposal terbaru Amerika,” kata sebuah pernyataan.

“Ada harapan bahwa tekanan besar terhadap Hamas dari Amerika Serikat dan para mediator akan mengarah pada hilangnya penolakan mereka terhadap proposal Amerika, yang berpotensi memungkinkan terjadinya terobosan dalam negosiasi.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler