Hikmah Reshuffle Pejabat di Zaman Pemerintahan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab pernah melakukan reshuffle pejabatnya.

Republika
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Khalid bin Walid merupakan seorang panglima perang terkenal dalam sejarah Islam yang dijuluki "Pedang Allah yang Terhunus" (Saifullah al-Maslul). Ia lahir sekitar tahun 592 M di Makkah. Khalid bin Walid dikenal sebagai ahli strategi militer yang brilian dan salah satu komandan paling sukses dalam sejarah peperangan Islam.

Baca Juga


Sebelum memeluk Islam, Khalid bin Walid adalah musuh kaum Muslimin dan turut serta dalam Pertempuran Uhud di mana ia berperan dalam mengubah jalannya pertempuran yang menyebabkan kekalahan sementara bagi kaum Muslimin. Namun, setelah memeluk Islam pada tahun 629 M, ia menjadi salah satu panglima yang paling penting dalam penyebaran Islam.

Dalam buku Kuliah Tauhid karya Muhammad Imaduddin Abdulrahim dikisahkan bahwa Khalid adalah seorang panglima perang yang belum pernah terkalahkan di setiap pertempuran yang dipimpinnya. Saat menghadapi Parsi, Iraq, dan lain sebagainya, Khalid selalu ditakdirkan menang oleh Allah, sehingga prajuritnya pun mulai memujinya dan memujanya.

Bahkan, orang-orang membuat banyak syair dan lagu untuk memuji kepahlawannya yang masyhur itu. Namun, saat Khalid sedang menyusun strategi untuk mengempur Byzantium atau Romawi Timur, datanglah surat perintah agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid.

Khalid yang sedang memimpin rapat tentu tidak langsung membacakan surat perintah dari Khalifah Umar itu. Dengan perhitungan bahwa kalau ia menyerahkan jabatan tersebut saat sedang rapat untuk menyerang Byzantium, maka akan terjadi kekacauan.

Karena itu, ia menyelesaikan rapat tersebut terlebih dahulu. Setelah usul-usulnya diterima dan menjelaskan cara menyerang Byzanitum, baru lah Khalid menyerahkan jabatannya sebagai panglima perang kepada Abdullah bin Ubaid.

Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kemudian kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umat bahwa perintahnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, Khalid meminta penjelasan lebih jauh kepada Umar terkait pemecatan dirinya tersebut. Karena, ia khawatir ada kekeliruan yang diperbuatnya selama memimpin perang.

Khalid memang mempunyai kelemahan di bidang tata administrasi dan pembukuan. Kendati demikian, Khalid sendiri meyakini bahwa tidak pernah keliru dalam perhitungan-perhitungan keuangan dari dana perjuangan itu.

Namun, Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan karena itu. “Itu soal yang bisa dimaafkan,” kata Umar menjelaskan kepada Khalid.  “Tetapi sebagai khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. Engkau adalah pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran. Tapi, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku khawatir mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab aku harus membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah aku mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur,” jelas Umar panjang lebar.

 

Setelah mendengar penjelaskan Khalifah Umar, Khalid tersadar dan menerima keputusan Umar yang bijaksana itu dengan keikhlasan yang sungguh-sungguh. Khalid pun mundur dari hadapan Khalifah Umar seraya melompat lagi ke medan pertempuran dan maju menyerang musuh, tidak lagi sebagai penglima perang tetapi sebagai prajurit biasa.

Orang-orang lain terheran-heran melihatnya, mengapa setelah dipecat Khalid masih mau terjun ke medan perang. Khalid pun berseru, “Aku bertempur dan berjuang tidak karena Khalifah Umar, akan tetapi aku berjuang karena  Allah semata!.”

Seperti itu lah ekspresi dan manifestasi dari ruh tauhid sejati yang ditunjukkan Khalid bin Walid, yang bisa diteladani oleh umat Islam.  Di samping itu, ada sejumlah hikmah lainnya dari kisah dipecatnya Khalid bin Walid ini. 

Hikmah di balik dipecatnya Khalid bin Walid sebagai panglima perang oleh Khalifah Umar bin Khattab memiliki beberapa dimensi yang penting dalam konteks sejarah Islam. 

Berikut beberapa hikmah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut:

1. Menunjukkan Ketergantungan pada Allah, Bukan Individu

Khalifah Umar ingin menekankan bahwa kemenangan umat Islam bukanlah karena kehebatan seorang panglima perang, melainkan karena pertolongan Allah. Dengan mengganti Khalid bin Walid, Umar ingin mengingatkan umat bahwa mereka harus selalu bergantung kepada Allah, bukan pada manusia tertentu.

2. Menghindari Kultus Individu

Khalid bin Walid dikenal sebagai sosok yang sangat karismatik dan dianggap tak terkalahkan di medan perang. Umar khawatir jika Khalid terus berada di posisi tersebut, umat Islam akan mulai mengagung-agungkan Khalid secara berlebihan, dan ini bisa mengarah pada kultus individu yang bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam.

3. Penegakan Keadilan dan Transparansi

Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang sangat adil dan transparan. Ada kekhawatiran bahwa kemenangan beruntun Khalid mungkin membuatnya dianggap tidak tersentuh atau tidak bisa diawasi. Dengan mengubah kepemimpinan, Umar menunjukkan bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum atau di luar pengawasan.

4. Membina Pemimpin Lain

Dengan mengganti Khalid, Umar juga memberikan kesempatan kepada panglima lain untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam memimpin. Ini penting untuk memastikan bahwa pasukan Islam memiliki banyak pemimpin yang kompeten, bukan hanya bergantung pada satu orang.

5. Memperkuat Kepemimpinan Sipil atas Militer

Keputusan ini juga menegaskan bahwa dalam Islam, kekuasaan tertinggi berada di tangan kepemimpinan sipil (khalifah), bukan militer. Ini adalah prinsip penting untuk menjaga stabilitas dan menghindari dominasi militer dalam pemerintahan.

Keputusan Umar bin Khattab ini, meskipun kontroversial, akhirnya diterima dengan baik oleh Khalid bin Walid sendiri, yang dengan lapang dada menerima keputusan tersebut dan tetap berperan aktif dalam perjuangan umat Islam di bawah pimpinan baru. Ini juga menunjukkan kebesaran jiwa Khalid bin Walid sebagai seorang muslim yang taat dan tunduk kepada keputusan pemimpin yang sah.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler