Soal Kematian Dokter ARL, BEM Undip Soroti Hasil Investigasi Internal
Dalam pelaksanaan investigasi internal, Undip tidak melibatkan perwakilan BEM.
www.123rf.com
Rep: Kamran Dikarma Red: Fernan Rahadi
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) Farid Darmawan mengaku cukup kaget dengan hasil investigasi singkat kampusnya yang menyatakan bahwa kasus dugaan bunuh diri Aulia Risma Lestari (ARL), mahasiswi Undip yang melaksanakan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi, tidak terkait dengan perundungan.
"Kami sebetulnya cukup kaget dengan investigasi yang dilakukan dalam waktu singkat, maksudnya langsung didapatkan kesimpulan," kata Farid dalam wawancara via telepon saat ditanya tentang keterangan pers Undip yang berisi bantahan bahwa kematian ARL terkait dengan adanya perundungan dari para seniornya, Senin (19/8/2024).
Dia mengungkapkan, dalam pelaksanaan investigasi internal, Undip tidak melibatkan perwakilan BEM. "Kami tidak dilibatkan. Dari pihak mahasiswa, dari pihak BEM, tidak dilibatkan," ucapnya.
Farid mengungkapkan, keabsahan dari investigasi internal Undip hanya pihak Undip yang mengetahui. "Pun kami juga tidak bisa menyatakan press release-nya sesuai dengan kejadian atau tidak," ujarnya.
Kendati demikian, Farid menambahkan bahwa dalam keterangan persnya, Undip menyatakan terbuka dengan hasil temuan lain di luar hasil investigasi internalnya. "Saya lihat Undip masih membuka diri kalau ada investigasi yang kiranya tidak sesuai dengan temuan Undip," ucapnya.
Pada Ahad (19/8/2024) lalu, BEM se-Undip telah menggelar aksi unjuk rasa simbolis menuntut kampus mengusut kasus kematian ARL. Aksi tersebut digelar di sela-sela kegiatan Orientasi Diponegoro Muda 2024, yakni rangkaian penutupan penerimaan mahasiswa baru.
Farid Darmawan mengungkapkan, meski diselenggarakan spontan, ketua BEM dari 11 fakultas dan satu sekolah vokasi Undip, turut berpartisipasi dalam unjuk rasa tersebut. Dalam aksinya, para peserta aksi berbaris membebat mata mereka menggunakan kain hitam sambil menenteng lembaran kertas dengan rangkaian huruf bertuliskan "usut tuntas". Mereka turut membawa foto almarhumah ARL.
Farid mengatakan, BEM se-Undip prihatin dengan kasus kematian ARL dan berbelasungkawa atas kematiannya. "Jadi kami menyuarakan melalui aksi simbolik," ujarnya.
Dia berharap pihak-pihak berwenang mengusut tuntas kematian ARL. "Kalaupun iya ada hal-hal yang sekiranya betul perundungan, itu bisa dituntaskan dan tidak terjadi lagi. Kalaupun memang tidak ada, coba untuk diberikan rasionalisasi yang memang mungkin masuk akal," ucapnya.
Farid sempat ditanya bagaimana respons Undip terhadap unjuk rasa yang digelar seluruh BEM di kampus tersebut. "Sejauh kami aksi tidak ada intervensi atau represifitas;" ujarnya.
ARL ditemukan meninggal di kamar kosnya di daerah Lempongsari, Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (12/8/2024) malam. Berdasarkan keterangan polisi, ketika jenazahnya dievakuasi, ditemukan obat penenang. ARL diduga menyuntikkan sendiri obat penenang ke tubuhnya.
Selain obat penenang, di kamar tersebut turut ditemukan buku harian atau diari ARL. Dalam buku itu terdapat cerita keluh kesah ARL selama melaksanakan PPDS di RSUP Dr.Kariadi. Selain beratnya materi pendidikan, ARL juga mengeluhkan perlakukan para seniornya terhadapnya.
Sementara itu Undip telah membantah kabar bahwa ARL diduga bunuh diri akibat perundungan. Menurut Undip, ARL mengakhiri hidupnya karena menghadapi masalah kesehatan. "Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," ungkap Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip Utami Setyowati saat memberikan keterangan pers di Kantor Humas Undip, Kamis (15/8/2024).
Dia menambahkan bahwa selama ini ARL berdedikasi dalam pekerjaannya. "Namun demikian, almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ujarnya.
Kendati demikian, Utami mengaku tidak bisa mengungkap secara mendetail problem kesehatan apa yang dialami ARL bersangkutan. Alasannya karena konfidensialitas medis dan privasi almarhumah.
"Berdasarkan kondisi kesehatannya, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri (dari PPDS). Namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga almarhumah mengurungkan niat tersebut," ucap Utami.
Dia mengatakan, Undip terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar investigasi internal mereka. "Kami siap berkoordinasi dengan pihak mana pun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan zero bullying di Fakultas Kedokteran (FK) Undip," ujar Utami.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler