Mulyono, Kisah Pahlawan yang Menginspirasi

Mulyono berjuang pada masa revolusi nasional RI.

dok wiki
ILUSTRASI Jembatan Seruyan di Kalimantan Tengah.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalimantan Tengah melahirkan banyak pejuang yang turut dalam upaya memerdekakan dan mempertahankan kedaulatan negeri ini. Seorang tokoh dari Kalimantan Tengah adalah satu contoh di antaranya.

Baca Juga


Sosok ini lahir dengan nama Moeljono Nasution pada 11 November 1921 di Magetan, Jawa Timur. Bagaimanapun, putra mantan wedana ini lebih dikenang sebagai pejuang dari Kabupaten Seruyan, Kalteng.

Saat remaja, lelaki yang akrab disapa Mulyono ini menempuh pendidikan di Sekolah Teknik Ratu Emma selama tiga tahun. Setelah lulus, ia sempat bekerja sebagai asisten di sebuah otoritas air di Jawa Timur dan Madura.

Namun, minatnya kian tinggi pada dunia kemiliteran. Hingga kemudian, dirinya diterima di Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), yakni pada Korps Teknik. Waktu itu, gelarnya adalah sersan. Di antara tanggung jawabnya adalah mengawasi para kuli yang membangun gudang senjata.

Memasuki tahun 1942, Jepang masuk ke Tanah Air. Pemerintah kolonial Belanda kalang kabut, tidak mampu mempertahankan wilayah ini.

Antara tahun 1942 dan 1943, Mulyono dipaksa tentara pendudukan Jepang untuk menyerahkan pos militer tempatnya bekerja dan bertanggung jawab. Alih-alih menyerah, ia melawan dan bahkan menembaki tentara Nippon.

Alhasil, ia pun diburu. Semasa menjadi buronan, Mulyono menuju Sumatra. Di sanalah, ia tetap bertahan hingga akhirnya Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Dalam masa revolusi, Mulyono yang sudah kembali ke Jombang, Jatim, bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), yakni cikal bakal TNI. Salah satu misi yang pernah dijalaninya adalah mengepung basis Jepang di Surabaya untuk merebut persenjataan.

Sukses dengan misi itu, ia pun dipindahkan ke Semarang. Turut serta pula dalam Pertempuran Lima Hari di kota pesisir Jawa Tengah itu.

Kapten Mulyono, seorang pahlawan dari Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. - (dok wiki)

Hijrah ke Kalimantan

Mulyono lalu menghadap Zulkifli Lubis--belakangan pejabat Kepala Staf TNI-AD tahun 1955. Di hadapannya, ia menyatakan siap dikirim ke luar Jawa. Di Kalimantan, ia ditugaskan untuk turut mendukung upaya pemerintah menyiarkan kemerdekaan RI pada penduduk setempat.

Mulyono menetap di Kuala Pembuang, kini ibu kota Kabupaten Seruyan. Pada Juli 1946, ia ditugaskan untuk menghadapi sejumlah pasukan Belanda (NICA), yang masuk ke Kalimantan dengan ikut Sekutu.

Pada Oktober 1946, Mulyono dan kawan-kawan mengepung pos Belanda di Tumbang Manjul. Walau tak berhasil dalam operasi ini, ia tetap diapresiasi dan mendapatkan penugasan lainnya.

Bagaimanapun, sejak itu Mulyono menjadi buruan NICA. Ia pun melarikan diri ke Sambas, setelah sempat buah sauh di Singapura.

Pada masa pemerintahan Sukarno, Mulyono tercatat pernah terlibat dalam operasi militer RI untuk mendukung Konfrontasi dengan Malaysia. Ini adalah sebuah misi yang direstui Sukarno. Mulyono dan kawan-kawan turut bergerilya di Serawak untuk berupaya merebut wilayah itu ke pangkuan RI.

Kapten Mulyono wafat pada 11 Mei 1975 di Banjarmasin. Sebelumnya, ia sempat mengalami kecelakaan saat menumpangi perahu motor di Kalimantan Timur.

Dilansir dari Antara, 11 November 2022, Pemerintah Kabupaten Seruyan pernah mengusulkan Kapten Mulyono agar diangkat menjadi pahlawan nasional. "Karena beliau ini (Kapten Mulyono) bukannya pejuang lari, tapi memang pejuang yang berhadap-hadapan dan berjuang dengan darah, keringat, air mata, bahkan juga membentuk pasukan perlawanan," ujar bupati Seruyan kala itu, Yulhadir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler