Semester I 2024, BSI Cetak Pertumbuhan Laba 20,28 Persen

BSI menorehkan pertumbuhan tertinggi di antara Top 10 bank di Indonesia.

Dok Republika
Pengunjung melakukan pembayaran di salah satu merchant BSI di Jakarta, Senin (10/6/2024). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan kinerja keuangan yang sangat impresif pada kuartal ii
Rep: Dian Fath Risalah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan kinerja keuangan yang sangat impresif pada kuartal II 2024. Per Juni 2024, laba bersih BSI mencapai Rp 3,4 triliun, tumbuh 20,28 secara tahunan, menjadikan perseroan menorehkan pertumbuhan tertinggi di antara Top 10 bank di Indonesia.

Baca Juga


Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan perseroan berhasil menjaga kinerja keuangan dan bisnis secara sehat dan berkualitas sepanjang kuartal II tahun 2024, di tengah makroekonomi cukup menantang yang ditandai dengan naiknya suku bunga acuan seperti BI Rate yang naik ke level 6,25 persen pada awal kuartal II 2024 untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

"Alhamdulillah, pertumbuhan BSI dalam berbagai indikator kunci, seperti aset, DPK, laba bersih, dan rasio CASA, merupakan yang tertinggi di industri perbankan nasional. Prestasi ini adalah bukti bahwa BSI sebagai bank syariah mampu bersaing dan unggul di tengah dinamika industri yang semakin kompetitif. Pertumbuhan yang konsisten di berbagai aspek ini juga mencerminkan solidnya kinerja BSI yang berkelanjutan,” kata Hery dalam Konferensi Pers yang diikuti secara daring, Senin (2/9/2024).

Hery menjelaskan capaian kinerja tersebut antara lain buah dari konsistensi manajemen menerapkan strategi bisnis perusahaan untuk fokus tumbuh sustain pada segmen ritel, konsumer dan UMKM baik dari sisi dana maupun pembiayaan. Saat ini komposisi dana murah mencapai 62,05 persen, sementara komposisi pembiayaan 71,73 persen berada di segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM. Pada sisi lain baik dari sisi overhead cost maupun kualitas kredit terjaga dengan baik.

Lebih jauh Hery mengatakan bersyukur di tengah likuiditas yang ketat menyusul kenaikan suku bunga acuan, BSI masih dapat menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 296,70 triliun, naik 17,50 persen. Ditambah lagi, kinerja Tabungan naik 16,09 persen ke level Rp 128,78 triliun di mana sekitar 39 persen atau Rp 49,96 triliun merupakan tabungan Wadiah di mana perusahaan tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga level cost of fund

Likuiditas BSI bertumbuh juga seiring pertambahan nasabah yang per posisi Juni 2024 telah mencapai 20,46 juta. Solidnya likuiditas menopang kinerja pembiayaan BSI yang juga tumbuh di atas rerata industri perbankan nasional dengan kualitas yang terjaga. Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp 257,39 triliun, tumbuh 15,99 persen yoy dengan NPF yang turun ke level 1,99 persen (gross) jauh membaik dibanding Juni 2023 sebesar 2,31 persen. 

Kinerja pembiayaan ditopang oleh pembiayaan segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM yang mencapai Rp 184,61 triliun. Segmen wholesale mengomposisi 28,27 persen dengan outstanding Rp 72,77 triliun.

Hal ini menunjukkan bahwa segmen ritel, konsumer dan UMKM memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan pembiayaan BSI, termasuk di produk gadai dan cicil emas. Sejalan dengan strategi pertumbuhan, pembiayaan emas BSI per posisi Juni 2024 mencapai Rp8,97 triliun, tumbuh 41,27 persen dengan NPF 0,07 persen.

Investasi emas saat ini....

 

BSI juga melihat bahwa saat ini investasi emas cukup menarik minat generasi muda karena tergolong safe-haven dan kemampuannya untuk melindungi nilai aset dari inflasi. Hal ini pun tampak pada pembiayaan cicil emas memiliki pertumbuhan signifikan mencapai 100,10 persen ke level Rp 3,56 triliun, sementara gadai emas berada di level Rp 5,41 triliun tumbuh 18,38 persen.

‘’Pembiayaan berbasis emas serta Tabungan emas saat ini telah dapat diakses secara digital melalui BSI Mobile,’’ ungkapnya.

Dengan kondisi likuiditas dan pembiayaan, sepanjang kuartal II 2024 pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44 persen menjadi Rp 12,08 triliun, serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01 persen menjadi Rp 2,48 triliun. Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87 persen ke level 69,23 persen. Di sisi rasio profitabilitas ROE perusahaan membaik ke 17,88 persen naik dari 17,27 persen posisi Juni 2023.

Hery pun menegaskan, selain laba bersih, beberapa indikator kinerja juga mencatatkan pertumbuhan double digit dan menjadi yang tertinggi di antara Top 10 bank di Indonesia. Untuk aset, BSI mencatat pertumbuhan sebesar 15,10 persen yoy menjadi Rp 360,85 triliun, dan ini sebagai pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) BSI sebesar 17,50 persen yoy menjadikannya yang tertinggi pula di Top 10 Bank Indonesia. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler