Setelah Perseteruan Undip dan Kemenkes, Kini Giliran Ibu ARL Melapor ke Polisi

Ibu ARL mengadukan kasus anaknya yang diduga dirundung hingga akhirnya bunuh diri.

Reublika/Kamran Dikarma
Suasana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (15/8/2024).
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ibu dari almarhumah Aulia Risma Lestari (ARL) membuat laporan ke Polda Jawa Tengah (Jateng), Rabu (4/9/2024). ARL adalah mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesia Universitas Diponegoro (Undip) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Kariadi yang diduga bunuh diri akibat mengalami perundungan dari para seniornya.

Baca Juga


Ibu ARL, didampingi kuasa hukumnya, tiba di Polda Jateng sekitar pukul 10:00 WIB. Dia kemudian diterima petugas di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jateng. Vieta, tante ARL yang sempat diwawancara stasiun televisi swasta terkait kasus kematian keponakannya, turut hadir mendampingi. 
 
Pembuatan laporan oleh keluarga ARL dikonfirmasi Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto. "Siang hari ini ibunda almarhumah dokter Risma, bersama pengacara, dan dari tim Inpektorat Jenderal Kemenkes RI, melapor ke SPKT Polda Jawa Tengah. Beliau mengadukan permasalahan anaknya atau alamarhumah kepada pihak kepolisian," kata Artanto kepada awak media. 
 
Kendati demikian Artanto belum bisa menyampaikan tentang detail pelaporan, termasuk apakah hal itu berkaitan dengan dugaan perundungan yang dialami ARL. "Saya belum bisa diskusi di dalam karena ini masih berproses laporan di SPKT," ujarnya. 
 
Untuk detail laporan, Artanto meminta media menanyakan langsung kepada ibu ARL dan kuasa hukumnya. "Mungkin nanti setelah kegiatan pengaduan atau pelaporan bisa bertanya kepada ibunda (ARL) atau pengacaranya," ucapnya. 
 
Sementara itu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) telah mengungkap detail baru terkait dugaan perundungan yang dihadapi ARL ketika melaksanakan PPDS Anestesia di RSUP Dr.Kariadi. BGS menyebut, selain dirundung dan dipalak, ARL turut mengalami pelecehan seksual. 
 
"Perundungan ini kan sudah keterlaluan, dirundung secara fisik dan mental, sexual harassment, diminta uang juga," kata BGS kepada awak media usai meresmikan Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di RSUP Prof Ngoerah Denpasar, Bali, Senin (2/9/2024). 
 

 
BGS mengungkapkan, perundungan yang dialami ARL terjadi karena kurangnya komitmen dari para pemangku kepentingan dalam menyelesaikan persoalan. Menurut BGS, praktik perundungan di internal kampus sudah berlangsung selama puluhan tahun. 
 
Pekan lalu Tim Investigasi Kemenkes telah menyerahkan hasil penyelidikan sementara terkait kematian ARL ke Polda Jateng. Polda Jateng menyebut akan mendalami hasil temuan Tim Investigasi Kemenkes."Sudah kami sampaikan bukti-bukti ke Polda," ujar Inspektur Investigasi Kemenkes Valentinus Rudy Hartono saat ditemui awak media di Mapolda Jateng, Jumat (30/8/2024). 
 
Saat ditanya apakah bukti yang diserahkan ke Polda Jateng termasuk rekaman suara keluhan ARL kepada ayahnya, Rudy tak menjawab secara langsung. "Semua bukti kita dalami dan sudah kita sampaikan ke Polda," jawab Rudy. "Yang jelas kami upayakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan data dan informasi (terkait kematian ARL), dan itu sudah kami dapatkan," tambah Rudy. 
 
Rekaman suara berisi keluhan ARL kepada ayahnya ketika melaksanakan PPDS Anestesia di RSUP Dr.Kariadi telah beredar di media sosial. Mantan kuasa hukum keluarga ARL, Susyanto, mengonfirmasi bahwa rekaman suara tersebut merupakan suara almarhumah.
 
Sementara itu Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto mengungkapkan, hasil temuan investigasi Kemenkes dan kepolisian bakal dianalisis. Artanto mengungkapkan sejauh ini sudah terdapat bukti-bukti yang dikumpulkan kepolisian, antara lain surat dan data atau informasi yang tersimpan di ponsel pribadi ARL. 
 
Awak media bertanya apakah Polda Jateng sudah menerima rekaman suara keluhan ARL kepada ayahnya, Artanto menyebut rekaman tersebut masih menjadi bahan penyelidikan. "Jadi tidak semua yang di media sosial itu menjadi suatu barang bukti yang sudah benar. Harus kita lakukan penyelidikan juga," kata Artanto. 
 
Awak media kemudian bertanya kepada Artanto apakah sejauh ini penyelidikan kepolisian menemukan indikasi adanya perundungan terhadap ARL. Sebab ARL diduga melakukan bunuh diri karena menghadapi perundungan dari para seniornya. 
 
Artanto menyebut isu perundungan menjadi salah satu pembahasan bersama Itjen Kemenkes dan Kemendikbudristek. "Isu perundungan tersebut dan hasil-hasil penyelidikan dari tim investigasi Kemenkes kita terima. Dan kita akan melakukan pendalaman dan kita akan mensinkronisasi yang ada di lapangan," ucapnya. (Kamran Dikarma)
 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler