Israel Tawarkan Jalur Aman Buat Bos Hamas Yahya Sinwar, Asal Gaza Dikendalikan Zionis

Israel juga berharap Hamas mau membebaskan sandera yang masih ditahan.

AP Photo/Adel Hana
Pemimpin Senior Hamas Yahya Sinwar saat mempimpin pertemuan dengan petinggi faksi Palestina di Kantornya di Gaza, 13 April 2022.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV --  Israel memberi tawaran pemimpin Hamas Yahya Sinwar keluar dan dibebaskan dari Gaza dengan imbalan pembebasan sandera yang ditawan serta penyerahan kendali atas Jalur Gaza. Demikian disampaikan seorang pejabat senior Israel. 

Baca Juga


"Saya siap memberikan jalan yang aman bagi Sinwar, keluarganya, siapa pun yang ingin bergabung dengannya," kata utusan Israel untuk urusan sandera, Gal Hirsch, dalam sebuah wawancara pada hari Selasa di biro Bloomberg News Washington.

"Kami ingin para sandera kembali. Kami ingin demiliterisasi, deradikalisasi tentu saja — sebuah sistem baru yang akan mengelola Gaza."

Hirsch mengatakan kembali bahwa Israel juga bersedia membebaskan tahanan yang ditawannya sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.

Hirsch menggambarkan tawaran tersebut sebagai bagian dari upaya untuk menghasilkan solusi baru karena prospek gencatan senjata tampak semakin suram.

AS, Qatar, dan Mesir berupaya untuk mengajukan proposal gencatan senjata baru kepada Israel, tetapi Hirsch mengeklaim Hamas sejauh ini berusaha mendikte persyaratan daripada bernegosiasi.

Tidak jelas apakah Hamas akan menerima proposal agar Sinwar meninggalkan Gaza, terutama mengingat sejarah operasi Israel yang menargetkan para operator di luar negeri.

 

Israel tidak mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli di Teheran. Namun Iran mengatakan pembunuhan itu — Haniyeh terbunuh dalam ledakan bom di wisma tamu Teheran — adalah ulah Israel.

Otak serangan 

Selama ini orang-orang Israel melihat Sinwar sebagai dalang dalam serangan pada 7 Oktober yang memicu konflik Hamas-Israel dan simbol perjuangan bersenjata Palestina.

Seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di masa lalu. Hirsch membandingkan Sinwar dengan Hitler.

"Secara paralel, saya harus mengerjakan rencana B, C, dan D karena saya harus membawa para sandera pulang," kata Hirsch. "Waktu terus berjalan, para sandera tidak punya waktu."

Hirsch pun bersumpah akan melakukan apa yang disebutnya "respons ala Munich" untuk menargetkan mereka yang membunuh enam sandera Israel pada akhir Agustus.

"Akan ada harga untuk pembunuhan ini," kata Hirsch tentang kematian sandera baru-baru ini.

Para pemimpin Israel telah melontarkan gagasan pengasingan bagi para pemimpin Hamas sebelumnya.

Pada bulan Mei, Netanyahu mengatakan kepada podcast "Call Me Back" bahwa gagasan pengasingan ada di sana. "Kami selalu membahasnya, tetapi saya pikir yang terpenting adalah mereka menyerah. Jika mereka meletakkan senjata, perang berakhir."

Pada Selasa, Israel memberikan rincian baru tentang penyanderaan keenam sandera tersebut, memberikan rekaman video terowongan tempat mereka disekap kepada para jurnalis. Ruang itu panjangnya sekitar 100 yard dan tingginya hanya lebih dari lima kaki.

"Sangat lembap dan sulit untuk bernapas," kata juru bicara Pertahanan Israel Daniel Hagari.

Ia mengatakan pasukan Israel menemukan toilet darurat, botol-botol air seni, kasur, energy bar, dan ikan tuna yang menunjukkan para sandera telah berada di ruang sempit itu selama beberapa waktu.

Sekitar 41.000 warga Palestina telah tewas dalam perang tersebut, menurut otoritas kesehatan di Gaza. Para pejuang kelompok yang didukung Iran tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang selama invasi 7 Oktober di Israel selatan yang memicu konflik tersebut. Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler